Jumat, 13 Mei 2022

Masjid di Maroko

"Masjid"
By: Desia Sasmito

Bentuk bangunan masjid tak ada kubah, ada menara masjid juga tak begitu tinggi, tapi cukup membantu untuk mengeraskan suara adzan. Adzan tidak nyaring keras, lebih ke arah "lirih" , tapi tetap terdengar di kejauhan. Walaupun lirih tapi banyak jamaah yang datang untuk sholat berjamaah. Mashaallaah. Selalu ngga pernah sepi setiap waktu sholat tiba bergegas segera berwudhu. Jarak adzan dan Iqomah sholat sekitar 15-20 menit. 

Ada yang menarik dari cara mereka berwudhu. Disediakan sandal untuk berwudhu. Pada area wudhu juga disediakan kursi, mereka yang tidak kuat membungkuk akan terbantu dengan kursi-kursi itu. Dengan santainya duduk bisa mengambil air wudhu dari kran dengan mengisi penuh air pada sebuah gayung secara hati-hati. Cukup satu gayung saja, mereka bisa melaksanakan wudhu dengan membasuh sempurna. Mereka sangat irit air, menggunakan sebaik-baiknya dan menghindari kemubaziran. Tak ada air yang terbuang percuma. 

Lalu, sepatu boleh dibawa masuk masjid. Disediakan rak-rak sepatu pada sudut, dinding, dan tiang masjid untuk meletakkan sepatu sandal. Mungkin bertujuan agar ketika jamaah sholat mau pulang tanpa bingung mencari sepatunya yang mungkin bisa berhamburan di depan pintu masjid, atau basah karena cuaca, atau tertukar, bahkan agar tidak tercuri. Menghadirkan rasa aman ketika sholat di masjid. Tapi kadang juga bertanya apakah sepatu itu benar-benar bersih, tidak rontok di karpet saat masuk masjid dengan ditenteng pemiliknya?

Pertama kali memasuki masjid di kota ini pas moment Ramadhan. Dimana musim dingin berangsur menghangat,  udara bersahabat, tidak sering hujan,  saya berangkat ikut tarawih berjamaah di akhir Ramadhan. Rata-rata masjid penuh saat sholat tarawih berlangsung. Kadang sangking penuhnya saya kondisikan untuk mencari shaf pojok belakang. Dan agar anak-anak tidak jalan-jalan menganggu orang sholat, maka saya bawakan cemilan. Mereka anteng ketika harus nyemil di sela-sela sholat, saya juga berpesan jangan berlarian di barisan jamaah yang sedang sholat. 

Tak banyak yang membawa serta anak-anaknya ke masjid. Kebanyakan para orang tua (sepuh) yang memakai kursi agar tetap bisa berjama'ah. Masjid menyediakan banyak kursi plastik untuk sholat. Orang-orang tua renta bisa semangat sholatnya. Kursi hanya diduduki hanya pada saat duduk tahiyat. Selebihnya mereka tetap berusaha berdiri, rukuk dan sujud. 

Alunan bacaan Qur'an yang sangat merdu, empuk dan menenangkan membuat suasana selalu khusuk. Yang dibaca bukan surat pendek lagi, tapi surat-surat panjang yang dihafal oleh sang imam masjid. Jika ada kesalahan hafalan yang dibaca, maka hampir seluruh jamaah pria mampu membetulkan bacaannya. Keren ya? Idih, bikin iri. Yup, negara ini memang terkenal dengan hafidz dan hafidzah-nya. Bahkan negara ini juga memberikan pendidikan gratis atau beasiswa untuk hafidz dan hafidzah dari luar negara-nya. 

Ramadhan itu sungguh berbeda, saya berada di barisan dimana para jamaah tidak memakai mukena. Mereka beribadah sholat dengan berpakaian terusan Jilaba seperti abaya dengan penutup kepala kerucut ala jaket tapi ngga difungsikan, diganti dengan berjilbab biasa, dan berkaos kaki atau dengan memakai baju khas masing-masing suku dari benua afrika ini. 

Dan diakhir setiap waktu sholat kecuali magrib dan setelah do'a selesai, kita harus cepet-cepet keluar juga, karena takmir masjid akan langsung mengunci pintu dan pagar masjid. Jadi jika hp, kunci rumah atau barang berharga lainnya ketinggalan di masjid, maka kamu harus nyari takmirnya. Atau jangan-jangan kamu-nya yang terkunci karena ketiduran. Haha


#masjid
#jumatnulis
#coretan