Rabu, 11 April 2018

Sungai adalah Tempat Sampahku, Dimana Tempat Sampahmu?

Jujur saja saya dari kemarin gatal pengen nulis ini, belum sempet, belum ada waktu untuk duduk mengetik agak lama. Maklum sementara belum bisa duduk terlalu lama. Maksimal satu jam saja udah harus pindah posisi.

Saya dan suami jum’at pagi ini merencanakan untuk pergi ke makam ibu, jaraknya tidak jauh dari rumah kami sekitar 100 meter ke arah Barat. Pagi yang cerah ini, sebelum banyak kendaraan berlalu lalang, kami berjalan kaki yang kebetulan menyebarangi sebuah jembatan kecil yang memisahkan dengan desa sebelah. Pemandangan yang ajib bagi kami adalah ketika tumpukan gunung sampah tersebar merata diseluruh bibir jembatan ini. Sampah rumah tangga yang sengaja di buang pemiliknya. Bermacam-macam plastik kresek penuh dengan isi sampah. Selain bau nya yang menyengat tidak sedap, sepanjang mata memandang ingin sekali bertanya pada si pembuang sampah. Motif apa dibalik tindakannya itu? Persis dibawah tulisan DILARANG MEMBUANG SAMPAH tertumpuk sampah dibawah papannya. Ironis sekali ya.

Masalahnya di desa pengelolaan sampah tidak seperti di kota, ada truk pengangkut sampah. Di desa mereka mempunyai tempat pembuangan sendiri masing-masing disekitar rumah. Cuma banyak juga rumah di pedesaan  yang tidak punya lahan lebih untuk mengolah sampah mereka. Ya, otomatis hasilnya mereka akan membuangnya di sungai-sungai dengan rasa tidak bersalah.


Sebenarnya jika setiap kepala desa/lurah (local government) tanggap mengenai hal ini pastinya bisa di masukkan ke dalam program desa. Kepedulian terhadap lingkungan di desa memang kurang, mereka mengganggap bahwa masalah yang lain lebih penting daripada masalah kebersihan, padahal masalah kebersihan adalah pangkalnya semua masalah. Yang berimbas ke arah kesehatan, banjir, keindahan, ekonomi dll.

Mengelola limbah rumah tangga memang butuh perhatian khusus, penyuluhan kepada warga hingga ke tingkat RT sangat mungkin dilakukan bahkan dengan adanya Dana Desa saat ini. Saya rasa sangat memungkinkan untuk mengolah limbah sampah. Daripada nunggu pemerintah daerah atau lokal bertindak yang kemungkinan pedulinya lama, saya pribadi ada tips  untuk mengelola sampah rumah, butuh kerjasama dari seluruh anggota keluarga. Dimulai dari sendiri lebih baik daripada tidak melakukan apapun dan semakin memperburuk lingkungan sekitar kita.

Yuk, intip apa aja
sih yang bisa kita lakukan di rumah:

1.Dua Bak Sampah di Dapur
Sediakan dua bak sampah di dapur: satu berbentuk keranjang untuk sampah kertas dan plastik, yang satunya berbentuk bak yang bisa di isi sampah cair, misal sisa makanan. Dekatkan kedua sampah tersebut dekat dengan tempat cuci piring. Sehingga mempermudah pembuangan sisa makanan, sayuran, kulit buah dll. Sampah kertas dan plastik ( non-organik) endingnya bisa dibuatkan lubang di tanah dan dibakar, kalau yang sisa makanan (organik) dapat di timbun tanah buat fermentasi pupuk kompos. Atau kalau ada lahan lebih lagi, bisa beternak ayam skala kecil. 

2.Karung atau Kantong Plastik Super Besar
Tempatkan karung tersebut di sudut ruangan dapur yang tidak sering dilihat. Kenapa karung? Karena tidak menyita tempat, jadi kalau tidak berisi tetap kecil, jika berisi berarti sudah waktunya mengangkut. Gunakan karung ini untuk membuang botol plastik bekas yang sudah tercuci dan kering. Sampah botol plastik nantinya bisa digunakan untuk pot atau kerajinan lainnya. Usahakan mengurangi membeli minuman dengan botol plastik, anda bisa membawa air mineral dari rumah dengan tumbler (wadah air minum) yang bisa di refill.

3.Kotak sampah untuk si kecil dalam rumah
Sediakan tempat sampah kecil untuk si kecil didalam rumah atau diletakkan di teras rumah agar mudah dijangkau oleh si kecil. Anda bisa membuatnya sendiri agar menarik si kecil untuk membuang sampah pada tempatnya. Saya yakin belajar membiasakan sejak dini membuang sampah sangat penting untuk melatih kedisiplinan, menjaga kebersihan dan peduli terhadap lingkungan.

4.SAMPAH  Khusus PAMPERS
Nah, sampah pampers bayi dan balita adalah masalah persampahan yang sulit didaur ulang. Sampah ini sangat sulit dikelola. Bukan berarti kita harus buang sembarangan asal jauh dari rumah dan tidak terlihat, misal dengan membuangnya di sungai terdekat. Mitosnya sih sampah pampers tidak boleh dibakar, nanti bayinya gatal-gatal, ya akhirnya banyak yang buang di Sungai. Tahukah anda sampah yang dibuang di Sungai pun akan mencemari ekosistem sungai, kualitas air, aliran air, dll. Bayangkan jika 1 orang bayi bisa menghasilkan 4 buah pampers dikali setahun 365 hari berapa jumlah pampers yang masuk ke Sungai? 1.460 pampers per tahunnya. Mungkin banyak orang tua yang bisa membeli pampers tapi tidak peduli bagaimana membuangnya.

Nah, setelah terkumpul sekitar 3 hari bisa di clean tempat sampahnya, buang kumpulan pampers tsb ke Lahan Buang Pempers (galian tanah).

5. Lahan Buang Pampers
Limbah pampers sebenarnya sangat bagus agar tanah tetap lembab, karena limbah pampers bisa menyimpan air, jadi bisa digunakan untuk lahan yang ingin ditinggikan atau ditanami.
Jika memang tidak menginginkan limbah tersebut dimanfaatkan sebagai cocok tanam, bisa dikumpulkan pada lahan yang khusus untuk dibakar, cuma agak susah karena sampah pampers itu bersifat basah.

Ayo, kita lakukan yang bisa kita usahakan. Jangan jorok-jorok ya, rumah sendiri pengennya bersih tapi membuang sampah dilingkungan lain yang membuatnya kotor sama juga bohong. Tetep saja nanti ujung-ujungnya penyakit dari lingkungan sekitar. Keep clean, keep healthy and wealthy!

#limbahpampers
#sampahdisungai
#buangsampahsembarangan