Cerita Corona Part X:
Never Ending “Waspada”
By: Desia Sasmito
Berawal dari adik saya
yang bungsu dua minggu ini tidak berjualan, maka saya pun ditanya oleh
pelanggannya.
“Lha adik mu kemana, kok
lama ngga jualan?”, tanya nya. Spontan saya pun menjawab kalau dia harus ke
rumah kakak saya untuk menjaga anak-anak kakak saya yang tinggal di Jawa
Tengah, karena Bapak dan Ibunya positif Covid. Bapak dan Ibunya dikarantina di
dua Rumah Sakit yang berbeda. Bayangkan anak-anak mereka yang berusia 8 tahun
dan 6 tahun harus tinggal di rumah kontrakan tanpa Bapak-Ibunya selama
perawatan Covid. Maka, harus ada saudara yang siap dikirim untuk membantu.
Alhamdulillah Allah menyiapkan skenario terbaik untuk hamba-hambaNya. Berakhir
semua kondusif berkat bantuan do’a dan ikhtiar maksimal dari semua teman dan
keluarga. Si Kakak saya seminggu pakai ventilator, Kakak ipar saya dua minggu
pakai ventilator. Mereka sembuh kok dari perawatan RS. Apakah kalian wahai
orang-orang dengan gaya tanpa protokol kesehatan siap menghadapi situasi
begini? Apakah masih ada yang terus-terusan bilang kalau masuk RS nanti
meninggal trus diCovidkan gitu?
Kadang saya bingung harus
mengawali obrolan darimana ketika bertemu dengan wajah yang antara tidak mau
percaya dan tidak mau tahu tentang keberadaan virus ini. Virus ini memang tidak
kelihatan, bahkan siapapun tidak akan pernah bisa menjelaskan keberadaan virus
ini. Sepertinya mereka memilih untuk tidak percaya saja bisa beres gitu. Bisa
rekreasi lagi, bisa kumpul teman, reuni, lebaran, hajatan, party dan lain
sebagainya.
Pernah suatu pagi saya
berniat membeli nasi pecel depan rumah, nasi pecel ini paling rekomended dan
ramai selalu setiap paginya. Ketika itu ada seorang Bapak yang selesai makan
dan kami yang ngantri bergantian bangku duduk. Kebetulan saya duduk disamping
si Bapak itu.
Tiba-tiba si Bapak
bertanya pada saya,
”Daleme pundi ?”
(Rumahnya mana?).
Sayapun menjawab,”mriki
mawon pak, celak”(sini aja pak,deket) sambil nunjukin rumah saya yang
diseberang.
Si Bapak agak males
menoleh kali ya. Lalu, si Bapak berkomentar lagi, “Deket sini, Kuncen?”.
“Ngga pak disini aja,
Mbaru”. (nama Desa saya Mbaru Red).
“Lho bukannya sini tuh
Kuncen”. Sayapun hanya tersenyum saja. (Makhluk darimana nih si Bapak) mulai
aneh deh.
Sambil tersenyum sinis si
Bapak ini pun melanjutkan komentarnya,”Wong kok kabeh saiki bungkusan, podo
wedi mati”. (Orang kok jaman sekarang pada dibungkus mulutnya, pada takut mati
apa).
You know what dear, semua
yang antri itu pakai masker semua cin. Dan si Bapak ini dengan terang
mengomentari orang pakai masker. Hello, kita yang pakai masker aja ngga
ngomentari si Bapak yang ngga pakai masker, eh si Bapak yang rese ngomentari
orang-orang yang pada pakai masker. Orang ini hidup dimana sih?
“Saya itu dari awal ngga
pernah pakai masker, ya gak apa-apa”, pamer si Bapak.
Krik krik krik bunyi
jangkrik. Tik tik tik bunyi hujan.
Reaksi saya waktu itu ya
cuma senyum aja, si Bapak bayar terus pergi.
Itu baru satu yang saya
temukan langsung, saya kira banyak juga diluaran sana yang masih belum percaya
keberadaan si Virus ini. Betapapun kalian mengingkarinya, virus ini akan tetap
ada. Seberapapun kalian marah pada keadaan, lha Sang maha Pencipta sudah
mengizinkan mereka hidup di Bumi.
Situasi ini memang
membuat kita semua berada dalam ketidaknyamanan. Roda perekonomian berputar
seret, gerak dibatasi, tatap muka belajar mengajar ditiadakan, banyak
Supermarket tutup, banyak pengangguran, banyak penjual yang merasa dagangannya
sepi sedangkan bayar PLN, BPJS, Internet, tetap harus dibayar tiap bulannya.
Dilema, pasti! Tapi tetaplah bergerak dan berdoa, karena dengan bergerak,
rejeki Allah akan selalu bagi.
Kita semua akan terpapar,
siapkan prajurit perang terbaik untuk menghadapinya. Banyak baca Al Qur’an,
banyak aktivitas di dalam rumah, saling bantu radius sekitar kita, aktifkan
kepedulianmu dengan sekitar. Yang tidak kebutuhan pokok tidak perlu beli. Yuk,
tetaplah mengasah skill di saat terkurung seperti ini. Siapa tahu suatu hari
ketika keluar dari kurungan kita sudah jadi level mahir melakukan suatu
keahlian. Atur strategi dengan seksama melawan Virus ini. Ngga enak badan,
langsung istirahat total, jangan nunggu sampai kolaps. Yang diberi kesehatan,
jagalah nikmat itu. Subhanallah.
Satu lagi. Yuk, tetap
jualan dengan prokes yang ketat. Be happy and healthy.
#sunbathingangonwedhus
#ppkmdarurat
![]() |
| Berjemur sambil menggembala kambing |
