Kamis, 15 Juli 2021

CERITA CORONA SERI

 

Cerita Corona Part X: Never Ending “Waspada”

By: Desia Sasmito

 

Berawal dari adik saya yang bungsu dua minggu ini tidak berjualan, maka saya pun ditanya oleh pelanggannya.

“Lha adik mu kemana, kok lama ngga jualan?”, tanya nya. Spontan saya pun menjawab kalau dia harus ke rumah kakak saya untuk menjaga anak-anak kakak saya yang tinggal di Jawa Tengah, karena Bapak dan Ibunya positif Covid. Bapak dan Ibunya dikarantina di dua Rumah Sakit yang berbeda. Bayangkan anak-anak mereka yang berusia 8 tahun dan 6 tahun harus tinggal di rumah kontrakan tanpa Bapak-Ibunya selama perawatan Covid. Maka, harus ada saudara yang siap dikirim untuk membantu. Alhamdulillah Allah menyiapkan skenario terbaik untuk hamba-hambaNya. Berakhir semua kondusif berkat bantuan do’a dan ikhtiar maksimal dari semua teman dan keluarga. Si Kakak saya seminggu pakai ventilator, Kakak ipar saya dua minggu pakai ventilator. Mereka sembuh kok dari perawatan RS. Apakah kalian wahai orang-orang dengan gaya tanpa protokol kesehatan siap menghadapi situasi begini? Apakah masih ada yang terus-terusan bilang kalau masuk RS nanti meninggal trus diCovidkan gitu?

 

Kadang saya bingung harus mengawali obrolan darimana ketika bertemu dengan wajah yang antara tidak mau percaya dan tidak mau tahu tentang keberadaan virus ini. Virus ini memang tidak kelihatan, bahkan siapapun tidak akan pernah bisa menjelaskan keberadaan virus ini. Sepertinya mereka memilih untuk tidak percaya saja bisa beres gitu. Bisa rekreasi lagi, bisa kumpul teman, reuni, lebaran, hajatan, party dan lain sebagainya.

 

Pernah suatu pagi saya berniat membeli nasi pecel depan rumah, nasi pecel ini paling rekomended dan ramai selalu setiap paginya. Ketika itu ada seorang Bapak yang selesai makan dan kami yang ngantri bergantian bangku duduk. Kebetulan saya duduk disamping si Bapak itu.

 

Tiba-tiba si Bapak bertanya pada saya,

”Daleme pundi ?” (Rumahnya mana?).

Sayapun menjawab,”mriki mawon pak, celak”(sini aja pak,deket) sambil nunjukin rumah saya yang diseberang.

Si Bapak agak males menoleh kali ya. Lalu, si Bapak berkomentar lagi, “Deket sini, Kuncen?”.

“Ngga pak disini aja, Mbaru”. (nama Desa saya Mbaru Red).

“Lho bukannya sini tuh Kuncen”. Sayapun hanya tersenyum saja. (Makhluk darimana nih si Bapak) mulai aneh deh.

Sambil tersenyum sinis si Bapak ini pun melanjutkan komentarnya,”Wong kok kabeh saiki bungkusan, podo wedi mati”. (Orang kok jaman sekarang pada dibungkus mulutnya, pada takut mati apa).

 

You know what dear, semua yang antri itu pakai masker semua cin. Dan si Bapak ini dengan terang mengomentari orang pakai masker. Hello, kita yang pakai masker aja ngga ngomentari si Bapak yang ngga pakai masker, eh si Bapak yang rese ngomentari orang-orang yang pada pakai masker. Orang ini hidup dimana sih?

“Saya itu dari awal ngga pernah pakai masker, ya gak apa-apa”, pamer si Bapak.

Krik krik krik bunyi jangkrik. Tik tik tik bunyi hujan.

 

Reaksi saya waktu itu ya cuma senyum aja, si Bapak bayar terus pergi.

Itu baru satu yang saya temukan langsung, saya kira banyak juga diluaran sana yang masih belum percaya keberadaan si Virus ini. Betapapun kalian mengingkarinya, virus ini akan tetap ada. Seberapapun kalian marah pada keadaan, lha Sang maha Pencipta sudah mengizinkan mereka hidup di Bumi.

 

Situasi ini memang membuat kita semua berada dalam ketidaknyamanan. Roda perekonomian berputar seret, gerak dibatasi, tatap muka belajar mengajar ditiadakan, banyak Supermarket tutup, banyak pengangguran, banyak penjual yang merasa dagangannya sepi sedangkan bayar PLN, BPJS, Internet, tetap harus dibayar tiap bulannya. Dilema, pasti! Tapi tetaplah bergerak dan berdoa, karena dengan bergerak, rejeki Allah akan selalu bagi.

 

Kita semua akan terpapar, siapkan prajurit perang terbaik untuk menghadapinya. Banyak baca Al Qur’an, banyak aktivitas di dalam rumah, saling bantu radius sekitar kita, aktifkan kepedulianmu dengan sekitar. Yang tidak kebutuhan pokok tidak perlu beli. Yuk, tetaplah mengasah skill di saat terkurung seperti ini. Siapa tahu suatu hari ketika keluar dari kurungan kita sudah jadi level mahir melakukan suatu keahlian. Atur strategi dengan seksama melawan Virus ini. Ngga enak badan, langsung istirahat total, jangan nunggu sampai kolaps. Yang diberi kesehatan, jagalah nikmat itu. Subhanallah.

Satu lagi. Yuk, tetap jualan dengan prokes yang ketat. Be happy and healthy.

 

#sunbathingangonwedhus

#ppkmdarurat


Berjemur sambil menggembala kambing