“PHRI, ASITA, HPI dan
Himpunan Industri Pariwisata lainnya”
By: Desia Sasmito
Jreng… Judulnya resmi
amat ya. Haha. Bukan nama sebuah perusahaan, bukan juga nama sebuah organisasi
sosial. Mereka adalah komunitas profesi yang menghimpun diri untuk saling
mendukung, bekerjasama dan menguatkan. Mereka adalah orang-orang tangguh dengan
kemampuan khusus dari setiap profesinya. Sangat kompleks dan panjang jika
berbicara tentang Industri Pariwisata, tetapi selalu terdengar menarik untuk
diperbincangkan.
Saya bisa dikatakan
mantan pekerja Pariwisata, karena sekarang off due to my responsibilities as a
mother, haha. But it is OK, I’m enjoying it so much. Menurut saya sih bekerja
sebagai Ibu Rumah Tangga dengan jarak tempuh sekitar rumah lebih berat
daraipada harus melalang buana pada industri pariwisata ke berbagai tempat yang
berbeda. Bekerja dengan jam yang telah ditetapkan sekaligus penuh dengan
fleksibilitas harus bisa dijalankan keduanya. Saya rasa sama rasa, jadi pemburu
diluar sana atau jadi manager didalam sini. Haha.
Awal-awal punya baby,
tidur bakal tidak teratur, makan harus cepat keburu anak nangis, pekerjaan
rumah harus dikerjakan tiap hari kalau ngga ya numpuk semakin berantakan. Itu
juga berlaku dalam dunia Pariwisata gaes, persis!
Tuh, kan alurnya jadi
belok ke cerita rumah lagi. Yuk, belok dulu ya ke area Pariwisata.
Hampir semua pekerjaan,
apapun pekerjaan itu masing-masing mempunyai tantangan sendiri-sendiri.
Harapan, ide, inovasi, kreatifitas, kerjasama akan tergabung menjadi rasa
impian yang tinggi untuk meraih kesempurnaan dalam mengerjakan sebuah
pekerjaan. Minimal meminimalisir kesalahan yang terjadi. Itulah mengapa banyak
organisasi profesi sangat diperlukan untuk keberlangsungan industri dengan
saling mengisi dalam setiap situasi dan kondisi yang berbeda dalam setiap
jaman. Sekitar tujuh tahun saya pernah bekerja pada industri ini, sebagai
Pemandu Wisata (HPI: Himpunan Pramuwisata Indonesia), sebagai Travel Staff:
Ticketing Staff, EO Team, Tour Planner, atau pekerjaan sejenisnya, ya ngga
jauh-jauh amatlah.
Intinya:
PHRI itu tempat nginep
(akomodasi) dan makan
ASITA itu transport
darat, laut dan udara
HPI itu mengawal dijalan
Mereka semua menjadi satu
lingkup didalam sebuah Industri besar DTW (Daerah Tujuan Wisata; tempat-tempat
wisata) yang menjual produk jasa yang tidak terlihat tetapi sangat dibutuhkan
ketelitian, ketelatenan dan kedisplinan yang tinggi, jika tidak ya ambyar dari
ujung hingga pangkal. Nama baik profesi dan Perusahaan jadi taruhan.
Dengan datangnya Virus Corona
ini semua jadi sepi, tidak ada aktifitas pekerjaan Pemandu Wisata di Daerah
Tujuan Wisata. Hotel dan Resto omset turun drastis. Travel Agent menunda semua
rencana-rencananya. Penerbangan, Kereta Api, Bis Pariwisata semua harus
dibatasi bahkan banyak yang harus mengandangkan diri, pulang ke kandang. Stay
at Home, dirumah saja atau terpaksa seluruh profesi didalamnya dirumahkan.
Saya hanya punya sedikit
tips dan ide yang bisa saya bagi disini. Karena menurut saya meskipun kondisi
membaik pasca Virus Corona pergi atau ditanggulangi dengan vaksin atau
semacamnya, efek dari ketakutan dan rasa tidak aman untuk berwisata juga akan
lama membaiknya.
Untuk sementara, yuk kita
asah diri selama liburan Corona.
1. Skill tersembunyi.
Kalau saya memang Ibu
saya penjahit, jadi sejak kecil saya terbiasa dengan semua aktifitas jahit Ibu
saya. Ini adalah hobi yang sangat nyaman dan bisa ditunda dan dilembur ketika
deadline, hehe. Mungkin kalian punya hobi yang bermanfaat lain yang bisa
diasah, contoh aja misal suka bersih-bersih, ya kalian bisa buka sewa mainan
anak dengan tarif mingguan atau bulanan. Modalnya memang mainan yang menarik
dan besar seperti prosotan portable, ayunan dan semacamnya. Harus sering
bersihin mainannya kalau sudah dikembalikan. Ibu-ibu suka mainan yang bersih
untuk anak-anak mereka. Anak-anak mudah bosan dengan satu jenis mainan perlu
variasi tiap bulannya. Nah ini solusinya, jika kalian bisa mengatur dan
mengelompokkan mainan dengan keseuaian umur anak, dengan terus belajar market
online maupun offline. Radius dikota kalian sendiri. Di kota lebih prospek.
2. Brokerpreneur.
Ini tanpa modal alias
jadi marketing, reseller yang tanpa uang member, makelar. Wah, banyak sekarang
barang-barang online yang murah yang mungkin dibutuhkan masyarakat kita. Main
posting aja di Sosial Media: Facebook, Instagram, Twitter, Whatapps atau Market
Place: Shoopee, Bukalapak, atau Tokopedia. Saran saya gunakan satu akun saja
biar ngga bingung nge-cek dan ngaturnya. Menjawab chat pelanggan itu butuh
waktu dan ketlatenan sendiri gaes! Cuma posting-posting doang ya, jangan salah
kalau pengen laku harus mikir dan kreatifitas juga. Haha.
3. Kuliner Sekitar Rumah.
Pelajari makanan murah
apa yang tetangga kalian sukai. Kalau disekitar rumah saya mereka paling doyan
dengan nasi pecel, bakso dan mie ayam. Ini makanan paling favorit asal harganya
ekonomis. Atau buka kedai dengan segmen antimainsteam sekalian seperti yang
saya sedang rintis bersama suami. Kedai Milenial, yang disuguhkan menu
milenial, yang datang juga anak milenial. Monggo mampir @JOS MEAL CORNER
4. Indomart Online ala
ala.
Fotoin aja barang-barang
di toko agen dekat rumah kalian. Posting dengan profit tipis asal jalan tiap
hari kan lumayan juga. Daripada bengong pegang HP komen sana komen sini ngga
produktif atau isinya cuma main GAME sampai addicted, atau baca status and
nge-Like doang. Btw, HP kalian itu juga butuh makan pulsa gaes tiap bulannya.
5. Youtuber.
Walaupun newbie atau
start-up Youtuber. Setidaknya yuk mulai asah kemampuan, mulai dari Broadcaster,
Editor Video, hingga menampilkan konten yang dibutuhkan masyarakat saat ini.
Jangan ragu untuk memulai. Youtubers butuh waktu untuk jadi populer. Contohnya
nih, para Pramugari atau Karyawan Hotel yang sementara dirumah aja bisa bikin
tutorial make-up atau fashion yang bermanfaat. Bagi-bagi Tips and Triks. Saya
rasa masing-masing punya rahasia yang bisa dibagi. Jangan takut kalau kesaingan
cantik, semakin membantu orang jadi cantik, kalian juga akan otomatis rating
meninggi karena yang kalian bagi itu bermanfaat buat mereka. Berlaku juga para
Chef Resto yang dirumahkan bisa jadi Youtuber sekaligus produksi makanan siap
jual online atau market sekitar rumah.
Demikan tulisan ini
muncul karena rasa prihatin saya atas sepinya Industri Pariwisata. Semoga
bermanfaat, bagi yang belum mulai mulai yuk dimulai. Karena efek Covid ini
jangka panjang. Saya yakin kalian, teman-teman saya khususnya, punya berbagai
macam keahlian, mulai dari Jago Public Speaking-nya, Broadcast-nya,
Marketing-nya, Pengetahuannya, hingga ilmu membuat kata-kata manis dan menarik
dalam berbentuk berbagai macam Bahasa Asing yang berbeda-beda. Atau Bahasa
Daerah mungkin saat ini disesuaikan dengan kondisi segmen pasar gitu deh. Mari
kita banyak berdo’a untuk perlindungan dan kesehatan kita semua, dengan ikhtiar
tetap memakai masker, jaga jarak, cuci tangan dengan sabun sesering mungkin.
Ojo sembrono istilah jawanya. There is a will there is a way.
Penulis: Mantan Anggota
HPI Jatim, Guide Jatim. Desi.
FOOTNOTE:
PHRI: Persatuan Hotel dan
Restoran Indonesia
ASITA: Asosiasi Travel
Agent Indonesia
HPI: Himpunan Pramuwisata
Indonesia
#HPIJATIM
#WisataIndonesia
