Minggu, 07 Januari 2018

Rumah Idaman

Rumah Idaman Sementara
Suatu hal yang wajar ketika sepasang  pengantin baru yang menginginkan hidup mandiri. Pilihannya adalah rumah kontrakan, kos keluarga ataupun kredit perumahan. Itu mungkin kenapa banyak bisnis property laris manis.
Rumah Idaman untuk keluarga, sesuatu hal yang mudah didapat, setiap pasangan menginginkannya.

Jika setiap pasangan menginginkan pindah ke rumah yang baru, meninggalkan rumah ibu- bapaknya, tanpa ada satu orangpun anak yang mau tinggal bersama ibu- bapaknya. lalu, dikemanakan rumah masa kecil kita? Ya, memang suatu hari kelak kita juga akan ditinggal oleh anak-anak kita, entah untuk keperluan sekolah, kuliah hingga berkeluarga.

Sepasang suami istri yang telah menyelesaikan tugas sebagai orang tua dan menjadi kakek- nenek lebih rawan konflik dibanding ketika mereka harus tinggal bersama anak cucu mereka. Mungkin karena mereka sudah tidak ada yang dirawat, diperhatikan, diawasi dan menyita waktu tersendiri dengan gelisah yang ada. Dengan hadirnya cucu, sekali-kali datang walau tidak tiap hari tetapi dengan frekuensi tertentu, tampaknya akan memberi ruang tersendiri. Mereka akan dengan senang hati meluangkan waktu mereka untuk bermain dengan cucu-cucu mereka. Catatannya adalah asal tidak membuat kakek-neneknya terlalu letih, tidak seharian ngemong.

Oya, kembali ke topik utama Rumah Idaman. Jika masing-masing anak membangun rumah baru, bagaimana dengan rumah yang sudah ada? rumah warisan kakek-nenek? haruskah dikosongi? dijual? dikontrakkan? dibagi-bagi? Saya melihat beberapa rumah lama kuno tertulis didepannya "dijual". Mungkin itu rumah warisan yang harus dijual karena anak keturunannya tidak mau menempati. Karena kuno kah? karena harus tinggal di tempat kerja yang jauh kah? karena sengketa kah? de el el.

Secara idealis memang kami juga mempunyai keinginan untuk membangun Rumah Idaman sendiri, rumah kecil ala kami. Sambil menyisihkan uang untuk ini dan itu, kami menempati rumah warisan kakek-nenek saya. Gratis tanpa biaya kontrak, beli, sekedar memanfaatkan apa yang ada.

Kami bisa saja mikirin diri kami sendiri, kerja ke luar negeri, gaji dollar, tinggal di apartemen dsb atau ke pelosok negeri merantau ke pulau rimba. Tanpa bisa sering bertemu dengan ibu-bapak kami yang mungkin sudah mulai membutuhkan penjagaan, perawatan, perhatian dsb.
Memang semua itu pilihan. Dan kami sementara memilih tinggal disini sampai waktu dimana kami di takdirkan lain. Bukankah semuanya hanya sementara dengan hitungan waktu?

Rumah merk apapun semua berbatas waktu, hanya untuk sementara. Tinggal di rumah orang tua untuk sementara, dikontrakan untuk sementara, bahkan rumah kredit perumahan juga untuk sementara. Bayar ataupun tidak bayar semua untuk sementara.


Home Sweet Home