Minggu, 03 Januari 2021

COVID


COVID, jangan sombong!

By: Desia Sasmito





Sampai di awal Januari 2021 ini, saya menemui sebuah kesimpulan pribadi. Yang saya temui di ring terdekat sampai terjauh, kawan, keluarga ataupun saudara yang lainnya.

Di Desa saya awal pandemik dulu sangat ketat memakai maskernya, ada petugas pasar yang muter memberi nasehat kepada para pedagang untuk selalu memakai masker. Orang desa sampai saat ini sebagian besar antara percaya dan tidak percaya. Kalau mereka kena Covid pun tidak ada orangpun yang tahu. Emang siapa yang mau memeriksa berkala seperti pegawai kantoran yang setiap berkala di tes swab untuk mengetahui keberadaan Virus ini dengan biaya yang menanggung kantor. Atau di negara maju yang kesadaran tinggi atas bahaya Covid sangat tinggi, dengan sigap mereka akan memeriksakan kesehatan mereka jika mengalami gejala awal. Tapi siapakah yang akan mengecek berkala kesehatan para orang Desa ini. Dianggap aja seperti flu biasa, asal tidak mengalami gagal nafas aja, baru akan dilarikan ke ICU. Selama tidak sesak, mereka akan mengganggap itu semua flu biasa, istirahat cukup tanpa periksa, ya sembuh. Tetapi kalaupun sesak dan telat penanganannya ya bisa meninggal tanpa tahu covid atau bukan. Saya percaya kita semua sudah terpapar dengan reaksi tubuh berbeda-beda.

Tahlilan di Desa apakah masih? Masih dong, ya aman-aman saja yang diundang dari tetangga satu RT ya datang semua. Ewoh mantu? Ya jalan terus dong, mau sewa lobi hotel, mau sewa tenda, mau sewa Sound System. Ya semua masih bisa dilakukan.

Saya akan mengkategorikan kelompok menjadi tiga, satu untuk kelompok tidak percaya, dua kelompok ragu dan kelompok hati-hati.

Kelompok TIDAK PERCAYA ini adalah ada orang yang memang nggak pernah pakai masker, anti masker. Hanya memakai kalau harus memasuki wilayah yang mewajibkan pakai masker. Ke Pasar?, nggak pernah pakai masker. Dari anaknya sampai kedua orang tuanya. Mereka juga sehat-sehat saja. Tetapi kita nggak pernah tahu kapan tubuh kita punya imun yang rendah. Sejauh apa kita bisa bertahan. ­­­­

Kelompok KERAGUAN ini adalah orang-orang yang percaya tetapi tidak melaksanakan protokol kesehatan dengan baik. Mereka belum menyaksikan dengan mata kepala sendiri tentang bahaya nya si COVID ini. Mereka yang masih asik jalan-jalan ke luar kota, atau menyepelekan si Covid ini.

Kelompok HATI-HATIadalah yang sangat hati-hati sekali dan menjalankan protokol kesehatan dengan ketat. Mereka adalah orang yang mengakui dan sadar bahwa imun mereka tidak begitu bagus. Tetapi orang-orang inilah yang banyak ditembus Virus.

Nah, kamu termasuk yang mana kawan?

Jika ada satu anggota keluarga kalian meninggal ataupun sakit positif COVID, tidak berarti seluruh keluarga akan positif juga. Jika teman kerja anda ada yang positif bukan berarti semua pegawai positif terpapar virus. Karena virus ini akan menembus hanya pada orang yang berimun rendah dan atas izin Allah. Tetapi Allah akan selalu ada nilai lebih untuk orang yang WASPODO dan tidak SOMBONG dengan usaha maksimal memakai masker, jaga kebersihan, cukup makan dan istirahat.

Super hati-hati untuk tokoh publik yang masih mendatangkan banyak orang, jualan yang laris dengan kerumuman orang, jalan-jalan ditempat wisata dengan kondisi imun yang rendah, ambruk gaes!

“Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat dzarah, niscaya dia akan melihat (balasan) nya.

Dan barang siapa mengerjakan keburukan sebesar dzarah pun, niscaya dia akan melihat balasannya pula.”

(QS.Al-Zalzalah:7-8)

Cuci tangan dan kaki pakai sabun jika habis keluar rumah (sepertinya ini aturan udah dari jaman nenek moyang).

Jaga jarak ini serius gaes, dicap sombong yo wes, pakai masker ben gak muncrat idumu. Hehe

Jaga dirimu agar bisa menjaga orang lain.

Jangan lupa bersyukur, berbagi, dan berilmu!

Yuk, mulai dari diri sendiri.

NOTE: Obat COVID ngga ada, yang ada Multivitamin, antibiotik, istirahat cukup, makan, nggak kakean pikiran.