COVID, jangan sombong!
By: Desia Sasmito
Sampai di awal Januari
2021 ini, saya menemui sebuah kesimpulan pribadi. Yang saya temui di ring
terdekat sampai terjauh, kawan, keluarga ataupun saudara yang lainnya.
Di Desa saya awal
pandemik dulu sangat ketat memakai maskernya, ada petugas pasar yang muter
memberi nasehat kepada para pedagang untuk selalu memakai masker. Orang desa
sampai saat ini sebagian besar antara percaya dan tidak percaya. Kalau mereka
kena Covid pun tidak ada orangpun yang tahu. Emang siapa yang mau memeriksa
berkala seperti pegawai kantoran yang setiap berkala di tes swab untuk
mengetahui keberadaan Virus ini dengan biaya yang menanggung kantor. Atau di
negara maju yang kesadaran tinggi atas bahaya Covid sangat tinggi, dengan sigap
mereka akan memeriksakan kesehatan mereka jika mengalami gejala awal. Tapi
siapakah yang akan mengecek berkala kesehatan para orang Desa ini. Dianggap aja
seperti flu biasa, asal tidak mengalami gagal nafas aja, baru akan dilarikan ke
ICU. Selama tidak sesak, mereka akan mengganggap itu semua flu biasa, istirahat
cukup tanpa periksa, ya sembuh. Tetapi kalaupun sesak dan telat penanganannya
ya bisa meninggal tanpa tahu covid atau bukan. Saya percaya kita semua sudah
terpapar dengan reaksi tubuh berbeda-beda.
Tahlilan di Desa apakah
masih? Masih dong, ya aman-aman saja yang diundang dari tetangga satu RT ya
datang semua. Ewoh mantu? Ya jalan terus dong, mau sewa lobi hotel, mau sewa
tenda, mau sewa Sound System. Ya semua masih bisa dilakukan.
Saya akan mengkategorikan
kelompok menjadi tiga, satu untuk kelompok tidak percaya, dua kelompok ragu dan
kelompok hati-hati.
Kelompok TIDAK PERCAYA
ini adalah ada orang yang memang nggak pernah pakai masker, anti masker. Hanya
memakai kalau harus memasuki wilayah yang mewajibkan pakai masker. Ke Pasar?,
nggak pernah pakai masker. Dari anaknya sampai kedua orang tuanya. Mereka juga
sehat-sehat saja. Tetapi kita nggak pernah tahu kapan tubuh kita punya imun
yang rendah. Sejauh apa kita bisa bertahan.
Kelompok KERAGUAN ini
adalah orang-orang yang percaya tetapi tidak melaksanakan protokol kesehatan
dengan baik. Mereka belum menyaksikan dengan mata kepala sendiri tentang bahaya
nya si COVID ini. Mereka yang masih asik jalan-jalan ke luar kota, atau
menyepelekan si Covid ini.
Kelompok HATI-HATIadalah
yang sangat hati-hati sekali dan menjalankan protokol kesehatan dengan ketat.
Mereka adalah orang yang mengakui dan sadar bahwa imun mereka tidak begitu
bagus. Tetapi orang-orang inilah yang banyak ditembus Virus.
Nah, kamu termasuk yang
mana kawan?
Jika ada satu anggota
keluarga kalian meninggal ataupun sakit positif COVID, tidak berarti seluruh
keluarga akan positif juga. Jika teman kerja anda ada yang positif bukan
berarti semua pegawai positif terpapar virus. Karena virus ini akan menembus
hanya pada orang yang berimun rendah dan atas izin Allah. Tetapi Allah akan
selalu ada nilai lebih untuk orang yang WASPODO dan tidak SOMBONG dengan usaha
maksimal memakai masker, jaga kebersihan, cukup makan dan istirahat.
Super hati-hati untuk
tokoh publik yang masih mendatangkan banyak orang, jualan yang laris dengan
kerumuman orang, jalan-jalan ditempat wisata dengan kondisi imun yang rendah, ambruk
gaes!
“Maka barang siapa
mengerjakan kebaikan seberat dzarah, niscaya dia akan melihat (balasan) nya.
Dan barang siapa
mengerjakan keburukan sebesar dzarah pun, niscaya dia akan melihat balasannya
pula.”
(QS.Al-Zalzalah:7-8)
Cuci tangan dan kaki pakai
sabun jika habis keluar rumah (sepertinya ini aturan udah dari jaman nenek
moyang).
Jaga jarak ini serius
gaes, dicap sombong yo wes, pakai masker ben gak muncrat idumu. Hehe
Jaga dirimu agar bisa
menjaga orang lain.
Jangan lupa bersyukur,
berbagi, dan berilmu!
Yuk, mulai dari diri
sendiri.
NOTE: Obat COVID ngga
ada, yang ada Multivitamin, antibiotik, istirahat cukup, makan, nggak kakean
pikiran.
