Taman Bermain
By: Desi Sasmito
Akhirnya ada juga play ground terbuka untuk umum tak jauh dari rumah kami.
Kami memang memutuskan untuk tidak memasukan anak kami ke sekolah untuk anak usia dini, PAUD kelompok bermain. Menimbang di desa tak banyak yang bersekolah dengan usia dini nya. Pengajar yang saya nilai kewalahan untuk menertibkan anak didiknya dengan usia dini harus lebih dari satu pengajar.
Jadi kita berburu play groud terbuka untuk umum, karena anak kami suka sekali bermain ayunan, slorotan dll.
Tepat ditepi bantaran jembatan Batokan-Padangan dibangun play ground, ya lumayan, yang dulu hanya sebuah taman yang penuh dengan makanan, sekarang ada tempat bermainnya. Dulu sebelum tempat ini dibangun, kami nongkrong di taman minak angrung walau cuma ada prosotan saja, anak kami sudah senang.
Suasananya masih tergolong baru, jadi masih nyaman. Cuma memang gaya orang Indonesia eh orang sekitar sini yang sering buang sampah sembarangan masih mendarah daging. Buang sampah plung dipinggir jembatan, atau bekas plastik jajan berserakan di taman walau sudah ada tempat sampah tong kaleng besar dimana-mana. Membangun ruang terbuka publik memang membutuhkan managemen yang baik, tidak hanya membangun taman terus tanpa supervisi. Harus ada biaya perawatan, biaya kebersihan, biaya supervisi.
Saya berdoa semoga CCTV bisa jadi murah dan terjangkau, jadi ruang-ruang publik bisa dipasangi CCTV, termasuk jembatan yang banyak sekali manusia-manusia berlagak polos masukin sampah-sampahnya ke sungai Bengawan oh Solo.
CCTV alam by Allah tidak menakuti pelakunya, butuh edukasi dan siraman rohani tentang kewajiban kita agar tidak merusak bumi, setidaknya tidak membuang sampah sembarangan.
Lagi, lagi karena mereka yang minim lahan tidak bisa mengolah limbah dari rumahnya sendiri. Harusnya pemerintah lokal memperhatikan pembuangan limbah di daerahnya, mengedukasi dan memfasilitasi warga.
#jembatanbatokan
#buangsampahsembarangan
#tamanbermainterbuka