Kamis, 25 November 2021

Pesan cinta untuk remaja

"Hei para calon Ibu dan Bapak"
By: Desia Sasmito


Pandemik memang tidak mudah dilalui semua orang, apalagi kalian para generasi milenial, gen Z dan gen-gen dibawahnya. Informasi yang terupdate begitu cepat, hiburan yang tergerus begitu asyik, tabu yang begitu mudah dinikmati, teknologi canggih yang memudahkan manusia akan membuat generasi ini akan mudah stress serta teriming-iming dengan dunia "instan". Siapa sih yang tak candu dengan hape?

Semua jaman punya tantangan masing-masing, maka merapatkan barisan itu penting. Barisan seperti apa? Barisan dimana kalian merasa aman, nyaman dan terlindungi. Baik secara spriritual maupun fisik. Itu hanya bisa kalian dapatkan jika kalian  memperbanyak ilmu. Ilmu itu berserak di dunia digital. Gunakan mata hati untuk membaca dan memahami setiap yang kalian temukan di internet. Tanda nya cuma satu, jika bermanfaat untuk orang lain atau banyak orang itu berarti sebuah kebaikan. Jika itu hanya bermanfaat untuk kesenangan kalian sendiri, pikirkan baik-baik lagi.

Saya tahu bahwa menjadi ABG atau remaja jaman pandemik memang tidaklah mudah. Yang harusnya bisa berkumpul, tertawa, bergurau yang banyak dilakukan remaja tidak bisa sebebas dulu.

Apakah benar ngga sebebas dulu, apakah kegiatan remaja jaman dulu itu lebih hebat dan menyenangkan dari sekarang?

Sepertinya tidak begitu kawan, didunia maya semua orang bisa mengakses banyak hal. Termasuk berkenalan dengan orang baru, menjalin pertemanan, bergurau, diskusi, debat, saling memuji, merayu bahkan berbicara hal yang pribadi sekalipun bisa dilakukan tiada batas. Hanya rasa takut kita sama Tuhan lah yang akan mengontrol kalian agar tidak merobohkan pagar pembatas itu. Ya, seperti mencuri tidak seorangpun tahu tapi kalian tahu bahwa yang kalian lakukan akan membawa petaka. 

Dekatkanlah, paksalah kalian agar terlibat aktif mencapai target ilmu, skill tertentu, ajak teman-teman kalian lebih banyak lagi agar terselamatkan dari kesepian yang akan terisi oleh setan-setan jahat. Jaga pergaulan.

Isilah dengan banyak belajar segala hal yang membuat kalian penasaran. Biarkan penasaran itu menuntunmu pada capaian pribadi. Berpikirlah ke depan, jika suatu hari kalian jadi ibu atau seorang Bapak, maka kalian akan bisa menggunakan ilmu-ilmu yang telah terlampaui tadi untuk anak-anak kalian. Sadarlah tidak ada ilmu yang dipelajari mubazir begitu sajadi dunia ini. Yang tak ada lagi adalah waktu yang telah terlampaui dengan sia-sia,  menghabiskan waktu tanpa ada "ilmu" yang kalian dapatkan.

Contoh menurut saya tiada manfaat adalah bermain Game Online hanya untuk kesenangan diri sampai level pecandu. Contoh lainnya yang jadul ya merokok, minum minuman keras, narkoba dan pergaulan bebas yang tiada manfaat.

Lagu lama, tapi tetap jadi penyakit serius.

# yukperbaikidiri
# aktifitaspositif







Kamis, 14 Oktober 2021

TEMPE TAHU KEDELAI IMPOR

 

"Tempe"

by: Desia Sasmito

 

Tahukah kawan tempe yang kalian konsumsi sehari-hari berbahan baku impor. Nasi pecel itu lauknya impor. Sampai radius Desa kita mengkomsumsi barang impor. Saya pribadi tidak anti kok barang impor asal barang tersebut dapat memenuhi kebutuhan primer kita. Primer lho ya, terutama makan.

Bukan semua salah pengimpor, bukan juga kita yang salah. Hanya saja mereka lebih cepat membaca peluang disebuah negara yang membutuhkan. Jadi pengusaha yang sukses itu ternyata yang bisa membaca peluang ini. Negara-negara maju itu problemnya adalah karena semua sudah tercukupi, jadi penguasahanya berusaha mencukupi kebutuhan negara lain. 

Ya Kedelai itu contohnya, dengan gaya pertanian kedelai yang modern, tanah yang luas, tanpa banyak tenaga kerja, hanya dengan kreativitas alat-alat canggih produksi kedelai melimpah ruah, walau di negara setempat ngga butuh amat dengan kebutuhan ini. Membidik peluang pasar negara lain yang doyan bahan baku kedelai. 

Mereka melakukan riset bahwa produksi kedelai lokal negara yang dituju tidak begitu bagus dan teknologi pangan berjalan lambat. Buktinya para pengrajin tempe tahu lebih memilih yang impor untuk membuat tempe tahu. Maka ini adalah peluang besar mereka kawan. Jangan selalu menyalahkan barang impor, karena itu hasil riset dan hasil kerja keras mereka.

Apalah nasi pecel tanpa tempe? Selain punya nilai gizi yang tinggi, tempe juga baik untuk penampilan kita.

Yuk, lakukan riset, selalu berinovasi, tetap curious, bebas kreatif banyak manfaat. Saya juga masih belajar gaes!

 

#happyfriday

#tempe

#nasipecel

 



Kedelai Impor 



Selasa, 24 Agustus 2021

VAKSIN

 "Vaksin untuk IRT"

by: Desia Sasmito



Golongan Ibu Rumah Tangga adalah waiting list paling akhir dalam antrian panjang vaksin yang sudah di data oleh petugas Desa. Tepatnya awal juni kemarin, marak-maraknya vaksin sinovac menginjeksi para PNS, tapi di Desa baru di data saja. Saya pikir oke-lah waiting list aja, ngga usah berebut, nanti saja kalau sudah waktunya juga akan dipanggil.
Menunggu ya...
Ada yang bilang, "Langsung bawa KTP ke puskesmas aja mba, bilang mau vaksin".
Daripada kecelik, mending cari tahu dengan HAPE mu, wkwk.
Faktanya:
1. Ada kalanya puskesmas ngadain vaksin pada suatu hari yang ditentukan.
2. Jika sisa jumlah vaksinnya karena ketidakhadiran penerima vaksin baru akan dilelang siapa yang mau atau yang sudah punya koneksi dengan petugas data.
Mulailah cari info ke petugas sana sini via hp, tapi ternyata endingnya masih belum rejekinya belum juga bisa vaksin.
Bahkan di Desa kloter pertama dengan jatah dosis untuk 10 orang per RT baru mulai minggu kemarin. Mosok ya mau main lobi demi vaksin, pakai tempat jatahnya orang yang sudah di plot, oh I said "No way!"
Nunggu lelangan juga sepertinya sudah akan terisi karena mengingat jatahnya yang sangat terbatas.
Persis sehari setelahnya, ada info banyak sekali masuk tentang tempat vaksin. Cuma info nya simpang siur, apa untuk umum? atau apa sudah di data? tidak satupun yang bisa jawab, harus meluncur ke TKP.
TKP, I'm coming. Satu di sebuah SMP, satu di sebuah SMA dihari yang sama. Yang paling dekat ya SMP nya jadi saya meluncur dulu kesana.
Infonya di SMP akan ada tiga Menteri yang akan berkunjung, patwal berlalu lalang dari pagi, jalan utama dialihkan. Duh, malah agak ruwet sepertinya.
Oke, masuk ke halaman SMP nya, tanya ibu-ibu yang berdiri terlihat ngantri.
"Bu, daftarnya dimana?"
"Lho belum daftar tho mba?", "kami ini wali murid sudah didata via onlen"
Dieeeng, putar baleklah kita yes.
Next Destination, menyebrangi sungai Bengawan Solo menuju kota Minyak disebuah SMA berkumpullah orang-orang antri dengan membawa foto kopi KTP yang harus dikumpulkan ke petugas, lalu sang petugas membacakan nama yang tertera dalam tumpukan kertas itu. Satu per satu.
Ngantri di luar pagar yes, dipinggir jalan, menyebar, merindang dibawah pohon, lesehan trotoar. Sekitar jam 12 siang nama saya dipanggil, setelah 2 jam menunggu.
Alhamdulillah proses screening dan suntik cepat ngga ada kendala. Cuma endingnya harus ngantri lagi karena ada kendala di IT alias belum bisa ngeprint. Nunggu satu kertas itu keluar sampai jam 2 baru bisa pulang.
Dipikiran saya cuma anak-anak saya, Bapak saya, apa sudah makan siang? Haha. Langsung cus beli lauk ke warung dalam perjalanan pulang.
Persiapan mau vaksin banyak gaes, harus diskusi ke anak kalau mau dititipin ke akungnya, harus siapkan makanan sebelumnya. Saya salah prediksi kirain ngga sampai sesiang itu. Siapkan mental budaya antri. Jangan marah. Nikmati aja suasana. Fanas-fanas sekali kali. Siapkan tikar. wkwk
#vaksindosis1
#seeyounextmonth
#buktinyacumaini
#gabawahape

Kamis, 15 Juli 2021

CERITA CORONA SERI

 

Cerita Corona Part X: Never Ending “Waspada”

By: Desia Sasmito

 

Berawal dari adik saya yang bungsu dua minggu ini tidak berjualan, maka saya pun ditanya oleh pelanggannya.

“Lha adik mu kemana, kok lama ngga jualan?”, tanya nya. Spontan saya pun menjawab kalau dia harus ke rumah kakak saya untuk menjaga anak-anak kakak saya yang tinggal di Jawa Tengah, karena Bapak dan Ibunya positif Covid. Bapak dan Ibunya dikarantina di dua Rumah Sakit yang berbeda. Bayangkan anak-anak mereka yang berusia 8 tahun dan 6 tahun harus tinggal di rumah kontrakan tanpa Bapak-Ibunya selama perawatan Covid. Maka, harus ada saudara yang siap dikirim untuk membantu. Alhamdulillah Allah menyiapkan skenario terbaik untuk hamba-hambaNya. Berakhir semua kondusif berkat bantuan do’a dan ikhtiar maksimal dari semua teman dan keluarga. Si Kakak saya seminggu pakai ventilator, Kakak ipar saya dua minggu pakai ventilator. Mereka sembuh kok dari perawatan RS. Apakah kalian wahai orang-orang dengan gaya tanpa protokol kesehatan siap menghadapi situasi begini? Apakah masih ada yang terus-terusan bilang kalau masuk RS nanti meninggal trus diCovidkan gitu?

 

Kadang saya bingung harus mengawali obrolan darimana ketika bertemu dengan wajah yang antara tidak mau percaya dan tidak mau tahu tentang keberadaan virus ini. Virus ini memang tidak kelihatan, bahkan siapapun tidak akan pernah bisa menjelaskan keberadaan virus ini. Sepertinya mereka memilih untuk tidak percaya saja bisa beres gitu. Bisa rekreasi lagi, bisa kumpul teman, reuni, lebaran, hajatan, party dan lain sebagainya.

 

Pernah suatu pagi saya berniat membeli nasi pecel depan rumah, nasi pecel ini paling rekomended dan ramai selalu setiap paginya. Ketika itu ada seorang Bapak yang selesai makan dan kami yang ngantri bergantian bangku duduk. Kebetulan saya duduk disamping si Bapak itu.

 

Tiba-tiba si Bapak bertanya pada saya,

”Daleme pundi ?” (Rumahnya mana?).

Sayapun menjawab,”mriki mawon pak, celak”(sini aja pak,deket) sambil nunjukin rumah saya yang diseberang.

Si Bapak agak males menoleh kali ya. Lalu, si Bapak berkomentar lagi, “Deket sini, Kuncen?”.

“Ngga pak disini aja, Mbaru”. (nama Desa saya Mbaru Red).

“Lho bukannya sini tuh Kuncen”. Sayapun hanya tersenyum saja. (Makhluk darimana nih si Bapak) mulai aneh deh.

Sambil tersenyum sinis si Bapak ini pun melanjutkan komentarnya,”Wong kok kabeh saiki bungkusan, podo wedi mati”. (Orang kok jaman sekarang pada dibungkus mulutnya, pada takut mati apa).

 

You know what dear, semua yang antri itu pakai masker semua cin. Dan si Bapak ini dengan terang mengomentari orang pakai masker. Hello, kita yang pakai masker aja ngga ngomentari si Bapak yang ngga pakai masker, eh si Bapak yang rese ngomentari orang-orang yang pada pakai masker. Orang ini hidup dimana sih?

“Saya itu dari awal ngga pernah pakai masker, ya gak apa-apa”, pamer si Bapak.

Krik krik krik bunyi jangkrik. Tik tik tik bunyi hujan.

 

Reaksi saya waktu itu ya cuma senyum aja, si Bapak bayar terus pergi.

Itu baru satu yang saya temukan langsung, saya kira banyak juga diluaran sana yang masih belum percaya keberadaan si Virus ini. Betapapun kalian mengingkarinya, virus ini akan tetap ada. Seberapapun kalian marah pada keadaan, lha Sang maha Pencipta sudah mengizinkan mereka hidup di Bumi.

 

Situasi ini memang membuat kita semua berada dalam ketidaknyamanan. Roda perekonomian berputar seret, gerak dibatasi, tatap muka belajar mengajar ditiadakan, banyak Supermarket tutup, banyak pengangguran, banyak penjual yang merasa dagangannya sepi sedangkan bayar PLN, BPJS, Internet, tetap harus dibayar tiap bulannya. Dilema, pasti! Tapi tetaplah bergerak dan berdoa, karena dengan bergerak, rejeki Allah akan selalu bagi.

 

Kita semua akan terpapar, siapkan prajurit perang terbaik untuk menghadapinya. Banyak baca Al Qur’an, banyak aktivitas di dalam rumah, saling bantu radius sekitar kita, aktifkan kepedulianmu dengan sekitar. Yang tidak kebutuhan pokok tidak perlu beli. Yuk, tetaplah mengasah skill di saat terkurung seperti ini. Siapa tahu suatu hari ketika keluar dari kurungan kita sudah jadi level mahir melakukan suatu keahlian. Atur strategi dengan seksama melawan Virus ini. Ngga enak badan, langsung istirahat total, jangan nunggu sampai kolaps. Yang diberi kesehatan, jagalah nikmat itu. Subhanallah.

Satu lagi. Yuk, tetap jualan dengan prokes yang ketat. Be happy and healthy.

 

#sunbathingangonwedhus

#ppkmdarurat


Berjemur sambil menggembala kambing


 

Rabu, 12 Mei 2021

LEBARAN

Lebaran: Hari Raya Idul Fitri

By: Desia Sasmito


Idul Fitri 2021


Kala itu saya merayakan Idul Fitri di negeri orang bersama dengan sesama muslim yang kebetulan berstatus sama sebagai mahasiswa di sebuah Asrama Putri. Turki, Azerbaijain, Tajikistan, Kazakstan, Pakistan, Srilanka, India, Suriah, Yaman, Lebanon, Khasmir, Uganda dan beberapa negara muslim lainnya yang tinggal di sebuah kastil yang sama. Haha. Saya menyebutnya kastil, karena bangunannya terdiri bangunan induk ditengah dengan kanan kiri bangunan berupa kamar-kamar lantai 1 dan 2. Pertama kali masuk ke bangunan ini, saya muter-muter tiada henti karena bangunan ini tembus, mirip sayap kanan dan kirinya.

Lha kok bahas bangunan.

Balik lagi ke status kebersamaan disini mengenang Idul Fitri 7 tahun yang lalu. Saya ingat betul, di hari yang fitri itu tidak satupun yang menyapa dengan permintaan maaf. Tetapi lebih saling mengucapkan selamat hari raya idul fitri, semoga idul fitri-mu berkah, Ied Fitr Mubarok. Saya pun bercerita kalau di Indonesia semua orang akan meminta maaf dan saling memaafkan satu dengan yang lainnya dan mereka amazed dengan cerita saya. Wah budaya yang bagus ya momen saling memaafkan. Saya pun ngga kalah terkejut juga, bahwa mereka dari berbagai negara muslim ngga ada budaya hari raya idul fitri meminta maaf. Sekedar berucap selamat dan cipika cipiki.

Lalu saya pun bercerita kami semua akan berusaha mudik atau kembali ke rumah ibu-bapak kami, saudara, tetangga, teman, kolega untuk meminta maaf atas segala kesalahan yang nampak ataupun tidak. Kami akan mengenakan pakaian terbaik kami, baju baru,  makanan atau jajanan kering tradisional di setiap meja di setiap rumah. Takbir berkumandang disetiap masjid dan mushola disepanjang malam hingga larut. Momen Idul fitri di Indonesia adalah momen yang paling ditunggu, mengharukan, melepas kangen, sungkem, tangis dan tawa mewarnainya. what a big day!

Ngga kalah juga hari itu adalah hari yang ditunggu anak-anak untuk diberi donasi zakat berupa uang baru gress gaes. Begitu pula parcel Idul Fitri akan diberikan untuk sanak keluarga dekat, kolega.

Budaya Indah ini hanya ada di Indonesia dan beberapa negara muslim melayu yang masih kental dengan momen mudiknya tanda bertemunya keluarga yang jauh akan mendekat dan bertemu.

Bercengkrama, gelak tawa, ngobrol, saling menginspirasi, dua tahun terakhir ini tidak ada lagi, agak sepi walau tetap ramai warga lokal. Lockdown wilayah diberlakukan untuk menghambat penyebaran virus corona.

Semoga harapan baru dan Indah akan kebersamaan ini akan terulang lagi di masa mendatang. Selalu berjuang ke titik positif atas apa yang kita semua perjuangkan. Pasti akan ada suatu kebaikan di setiap ujian. Be positive! 

#mohonmaaflahirbathin

#1442H

#iedmubarok


Sabtu, 24 April 2021

Jembatan Hitam, Penangkal Sampah


Jembatan Hitam, Penangkal Sampah
By: Desia Sasmito


Teringat setahun yang lalu kami melewati jembatan kecil ini untuk pergi ke makam ibu saya, saya melewati tumpukan sampah bau yang sengaja dilempar dari para penggendara sepeda motor yang notabene adalah warga sekitar. Saya juga menjumpai banyak kejadian serupa hampir di setiap jembatan. Itu setahun yang lalu.

Namun pagi itu sebelum Ramadhan tiba kami melintasi jembatan dengan sangat girang sekali, karena bau busuk sampah tidak tercium lagi. Tumpukan sampah tidak terlihat lagi. Para pejuang pecinta lingkungan bersama-sama memasang tirai hitam disepanjang jembatan agar para pembuang sampah tidak bisa melemparkannya ke kanan kiri jembatan, karena dengan sebuah tulisan belum mampu menyadarkan masyarakat desa untuk tidak membuang sampah di jembatan. Penyuluhan masyarakat tingkat RT harusnya mampu menyadarkan masyarakat pentingnya mengelola sampah. Tidak ada salahnya Pak RT dan Bu RT setempat memberikan edaran informasi tentang pengelolaan sampah, bahaya, dampak yang ditimbulkannya, seperti banjir, longsor, bau, dan pemandangan tidak sedap.

Padahal dulu semasa saya masih kecil sampah tidaklah sebanyak jaman sekarang. Sepertinya jaman sekarang lebih banyak sampah dibanding jaman dulu. Dulu tidak ada pampers, tidak ada minuman plastik ala Drink yang menjamur, dulu tidak ada gelas plastik jus, dulu tidak ada banyak varian snack yang berbungkus premium. Memang disisi lain packaging membuat harga produk naik, lebih hiegienis dan praktis. Sayangnya kemajuan jaman tidak diiringi dengan kesadaran akan cinta lingkungan. Para warga atau penjual makanan yang tidak mempunyai lahan sampah akan dengan mudahnya membuang sampah di jembatan atau lahan kosong yang tidak bertuan. Mereka bingung mau membuang sampah dimana. 

Di Desa atau kemungkinan besar mayoritas Desa di Indonesia tidak mempunyai Tempat Pengolahan Sampah (TPS). Rata-rata mereka mengelola sampah sendiri. Dengan memberikan sampah dapur pada hewan ternak atau dikubur untuk jadi pupuk, sampah plastik dan kertas yang dibakar berkala. Satu hal yang bisa saya lakukan sebagai Ibu Rumah Tangga mengolah sampah rumah sendiri, tentunya dibantu oleh seluruh anggota keluarga. Saya ada beberapa tips bagaimana cara mengubah gaya hidup kita agar minim sampah dengan mengolah sampah makanan dimulai dari diri sendiri. Kadang memang kita tidak bisa membuat dapur kita zero sampah, tetapi kita bisa meminimalisirnya dengan cara berikut ini:

1. Ibu-ibu bisa  menyediakan dua baskom sampah (baskom bekas) tepat dipinggir wastafel cuci piring. Satu untuk plastik dan kertas. Satunya lagi buat sampah makanan. Baskom plastik kertas bungkus saya bersihkan 2 atau 3 hari sekali karena memang kami jarang membuang sampah. Tapi kalau sampah makanan setiap pagi saya angkut ke kandang kambing milik Bapak saya. Bapak saya yang kebetulan suka pelihara hewan ternak. Sedangkan baskom yang plastik kertas kami bakar, karena di Desa belum tersedia "Tempat Pengelolaan Sampah". Botol plastik dan kaca saya sisihkan untuk dipanggilkan tukang rosok (Pemulung). Beda kalau di Kota, di Kota semua tersedia fasilitasnya, mulai dari pemangku kebijakan sampai warganya yang lebih sadar akan lingkungan. 

2. Masak nasi, lauk pauk dan sayurnya sesuai jumlah anggota keluarga. Usahakan habis dihari yang sama, jika tidak memungkinkan simpan dikulkas untuk sarapan dihabiskan saja. Misal ayam gorengnya masih, dikulkasin, besok digoreng sebentar sebelum disajikan. Jika masih belum habis, kasih ke kucing sisanya. 

3. Jika nasi kita tiba-tiba basi atau sudah kelamaan di magic com dan tidak layak dikomsumsi, kita bisa bersihkan taruh dibaskom dan antar ke kandang kambing. Tidak punya kandang kambing, ya kandang kambing tetangga, tidak punya tetangga yang memelihara kambing atau ayam ya gali lubang di tanah, tidak punya tanah ah tidaklah mungkin, rumah yang didirikan pasti ada lahan walau sedikit. Beneran tidak punya lahan, bisa intip DIY youtube membuat kompos dengan bak yang tertutup.  

4. Selipkan tas kain besar yang dilipat ke jok motor, di tas belanja, di dompet belanja harian. Soalnya ibu-ibu pasti sering ke toko sembako dengan bawa dompet belanja harian. Kadang ada gula yang tiba-tiba stock di dapur habis tinggal berangkat bawa tas yang berisi uang belanja.

5. Usahakan jangan membeli snack yang berbungkus premium, selain mahal mengolah sampahnya juga lebih cepat menumpuk. Plastik gelas atau botol ala Drink kekinian, gelas atau botol plastik air mineral bisa dikumpulkan dan diantar di tempat jual beli rosokan. Para Penjual makanan bisa mengkampanyekan isu ramah lingkungan dengan menyarankan pembeli untuk mambawa tas, tumbler sendiri dari rumah. Selain terjamin kebebersihannya juga akan mengurangi sampah. Pada awalnya hanya sebuah saran, tetapi kita bisa mengubahnya seiring waktu dan kebiasaan akan menjadi kewajiban. 

Yuk, mulai diri sendiri Ibu-ibu dimanapun berada, memilih makanan yang lebih alami sehat atau kekinian tetapi tetap memperhatikan dampak lingkungan yang akan ditimbulkan. Jangan takut memulai gaya hidup minim sampah makanan. Cintai lingkungan dengan mengolah sampah mandiri.

#foodwaste #bandungfoodsmartcity #ambilmakanhabiskan @bandungfoodsmartcity




Rabu, 31 Maret 2021

SUFOR


“Susu Formula Mahal Versus Murah”

By: Desi Sasmito

Plung… cling… Ting.. tiba-tiba ada pertanyaan dari teman kuliah saya dulu yang bertanya ke group terbatas kami. Pertanyaannya adalah “Rek, opo beda ne yo susu larang mbek murah?”, “Susu formula maksudku.”

Hm, seketika saya langsung bereaksi sesuai pengalaman aja. Haha. Kalau ngga pernah saya jalani, ngga bisa nulis gitu intinya. Jadi mungkin banyak ibu-ibu muda atau yang sudah setengah muda kayak saya yang meragukan eksistensi Susu Formula.

OK Bunda cantik-cantik. Kita bahas dari definisi Susu Formula ya.

Susu ya sudah pada paham ya, cairan berwarna putih yang keluar dari sebuah kelenjar mamalia betina. Kalau Formula itu apa? Formula adalah Resep, Rumus, Bahan-bahan tertentu. Jadi Susu Formula ya Susu yang dioplos dengan bahan-bahan tertentu yang menghasilkan gizi tertentu dengan tujuan tertentu pastinya.

Lebih mudahnya misal tanah itu dikasih ”pupuk buatan” yang bagus ditambah “bibit yang unggul” dan “perawatan yang benar”. Maka jadilah tanaman yang tangguh dan sesuai harapan.

Nah, pupuk buatan itu ”susu formula”, bibit yang unggul itu “keturunan orang-tua”, perawatan itu ya “cara didik anak”. Bisa jadi tanpa Susu Formula karena memang keturunan Orang tua unggul dengan cara didik yang benar ya bisa jadi anak yang tumbuh sesuai harapan. Ya seperti teman-teman saya yang juara satu dikelas bukan dari anak orang kaya dengan Susu Formula yang mahal-mahal itu. Bukan berarti tidak ada anak orang kaya yang bisa juara ya. Semua bisa jadi juara. Juara maksud saya disini sebagai contoh saja.

Di luar negeri, atau lebih tepatnya di negara-negara maju masyarakatnya akan lebih memilih susu segar daripada susu bubuk yang melalui banyak proses. Susu segar itu bisa dinikmati untuk segala umur seluruh keluarga. Dari bayi, balita, anak-anak, dewasa hingga manula. Semua minum satu susu yang sama. Asal anggota keluarga tidak ada alergi saja. Dan Susu Formula hanya bisa dibeli di Apotek. Karena Susu yang di formulasikan khusus itu ada bahan-bahan lain yang bertujuan untuk membantu kekhususan. Misal Susu Ibu Hamil, Susu Manula termasuk Susu Formula untuk anak itu adanya dijual diApotek gaes!

Saran saya untuk melilih Susu Formula adalah jika mampu membeli Susu Formula yang mahal dengan iklan yang begini begitu asal mampu beli ya beli aja. Tetapi jika tidak bisa beli pun tidak masalah, bisa beli Susu Formula yang biasa dengan kadar gula yang rendah. Biar tetap enak bikin susunya agak sedikit kenthal jadi berasa. Saya belum pernah beli Susu Formula yang Mahal-mahal itu. Haha.

Kesalahan saya adalah memilih susu yang disukai anak yaitu yang manis. Resiko nya adalah anak-anak saya gigis. Karena terlanjur mengkomsumsi yang manis-manis. Susu rasa coklat atau apapun yang labelnya coklat lebih banyak ekstra gulanya. Coklat asli kan aslinya flat cenderung pahit rek! Cuma kalau sudah jadi produk olahan coklat pasti mayoritas gula.

Nah, ibu-ibu cantik Indonesia. Mau pilih SuFor yang mana?? It’s all your chioce. Be Smart and Wise sesuai keadaan masing-masing. “Life is when you have no worries in simplicity”. ~supermuslimfriends ~

#happybirthdaybapak

#semogaberkahumur

#sehatselalu




Kamis, 18 Maret 2021

Clodi

"Ningrat Clodi Pant"
by: Desia Sasmito

Selama pandemik saya jadi malas untuk belanja ke supermarket yang menawarkan diskon untuk pampers. Ya, lebih murah daripada beli ditoko. Jadi memang tiap bulan saya langganan ke supermarket hanya untuk membeli pampers. 

Akhirnya saya berfikir keras, ada solusi ngga ya untuk sampah pampers yang berat dan bau. Suami atau Bapak saya yang mengangkut, mengolah sampah yang tak terkira. Keringkan bakar sendiri. Ah hem. Idih. Di Desa tidak ada pengangkutan sampah ala kota.  

Clodi, cloth diaper itu bukan barang murah dan terjangkau. Kalaupun murah pasti kualitas jelek. Saya beberapa kali mencoba merk biasa dan murah malah membuat kerempongan baru. Akhirnya saya tetap membelin pampers sekali pakai. Coba bayangin aja, disaranin pencucian clodi ngga boleh pakai mesin cuci, insert harus dicopot dari diapernya, diapernya banyak mata cetekannya, ngga boleh terlalu dikucek, ngga boleh pemutih, ngga boleh pelembut, ngga boleh pewangi. Pre-wash tiga kali cuci kering tanpa detergen. Halooo, rempong ya Moms! Kerjaan lama dipencucian diapers olala. NO besar!

Tapi seiring waktu berjalan, anak saya sudah ngga bayi lagi, jadi kerempongan mulai terurai. Anak saya yang usia dua tahun sudah saatnya lepas pampers. Ok, saya ajari setiap mau pakai celana, sambil bilang kalau mau pipis bilang ya. Kadang ngompol, kadang ya bilang, harus diingetin setiap dua jam sekali. Tapi kalau masa dia beser (pipis banyak) bisa 10 menit sekali, hehe. 

Tapi PR nya adalah jika tidur pada malam hari, enaknya pakai apa ya yang simpel tanpa pampers lagi. Saya memang pengen yang simpel clodi yang pant gitu tinggal slup, ada nggak ya. Saya mulai browsing di marketplace. Ternyata ada satu merk lokal yang mengeluarkan clodi versi pant, ini yang saya suka, ngga usah ngeluarin insert, tanpa cetak cetik, gambar menarik. Saya langsung beli dan coba. Ternyata memang ngga bocor. Bocor kalau pipisnya lagi banyak. Saya senang sekali. 

Cara cucinya gimana? Saya hanya bilas peres, bilas peres enam sampai sepuluh kali bilas sampai baunya hilang. Cara ngeceknya gimana? Cium aja pampersnya bun. wkwk. Jika ngga tahan pesingnya, bilas peras 3x sebelum direndam detergent sedikit aja. Begitu nongkrong di kamar mandi langsung eksekusi aja bun cuci bilas berulang sampai bau pesing hilang lalu keringkan di jemuran. 

sekian tips dari saya pendatang baru di dunia per-clodian. Semoga ibu-ibu yang buang sampah lempar ke jembatan atau lahan kosong cepat sadar. Yuk, sayangi bumi kita. Sayangi tempat hidup makhluk lain. 

 #clodi
#tipscuci
#janganbuangpamperssembarangan

Selasa, 09 Maret 2021

TIPS MENIKMATI PPKM


"Putusin Kamu Aja Deh!"

By: Desia Sasmito

 

Bagi teman-teman yang waktu luang karena mungkin kerjaan berkurang selama pandemik, pasar sepi, jalan sepi, semua aktivitas perekonomian sepi. Dan bertanya "Apa yang bisa saya lakukan?"

 

Tips Tipis-Tipis:

 

1. Ekplorasi diri

Entah apa itu yang tahu hobbi pribadi masing-masing. Misal, ada yang suka berkebun atau belum pernah ngolah tanah sama sekali? Coba aja. Dijamin langsung sibuk. Ngga perlu beli beli bibit dulu. Siapkan media nya dulu, misal: cari tanah yang subur disekitar rumah. Kalau dijawab ngga ada tanah disekitar rumah, berarti kamu hidup di perumahan yang ful paving alias kamu masih punya modal, jadi beli aja tanah ditoko bunga sekalian potnya, haha. Coba tanam apa aja yang bisa ditanam. Bisa beli bibit, bisa bikin sendiri ala youtube. Rawat tiap hari jangan lupa beri pupuk berkala jika hidup di pot. Tanam tanaman produktif, misal sayur mayur yang tiap hari bisa dijual dan dimasak, empon-empon yang mudah ditanamnya. Puter aja dari limbah dapur ditimbun tanah jadi pupuk, dikeruk lagi jadi tanah pot, tumbuh sayur mayur dimakan lagi. Muter aja deh gitu.

Semua yang 'mbabat alas' itu profitnya kecil tapi banyak aktivitasnya.

 

2. Menggunakan dana yang ada sebijak mungkin.

Diberi uang berapapun akan kurang terus, yang bisa kita lakukan adalah menuliskan keperluan kita tiap bulannya jatahnya berapa, jangan asal nuruti semua apa yang diminta anak, ada budget, ada rem, ada diskusi, ada latihan kesabaran untuk kita semua. Mau belanja pengin ini pengen itu, dulukan mana yang lebih prioritas. MAKANAN atau BAJU? Susu anak atau rokok? Token listrik atau hp? Sedekah ke tetangga atau negara tetangga? Ya, semua ada levelnya masing-masing. kalau level primer sudah bisa terpenuhi baru naik level. Yang tahu jawabnya ya kamu punya budget pribadi masing-masing. Cek alokasi dana selama ini, jangan-jangan melebihi budget. Introspeksi dan terus berencana.

 

3. Ibadah

Wah sok-sok an ya. iyes, saya memang sok. sok imah. Hehe.

Sudah lupakan jangan hiraukan apa kata yang lewat. "Duh, sekarang mas Budi suka ke masjid ya?"

Berat memang awalnya tapi jika sudah terbiasa akan terasa nikmatnya.

Simpelnya nih yang bisa dipelajari dari pergi beribadah tepat waktu adalah melatih disiplin waktu. Bukankah kita harus selalu well prepare dan tepat waktu kalau berbisnis biar untung maksimal. "Mas, tiap hari buka toko jam berapa?", "Tanggal berapa dikirim barangnya?" , "Tahun depan kita haji umroh yuk!"

Semua itu bermula dengan disiplin WAKTU. 

Pengen sibuk lagi dengan ibadah, dzikir ala mbah Cak Nun (sing ora angel-angel). Atau mau challenge lainnya yang lebih seru? Hafalan ayat per ayat Al Qur'an. Ngga perlu target, ngga perlu harus surat pendek dulu. Langsung surat yang kamu sukai aja (angen angen sakmanane). In sha Allah langsung hafal dan nyangkut di hidup kamu.

" lock down" adalah masa yang tepat untuk mengekplorasi diri, introspeksi, ber-planning, dan lebih banyak beribadah. Ada banyak hal yang bisa dilakukan dilingkungan rumah kita. "Jangan putus asa, putus hutang aja!"


#pemerintahharusbenarbenarlockdown

#nggaperluimporyangsudahbanyak

#tinggalaturaja

#hidupisolasiaman


ON TIME


 

 

Rabu, 17 Februari 2021

PENDEMIK

 

“Berita Suka vs Duka”

By: Desia Sasmito

BOOSTER No.1


Brrrm, dingin lagi udaranya. Alamat banyak terdengar bersin-bersin gaes! Detektor saya adalah warung kopi depan rumah. Kalau di desa warung kopi adalah meeting room buat para pengusaha, freelancer, makelar dll. Sambil minum kopi, di tempat ini akan mempertemukan panjual dan pembeli, transaksi-transaksi, bersenda gurau, berbagi info terkini, entah sampai gosip atau ngga. Warung kopi memang identik khusus para laki-laki, bapak-bapak. Fungsi lain warung kopi adalah sebagai pos kampling, jika ada suatu hal yang terjadi didepan mata, mereka dengan ringan tangan akan membantu. Warung kopi sebenarnya juga dapat diketegorikan penambah imun. Mereka bisa berelaksasi sambil minum kopi panas, bercandaan dengan kawan. Dilemanya Covid mengintai para pencari nafkah ini.

Rata-rata yang sejauh saya dengar, orang yang meninggal dunia karena Covid adalah para laki-laki. Entah kebetulan atau memang benar adanya bahwa wanita lebih tahan dengan virus daripada laki-laki. Apakah memang demikian? Yuk, kita list sebelum menarik kesimpulan kisaran akhir desember sampai memasuki bulan ini.

1. Teman suami saya yang harus dirawat di PKU cepu dengan bantuan oksigen full selama perawatan dua minggu, alhamdulilaah membaik dan dipulangkan diwajibkan isolasi mandiri dengan tetap dibawakan alat oksigen jika diperlukan.

2. Persis Teman suami saya ini dalam perawatan, suami saya ini juga dalam keadaan pulih dari Covid, mereka saling memotivasi lewat video call.

3. Tepat diakhir januari terdengar tetangga yang meninggal karena Covid (Yang saya tulis sebelumnya red).

4. Paklek, bulek saya yang tinggal masih satu kecamatan juga terkonfirmasi positif Covid. Bulek saya cepat pulih, tetapi paklek saya yang memerlukan bantuan oksigen karena mengalami sesak nafas. Mereka menjalani isolasi mandiri dirumah dengan menerapkan protokol kesehatan dengan ketat, tidak keluar rumah demi menjaga tetangga, saudara agar tidak terjadi penularan. Lapor ke puskesmas setempat, memanggil petugas medis ke rumah untuk perawatan. Supply makanan, vitamin, buah, sayur yang diantar oleh tetangga atau kerabat dengan meletakkannya di meja depan rumah dan berkomunikasi lewat WA. Memotivasi dengan mengirimi candaan, video-video lucu, menyapa tiap hari disebuah group keluarga. Alhamdulillah, selama hampir dua minggu lebih periksa rapid antigen mereka dinyatakan negatif.

5. Satu lagi kabar duka datang dua hari yang lalu, teman sejawat Bapak saya meninggal dunia, kabarnya memang dari rumah sakit langsung dimakamkan di pemakaman. Bapak saya pengen banget takziyah, tapi selalu urung karena Bapak merasa tidak sekebal itu. Rumah duka nya dijaga oleh beberapa seragam hansip dan PM. Pak Jogoboyo-pun menghimbau agar warga desa tidak pergi takziyah. Teman Bapak saya ini memang sudah lama dalam perawatan di rumah sakit, mungkin sekitar memasuki bulan januari kemarin. Endingnya Allah memanggilnya. Semoga husnul khotimah, pak.

Yuk, tetap waspada. Agak rempong diawal memang, dengan penuh persiapan mamakai masker, cuci tangan, jaga jarak. Kurangi kluyuran yang tidak perlu. Pertolongan petama jika tidak enak badan, istirahatlah total sebelum ambruk, pakai masker, minum hangat, pakai minyak putih. Ngga bisa tidur, demam atau kepala cenut-cenut bisa minum paracetamol 3x1, dijamin tidur nyenyak, jangan lupa makan. Ngga doyan makan? Beli pisang lokal itu gizi nya lengkap diantara buah lainya tapi bukan berarti anti buah lainnya ya gaes. Pisang jelekpun gizinya sama dengan pisang bagus. Ngga perlu yang import penuh semprot. Trust in Allah, do not forget tie your camel.

#jagakeluarga

#covidbelumselesai

#pedulisekitar

 

Minggu, 03 Januari 2021

COVID


COVID, jangan sombong!

By: Desia Sasmito





Sampai di awal Januari 2021 ini, saya menemui sebuah kesimpulan pribadi. Yang saya temui di ring terdekat sampai terjauh, kawan, keluarga ataupun saudara yang lainnya.

Di Desa saya awal pandemik dulu sangat ketat memakai maskernya, ada petugas pasar yang muter memberi nasehat kepada para pedagang untuk selalu memakai masker. Orang desa sampai saat ini sebagian besar antara percaya dan tidak percaya. Kalau mereka kena Covid pun tidak ada orangpun yang tahu. Emang siapa yang mau memeriksa berkala seperti pegawai kantoran yang setiap berkala di tes swab untuk mengetahui keberadaan Virus ini dengan biaya yang menanggung kantor. Atau di negara maju yang kesadaran tinggi atas bahaya Covid sangat tinggi, dengan sigap mereka akan memeriksakan kesehatan mereka jika mengalami gejala awal. Tapi siapakah yang akan mengecek berkala kesehatan para orang Desa ini. Dianggap aja seperti flu biasa, asal tidak mengalami gagal nafas aja, baru akan dilarikan ke ICU. Selama tidak sesak, mereka akan mengganggap itu semua flu biasa, istirahat cukup tanpa periksa, ya sembuh. Tetapi kalaupun sesak dan telat penanganannya ya bisa meninggal tanpa tahu covid atau bukan. Saya percaya kita semua sudah terpapar dengan reaksi tubuh berbeda-beda.

Tahlilan di Desa apakah masih? Masih dong, ya aman-aman saja yang diundang dari tetangga satu RT ya datang semua. Ewoh mantu? Ya jalan terus dong, mau sewa lobi hotel, mau sewa tenda, mau sewa Sound System. Ya semua masih bisa dilakukan.

Saya akan mengkategorikan kelompok menjadi tiga, satu untuk kelompok tidak percaya, dua kelompok ragu dan kelompok hati-hati.

Kelompok TIDAK PERCAYA ini adalah ada orang yang memang nggak pernah pakai masker, anti masker. Hanya memakai kalau harus memasuki wilayah yang mewajibkan pakai masker. Ke Pasar?, nggak pernah pakai masker. Dari anaknya sampai kedua orang tuanya. Mereka juga sehat-sehat saja. Tetapi kita nggak pernah tahu kapan tubuh kita punya imun yang rendah. Sejauh apa kita bisa bertahan. ­­­­

Kelompok KERAGUAN ini adalah orang-orang yang percaya tetapi tidak melaksanakan protokol kesehatan dengan baik. Mereka belum menyaksikan dengan mata kepala sendiri tentang bahaya nya si COVID ini. Mereka yang masih asik jalan-jalan ke luar kota, atau menyepelekan si Covid ini.

Kelompok HATI-HATIadalah yang sangat hati-hati sekali dan menjalankan protokol kesehatan dengan ketat. Mereka adalah orang yang mengakui dan sadar bahwa imun mereka tidak begitu bagus. Tetapi orang-orang inilah yang banyak ditembus Virus.

Nah, kamu termasuk yang mana kawan?

Jika ada satu anggota keluarga kalian meninggal ataupun sakit positif COVID, tidak berarti seluruh keluarga akan positif juga. Jika teman kerja anda ada yang positif bukan berarti semua pegawai positif terpapar virus. Karena virus ini akan menembus hanya pada orang yang berimun rendah dan atas izin Allah. Tetapi Allah akan selalu ada nilai lebih untuk orang yang WASPODO dan tidak SOMBONG dengan usaha maksimal memakai masker, jaga kebersihan, cukup makan dan istirahat.

Super hati-hati untuk tokoh publik yang masih mendatangkan banyak orang, jualan yang laris dengan kerumuman orang, jalan-jalan ditempat wisata dengan kondisi imun yang rendah, ambruk gaes!

“Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat dzarah, niscaya dia akan melihat (balasan) nya.

Dan barang siapa mengerjakan keburukan sebesar dzarah pun, niscaya dia akan melihat balasannya pula.”

(QS.Al-Zalzalah:7-8)

Cuci tangan dan kaki pakai sabun jika habis keluar rumah (sepertinya ini aturan udah dari jaman nenek moyang).

Jaga jarak ini serius gaes, dicap sombong yo wes, pakai masker ben gak muncrat idumu. Hehe

Jaga dirimu agar bisa menjaga orang lain.

Jangan lupa bersyukur, berbagi, dan berilmu!

Yuk, mulai dari diri sendiri.

NOTE: Obat COVID ngga ada, yang ada Multivitamin, antibiotik, istirahat cukup, makan, nggak kakean pikiran.