Selasa, 05 Mei 2020

TIPS USAHA


“PHRI, ASITA, HPI dan Himpunan Industri Pariwisata lainnya”

By: Desia Sasmito


Jreng… Judulnya resmi amat ya. Haha. Bukan nama sebuah perusahaan, bukan juga nama sebuah organisasi sosial. Mereka adalah komunitas profesi yang menghimpun diri untuk saling mendukung, bekerjasama dan menguatkan. Mereka adalah orang-orang tangguh dengan kemampuan khusus dari setiap profesinya. Sangat kompleks dan panjang jika berbicara tentang Industri Pariwisata, tetapi selalu terdengar menarik untuk diperbincangkan.

Saya bisa dikatakan mantan pekerja Pariwisata, karena sekarang off due to my responsibilities as a mother, haha. But it is OK, I’m enjoying it so much. Menurut saya sih bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga dengan jarak tempuh sekitar rumah lebih berat daraipada harus melalang buana pada industri pariwisata ke berbagai tempat yang berbeda. Bekerja dengan jam yang telah ditetapkan sekaligus penuh dengan fleksibilitas harus bisa dijalankan keduanya. Saya rasa sama rasa, jadi pemburu diluar sana atau jadi manager didalam sini. Haha.

Awal-awal punya baby, tidur bakal tidak teratur, makan harus cepat keburu anak nangis, pekerjaan rumah harus dikerjakan tiap hari kalau ngga ya numpuk semakin berantakan. Itu juga berlaku dalam dunia Pariwisata gaes, persis!

Tuh, kan alurnya jadi belok ke cerita rumah lagi. Yuk, belok dulu ya ke area Pariwisata.

Hampir semua pekerjaan, apapun pekerjaan itu masing-masing mempunyai tantangan sendiri-sendiri. Harapan, ide, inovasi, kreatifitas, kerjasama akan tergabung menjadi rasa impian yang tinggi untuk meraih kesempurnaan dalam mengerjakan sebuah pekerjaan. Minimal meminimalisir kesalahan yang terjadi. Itulah mengapa banyak organisasi profesi sangat diperlukan untuk keberlangsungan industri dengan saling mengisi dalam setiap situasi dan kondisi yang berbeda dalam setiap jaman. Sekitar tujuh tahun saya pernah bekerja pada industri ini, sebagai Pemandu Wisata (HPI: Himpunan Pramuwisata Indonesia), sebagai Travel Staff: Ticketing Staff, EO Team, Tour Planner, atau pekerjaan sejenisnya, ya ngga jauh-jauh amatlah.

Intinya:

PHRI itu tempat nginep (akomodasi) dan makan

ASITA itu transport darat, laut dan udara

HPI itu mengawal dijalan

Mereka semua menjadi satu lingkup didalam sebuah Industri besar DTW (Daerah Tujuan Wisata; tempat-tempat wisata) yang menjual produk jasa yang tidak terlihat tetapi sangat dibutuhkan ketelitian, ketelatenan dan kedisplinan yang tinggi, jika tidak ya ambyar dari ujung hingga pangkal. Nama baik profesi dan Perusahaan jadi taruhan.

Dengan datangnya Virus Corona ini semua jadi sepi, tidak ada aktifitas pekerjaan Pemandu Wisata di Daerah Tujuan Wisata. Hotel dan Resto omset turun drastis. Travel Agent menunda semua rencana-rencananya. Penerbangan, Kereta Api, Bis Pariwisata semua harus dibatasi bahkan banyak yang harus mengandangkan diri, pulang ke kandang. Stay at Home, dirumah saja atau terpaksa seluruh profesi didalamnya dirumahkan.

Saya hanya punya sedikit tips dan ide yang bisa saya bagi disini. Karena menurut saya meskipun kondisi membaik pasca Virus Corona pergi atau ditanggulangi dengan vaksin atau semacamnya, efek dari ketakutan dan rasa tidak aman untuk berwisata juga akan lama membaiknya.

Untuk sementara, yuk kita asah diri selama liburan Corona.

1. Skill tersembunyi.

Kalau saya memang Ibu saya penjahit, jadi sejak kecil saya terbiasa dengan semua aktifitas jahit Ibu saya. Ini adalah hobi yang sangat nyaman dan bisa ditunda dan dilembur ketika deadline, hehe. Mungkin kalian punya hobi yang bermanfaat lain yang bisa diasah, contoh aja misal suka bersih-bersih, ya kalian bisa buka sewa mainan anak dengan tarif mingguan atau bulanan. Modalnya memang mainan yang menarik dan besar seperti prosotan portable, ayunan dan semacamnya. Harus sering bersihin mainannya kalau sudah dikembalikan. Ibu-ibu suka mainan yang bersih untuk anak-anak mereka. Anak-anak mudah bosan dengan satu jenis mainan perlu variasi tiap bulannya. Nah ini solusinya, jika kalian bisa mengatur dan mengelompokkan mainan dengan keseuaian umur anak, dengan terus belajar market online maupun offline. Radius dikota kalian sendiri. Di kota lebih prospek.

2. Brokerpreneur.

Ini tanpa modal alias jadi marketing, reseller yang tanpa uang member, makelar. Wah, banyak sekarang barang-barang online yang murah yang mungkin dibutuhkan masyarakat kita. Main posting aja di Sosial Media: Facebook, Instagram, Twitter, Whatapps atau Market Place: Shoopee, Bukalapak, atau Tokopedia. Saran saya gunakan satu akun saja biar ngga bingung nge-cek dan ngaturnya. Menjawab chat pelanggan itu butuh waktu dan ketlatenan sendiri gaes! Cuma posting-posting doang ya, jangan salah kalau pengen laku harus mikir dan kreatifitas juga. Haha.

3. Kuliner Sekitar Rumah.

Pelajari makanan murah apa yang tetangga kalian sukai. Kalau disekitar rumah saya mereka paling doyan dengan nasi pecel, bakso dan mie ayam. Ini makanan paling favorit asal harganya ekonomis. Atau buka kedai dengan segmen antimainsteam sekalian seperti yang saya sedang rintis bersama suami. Kedai Milenial, yang disuguhkan menu milenial, yang datang juga anak milenial. Monggo mampir @JOS MEAL CORNER

4. Indomart Online ala ala.

Fotoin aja barang-barang di toko agen dekat rumah kalian. Posting dengan profit tipis asal jalan tiap hari kan lumayan juga. Daripada bengong pegang HP komen sana komen sini ngga produktif atau isinya cuma main GAME sampai addicted, atau baca status and nge-Like doang. Btw, HP kalian itu juga butuh makan pulsa gaes tiap bulannya.

5. Youtuber.

Walaupun newbie atau start-up Youtuber. Setidaknya yuk mulai asah kemampuan, mulai dari Broadcaster, Editor Video, hingga menampilkan konten yang dibutuhkan masyarakat saat ini. Jangan ragu untuk memulai. Youtubers butuh waktu untuk jadi populer. Contohnya nih, para Pramugari atau Karyawan Hotel yang sementara dirumah aja bisa bikin tutorial make-up atau fashion yang bermanfaat. Bagi-bagi Tips and Triks. Saya rasa masing-masing punya rahasia yang bisa dibagi. Jangan takut kalau kesaingan cantik, semakin membantu orang jadi cantik, kalian juga akan otomatis rating meninggi karena yang kalian bagi itu bermanfaat buat mereka. Berlaku juga para Chef Resto yang dirumahkan bisa jadi Youtuber sekaligus produksi makanan siap jual online atau market sekitar rumah.

Demikan tulisan ini muncul karena rasa prihatin saya atas sepinya Industri Pariwisata. Semoga bermanfaat, bagi yang belum mulai mulai yuk dimulai. Karena efek Covid ini jangka panjang. Saya yakin kalian, teman-teman saya khususnya, punya berbagai macam keahlian, mulai dari Jago Public Speaking-nya, Broadcast-nya, Marketing-nya, Pengetahuannya, hingga ilmu membuat kata-kata manis dan menarik dalam berbentuk berbagai macam Bahasa Asing yang berbeda-beda. Atau Bahasa Daerah mungkin saat ini disesuaikan dengan kondisi segmen pasar gitu deh. Mari kita banyak berdo’a untuk perlindungan dan kesehatan kita semua, dengan ikhtiar tetap memakai masker, jaga jarak, cuci tangan dengan sabun sesering mungkin. Ojo sembrono istilah jawanya. There is a will there is a way.

Penulis: Mantan Anggota HPI Jatim, Guide Jatim. Desi.

FOOTNOTE:

PHRI: Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia

ASITA: Asosiasi Travel Agent Indonesia

HPI: Himpunan Pramuwisata Indonesia

#HPIJATIM

#WisataIndonesia