Selasa, 13 November 2018

Play Ground Jembatan Batokan-Padangan

Taman Bermain
By: Desi Sasmito

Akhirnya ada juga play ground terbuka untuk umum tak jauh dari rumah kami.

Kami memang memutuskan untuk tidak memasukan anak kami ke sekolah untuk anak usia dini, PAUD kelompok bermain. Menimbang di desa tak banyak yang bersekolah dengan usia dini nya. Pengajar yang saya nilai kewalahan untuk menertibkan anak didiknya dengan usia dini harus lebih dari satu pengajar.

Jadi kita berburu play groud terbuka untuk umum, karena anak kami suka sekali bermain ayunan, slorotan dll.

Tepat ditepi bantaran jembatan Batokan-Padangan dibangun play ground, ya lumayan, yang dulu hanya sebuah taman yang penuh dengan makanan, sekarang ada tempat bermainnya. Dulu sebelum tempat ini dibangun, kami nongkrong di taman minak angrung walau cuma ada prosotan saja, anak kami sudah senang.

Suasananya masih tergolong baru, jadi masih nyaman. Cuma memang gaya orang Indonesia eh orang sekitar sini yang sering buang sampah sembarangan masih mendarah daging. Buang sampah plung dipinggir jembatan, atau bekas plastik jajan berserakan di taman walau sudah ada tempat sampah tong kaleng besar dimana-mana. Membangun ruang terbuka publik memang membutuhkan managemen yang baik, tidak hanya membangun taman terus tanpa supervisi. Harus ada biaya perawatan, biaya kebersihan, biaya supervisi.

Saya berdoa semoga CCTV bisa jadi murah dan terjangkau, jadi ruang-ruang publik bisa dipasangi CCTV, termasuk jembatan yang banyak sekali manusia-manusia berlagak polos masukin sampah-sampahnya ke sungai Bengawan oh Solo.

CCTV alam by Allah tidak menakuti pelakunya, butuh edukasi dan siraman rohani tentang kewajiban kita agar tidak merusak bumi, setidaknya tidak membuang sampah sembarangan.

Lagi, lagi karena mereka yang minim lahan tidak bisa mengolah limbah dari rumahnya sendiri. Harusnya pemerintah lokal memperhatikan pembuangan limbah di daerahnya, mengedukasi dan memfasilitasi warga.

#jembatanbatokan
#buangsampahsembarangan
#tamanbermainterbuka

Jumat, 09 November 2018

Menuliskan Rahmat Ilahi

Setahun yang lalu
By: Desi Sasmito

Sebuah pilihan memutuskan untuk memasuki dunia pendidikan lagi, ya memang dunia pendidikan adalah dunia yang menyenangkan.

Saya menunjukan broadcast lowongan kerja disebuah sekolah swasta di Jawa Tengah kepada suami saya. Saya bilang, "Bah, ada lowongan jadi guru nih.." Saat itu anak saya Ahmad berusia 2 tahun kurang 2 minggu, waktunya persiapan menyapih ASI juga.

Keuangan menipis karena selama dari berhenti kerja, kami menggunakan uang tabungan yang tidak seberapa. Sambil adaptasi dengan lingkungan yang baru, mental yang baru, kami pelan-pelan menata sedikit demi sedikit.

Saya fikir, ini saatnya saya harus kerja agar dapat uang tambahan buat berobat ibu, setidaknya buat perkuat keuangan keluarga. Suami sudah mulai mengajar di sebuah sekolah sekitar rumah kami. Walau bukan gaji dollar lagi, tapi meniti awal karir memang tidaklah mudah. Alhamdulillaah, yang penting ada pemasukan.

Tingginya perawatan ibu yang menguras tabungan ibu dan bapak, juga memotivasi saya untuk bekerja kembali. Saya tahu kalau bekerjapun tidak langsung bergaji tinggi. Setidaknya berani memulai untuk membantu ekonomi keluarga.

Kenyataannya setelah diterima menjadi guru disekolah swasta ini, saya memang tidak punya banyak waktu untuk stay di rumah, anak saya umur 2 tahun diasuh bapak saya, kalau sempat saya masak sebelum berangkat, kalau tidak sempat ya beli sayur atau waktu itu adik laki-laki saya yang waktu itu dalam proses lamar pekerjaan stay di rumah yang akhirnya mau bantu pekerjaan dapur.

Yang paling saya lewatkan adalah perawatan dan motivasi untuk ibu, tidak bisa saya berikan dengan maksimal. Penderita kanker sangat butuh orang orang disekitar yang inten memotivasinya dengan hal-hal yang positif.

Dihadapkan sebuah pilihan, meninggalkan rumah untuk bekerja atau tetap tinggal dirumah dengan tabungan yang semakin menipis. Keduanya bukan sebuah pilihan, tetapi harus tetap memilih.

Berada disampingnya untuk memotivasi dan merawat adalah kewajiban, tetapi tanpa biaya kami pun tidak bisa melakukan banyak.

Apapun merk Kanker itu modalnya harus dua, satu berada disampingnya dengan tidak memberikan beban pikiran, modal yang kedua adalah biaya.

Keluarga penderita kanker, ketika biaya sudah menipis atau sudah tidak ada lagi. Maka, akan menjadikan stress tinggi bagi si penderita. Seperti rasa bersalah yang menghantui, karena menghabiskan waktu diluar rumah bekerja dan meninggalkan ibu di rumah.

Sepertinya sudah takdir Allah, ketika semua serba mepet, saya hentikan prudential saya, menunggu dana cair dari prudential dan berencana membawa ibu ke Surabaya. Menghubungi dokter via chat WA sudah saya persiapkan, tetapi sang dokter sedang berada di luar negeri untuk beberapa pekan. Tanpa dokter yang sudah biasa, saya tidak bisa bayangkan ribetnya di RS, kasihan juga pasiennya kalau harus terlunta-lunta. Lha wong ada dokter aja belum tentu bisa masuk RS, harus antri nelpon RS berhari-hari demi mendapatkan kamar inap di RS.

Akhirnya saya memutuskan untuk berhenti dari guru ketika ibu saya kambuh dan saya positif hamil anak kedua, memastikan dokter dokter sudah ada di surabaya, biaya siap yang digunakan untuk meluncur, pinjam mobil, semua sudah siap.

Ketika semua sudah siap dan matang, tanpa rasa sakit apapun ibu dengan posisi tidur nya terpanggil Allah. Entah apa yang terjadi saat itu, ibu dengan sarapan dan minum susu seperti biasa. Pagi itu masih sempat saya lihat ibu duduk untuk melihat saya dan tanya jam berapa.

Sekitar pukul 9 pagi, bapak yang barusan masuk kamar, terus keluar kamar memanggil saya, "nduk, ibumu..". Saya langsung bergegas masuk kamar.
Ternyata benar, ibu telah tiada dengan posisi tidur pulasnya. Tidak ada suara apapun, rintihan, ataupun rasa sakit sebelum maut menjemput seperti kata orang. Yang kulihat hanya seorang ibu yang tertidur pulas dengan wajah tenangnya.

Semenit kemudian, rumah kamipun ramai dengan banyak orang datang untuk melayat.

Oh, ibuku maafkan anakmu ini. Semoga husnul khotimah kembali ke Yang mempunyai hidup ini. Myfriends said, "your mother will get in high rank of Jannah, Aamiin!".

Terbesit rasa bersalah, walau sudah melakukan yang terbaik, masih saja ingin sekali bisa memberikan yang terbaik. Begitulah kemampuan yang terbatas dari seorang hamba yang separtikel debu ini. Allah yang maha menghidupkan dan mematikan. Kita semua akan kembali kepada-Nya. Soon or Later.

#kanker
#behappy
#bethanksfull

Aku adalah Penulis

Aku adalah Penulis
By: Desi Sasmito

Ngomongin soal menulis, bahwa setiap orang berpotensi menjadi seorang penulis. Layaknya hidup, setiap manusia mempunyai sebuah kisah yang berbeda. Dikatakan penulis hebat jika dalam tulisannya dia mampu untuk memberi inspirasi pembacanya, mengedukasi serta sebagai sarana informasi terkini.
Tips menjadi penulis adalah cuma tiga, yaitu konsisten, konsisten dan konsisten.

Konsisten dalam artian, setiap ada waktu luang dia pergunakan untuk menulis apa yang ada dibenaknya, dipikirannya, dinalarnya. Dalam waktu tertentu, jika setiap hari 1 tulisan maka dalam 30 hari dia bisa menghasilkan 30 tulisan. Seperti orang jaman dulu, yang sebelum tidur, mereka menuliskannya di sebuah buku Diary. Jaman sekarang orang jadi lebih mudah untuk mengetik, menulis, membuat kata-kata tanpa kertas. Ya, jamannya smart phone, yang melenakan orang-orang konsumtif, pemakai, pengagum dan lain sebagainya. Mereka cenderung menikmati karya orang lain, tapi dirinya lupa berkarya.

Serba mudah bukan berarti kita lebih produktif, malah cenderung untuk malas akan menebal, dengan keasyikan yang tanpa batas. ya, apa aja bisa tanya google, bermain game online tanpa harus bertemu, menikmati berbagai macam karya di youtube. Hingga batasan broadcast hoax dan nyata sangat tipis sekali.

Lihatlah jaman dulu, ribuan buku ditulis manual, dikertas-kertas tebal, menghabiskan waktu membaca buku dengan sabar dan dihayati, membuat sebuah ilmu terserap dengan sempurna, mengalir dengan hebatnya.

Yang instan tak selalu menyenangkan, yang lama tak selalu menyulitkan. Masing-masing mereka punya tantangan tersendiri. Menulis tapi sedang tidak ada mood berarti memang anda masih jaim untuk menulis, masih ada yang ingin dipendam dan takut untuk dikeluarkan. Menulislah diwaktu yang sama setiap hari agar habit anda terbangun.

Gampang patah arang? ya itu dialami oleh orang-orang yang tidak konsisten. Mereka merasa "ini bukan jalanku", pasti aku akan dapat yang lebih baik, lebih instan, lebih besar dengan cepat dan hebat. Tanpa melalui jerih payah yang nyata.

Jika anda merasa tidak punya waktu luang, maka anda harus perbaiki manajemen waktu anda. Apakah benar anda tidak ada waktu luang barang cuma satu jam sehari? Atau malah anda cenderung membuang-buang waktu untuk sesuatu yang tiada henti seperti "game" yang naik level A-Z.

Tanyakan pada diri anda, apa yang bisa anda berikan untuk sekitar? keluarga, kawan, sahabat, sesama manusia, bangsa dan negara. "Ah, itu bukan urusanku, yang penting aku hidup", "aku senang" biarlah itu berkarya milik orang lain, aku cukup seperti ini. Padahal kita punya kewajiban yang sama. 


#inginjadipenulis

#penulis