Setahun yang lalu
By: Desi Sasmito
Sebuah pilihan memutuskan untuk memasuki dunia pendidikan lagi, ya memang dunia pendidikan adalah dunia yang menyenangkan.
Saya menunjukan broadcast lowongan kerja disebuah sekolah swasta di Jawa Tengah kepada suami saya. Saya bilang, "Bah, ada lowongan jadi guru nih.." Saat itu anak saya Ahmad berusia 2 tahun kurang 2 minggu, waktunya persiapan menyapih ASI juga.
Keuangan menipis karena selama dari berhenti kerja, kami menggunakan uang tabungan yang tidak seberapa. Sambil adaptasi dengan lingkungan yang baru, mental yang baru, kami pelan-pelan menata sedikit demi sedikit.
Saya fikir, ini saatnya saya harus kerja agar dapat uang tambahan buat berobat ibu, setidaknya buat perkuat keuangan keluarga. Suami sudah mulai mengajar di sebuah sekolah sekitar rumah kami. Walau bukan gaji dollar lagi, tapi meniti awal karir memang tidaklah mudah. Alhamdulillaah, yang penting ada pemasukan.
Tingginya perawatan ibu yang menguras tabungan ibu dan bapak, juga memotivasi saya untuk bekerja kembali. Saya tahu kalau bekerjapun tidak langsung bergaji tinggi. Setidaknya berani memulai untuk membantu ekonomi keluarga.
Kenyataannya setelah diterima menjadi guru disekolah swasta ini, saya memang tidak punya banyak waktu untuk stay di rumah, anak saya umur 2 tahun diasuh bapak saya, kalau sempat saya masak sebelum berangkat, kalau tidak sempat ya beli sayur atau waktu itu adik laki-laki saya yang waktu itu dalam proses lamar pekerjaan stay di rumah yang akhirnya mau bantu pekerjaan dapur.
Yang paling saya lewatkan adalah perawatan dan motivasi untuk ibu, tidak bisa saya berikan dengan maksimal. Penderita kanker sangat butuh orang orang disekitar yang inten memotivasinya dengan hal-hal yang positif.
Dihadapkan sebuah pilihan, meninggalkan rumah untuk bekerja atau tetap tinggal dirumah dengan tabungan yang semakin menipis. Keduanya bukan sebuah pilihan, tetapi harus tetap memilih.
Berada disampingnya untuk memotivasi dan merawat adalah kewajiban, tetapi tanpa biaya kami pun tidak bisa melakukan banyak.
Apapun merk Kanker itu modalnya harus dua, satu berada disampingnya dengan tidak memberikan beban pikiran, modal yang kedua adalah biaya.
Keluarga penderita kanker, ketika biaya sudah menipis atau sudah tidak ada lagi. Maka, akan menjadikan stress tinggi bagi si penderita. Seperti rasa bersalah yang menghantui, karena menghabiskan waktu diluar rumah bekerja dan meninggalkan ibu di rumah.
Sepertinya sudah takdir Allah, ketika semua serba mepet, saya hentikan prudential saya, menunggu dana cair dari prudential dan berencana membawa ibu ke Surabaya. Menghubungi dokter via chat WA sudah saya persiapkan, tetapi sang dokter sedang berada di luar negeri untuk beberapa pekan. Tanpa dokter yang sudah biasa, saya tidak bisa bayangkan ribetnya di RS, kasihan juga pasiennya kalau harus terlunta-lunta. Lha wong ada dokter aja belum tentu bisa masuk RS, harus antri nelpon RS berhari-hari demi mendapatkan kamar inap di RS.
Akhirnya saya memutuskan untuk berhenti dari guru ketika ibu saya kambuh dan saya positif hamil anak kedua, memastikan dokter dokter sudah ada di surabaya, biaya siap yang digunakan untuk meluncur, pinjam mobil, semua sudah siap.
Ketika semua sudah siap dan matang, tanpa rasa sakit apapun ibu dengan posisi tidur nya terpanggil Allah. Entah apa yang terjadi saat itu, ibu dengan sarapan dan minum susu seperti biasa. Pagi itu masih sempat saya lihat ibu duduk untuk melihat saya dan tanya jam berapa.
Sekitar pukul 9 pagi, bapak yang barusan masuk kamar, terus keluar kamar memanggil saya, "nduk, ibumu..". Saya langsung bergegas masuk kamar.
Ternyata benar, ibu telah tiada dengan posisi tidur pulasnya. Tidak ada suara apapun, rintihan, ataupun rasa sakit sebelum maut menjemput seperti kata orang. Yang kulihat hanya seorang ibu yang tertidur pulas dengan wajah tenangnya.
Semenit kemudian, rumah kamipun ramai dengan banyak orang datang untuk melayat.
Oh, ibuku maafkan anakmu ini. Semoga husnul khotimah kembali ke Yang mempunyai hidup ini. Myfriends said, "your mother will get in high rank of Jannah, Aamiin!".
Terbesit rasa bersalah, walau sudah melakukan yang terbaik, masih saja ingin sekali bisa memberikan yang terbaik. Begitulah kemampuan yang terbatas dari seorang hamba yang separtikel debu ini. Allah yang maha menghidupkan dan mematikan. Kita semua akan kembali kepada-Nya. Soon or Later.
#kanker
#behappy
#bethanksfull