Minggu, 30 September 2018

Bidadari Salju

Oleh: Desi Sasmito

Brrr.. kulihat butiran bidadari bertebaran sepanjang jalan tak bertuan itu, seperti film di TV. Cantik memang, bersolek, pilu nan gemulai. Sedikit demi sedikit mereka merias diri satu per satu mendarat ke bumi, pelan, lembut, menawan.

Kata orang mereka sangat menyenangkan, sehalus bludru, sebening kristal, seputih kapas, seempuk marsmallow, hanya ada ditempat-tempat tertentu dan hanya jatuh di bagian bumi yang tinggi, tak ada dalam catatan sejarah manapun mereka mendarat di tempat yang rendah. ya, dialah yang mereka sebut "salju", hanya ada di ketinggian tertentu.

Ditepian jendela kaca tertutup rapat persegi panjang dengan dua tirai disisi-sisinya, aku berdiri mengintip penuh rasa ingin tahu.
"Mereka tak secantik dugaanku, kehadiran mereka seperti nyanyian pucat berkabung menyayat hati" kataku sambil membuka jendela mengintip sedikit. Hanya ingin memastikan secantik apa mereka.

"Kaku, keras, membekukan otak manusiaku", membuatnya hibernasi pikirku. Ya, hari ini pertama kali aku melihat salju turun  pelan-pelan menutupi lantai bangunan ala kastil negeri seribu satu malam ini. Kulihat tiga anak gadis Timur Tengah berlarian menyambut kedatangan mereka. Ya, di kampung halaman anak-anak Timur Tengah itu tak tersentuh salju begitupun negaraku dengan ribuan pulau nya, hanya dibeberapa tempat tinggi yang layak mereka datangi, puncak Jaya Wijaya Papua.

Tanpa sadar, seseorang yang duduk dibelakangku memanggil, "Asih, minum teh panasnya?", "enak lho bikin badan hangat", sambil duduk pada alas karpet yang hangat. Gadis itu rupanya mengerti kalau aku kedinginan, yang sedari tadi aku hanya ingin dekat-dekat dengan "hitter" pemanas ruangan disudut jendela ini. Ya, dialah Diana teman satu kamar denganku. Kami tinggal disebuah dormitory atau asrama yang sangat pribadi, seperti tinggal di kastil putri Raja. Aku menyebutnya kastil, karena bangunan itu dibuat mirip kastil, ada halaman dan taman ditengah bangunan, bercat coklat tanah, berpagar gerbang utama ala negeri dongeng.
Aku menggangguk tanda setuju. Kami berdua bercakap-cakap dengan bahasa Inggris. Dia seorang Lithuanian, orang Lithuania negara kecil ditepian timur laut benua Eropa.

"Silahkan..." katanya sambil memberikan aku secangkir teh yang panas.
"iya, terima kasih"jawabku dengan tersenyum.
Kulihat dia meneguk air teh panas itu seketika dengan sekali habis. Ku sentuh tubuh gelas itu, "oww, masih panas sekali".
Aku lebih menikmati teh hangat bukan panas, mereka dengan biasanya meneguk gelasnya yang semenit diangkat dari titik didihnya dan langsung minum. "Gak mlocot!" batinku.

Musim dingin, beginilah kebiasaannya, berjam-jam minum teh hangat, camilan biji-bijian satu piring penuh pun bisa habis dalam semalam. Ngobrol ngalor-ngidul nggak habis-habisnya. "Oh, winter is coming!"

Banyak orang yang menghabiskan waktu didalam ruangan dengan hitter yg terpasang di sudut-sudut ruangan. Karena tidak banyak yang bisa dilakukan diluar ruangan, sekedar keluar untuk membeli makanan, ke ruang kelas, atau bermain salju hanya beberapa menit saja.

Apalagi aku yang dari sebuah desa dengan hektaran sawah ladangnya di negara kepulauan dengan kulit tropis merasakan beratnya bertahan dimusim dingin. Menantang untuk ditaklukkan, penasaran untuk didekati, menyenangkan walau cuma sesaat.


#saljucerita
#part1
#negeridongeng



Sabtu, 22 September 2018

Me Vs Ratemi

Oleh: Desi Sasmito
Kira-kira sudah 6 bulan lebih rumah kami tidak ada kucing piaraan, Bob pergi entah kemana. Memang rumah mendadak manjadi sepi. Tapi tak berselang lama, beberapa curut mulai berani seliweran, jalan-jalan seperti tour ibukota. Satu datang, satu pergi, membuat anak laki-laki saya ketakutan kalau disuruh ke dapur.

Saya minta suami untuk membeli lem tikus yang bentuknya seperti odol tersedia di toko bangunan. Seperti ini:
Di oleskan di karton dengan cara memutar, dipasangin umpan persis ditengahnya, hanya 10 menit setelah dapur sepi mereka datang dan pasti terjebak. Kebanyakan mereka curut kecil yang tenaganya kecil, jadi sekali jebak tidak bisa lari lagi, lengkeeet dikarton.

Ada yang curut, ada yang tikus. Kalian tahu apa bedanya?
Curut itu mereka tidak bisa naik ke tempat yang tinggi, hanya bisa disepanjang lantai, mereka tidak begitu bisa lari, jadi selalu terlihat seliweran. Satu datang, satu pergi. Walau mereka punya sarang yang sama.
Beda dengan tikus mereka datang dengan kawanannya. Tipe tikus bisa naik dan loncat ke atas lemari, meja dan atap rumah.
Seminggu yang lalu, saat saya pengen pilih-pilih baju bayi saya bertemu dengan sekawanan curut. Lemari bagian bawah memang rentan ditempati, terlebih ada lubang bagian belakangnya tidak rapat memang, jadi akses keluar masuk mereka dari belakang lemari tanpa lewat pintu utama laksana Mall. Hehe. (si curut pilih pilih baju bayi dalam Mall lemari). 

Saat itu juga, saya keluarkan semua isi lemari, saya taburi bedak bayi dan kapur barus toilet. Saya kira mereka baru menepati Mall Lemari ini, mungkin sekitar 2 bulan saya terakhir kali pilih-pilih baju buat persiapan lahiran.
Dan saya tahu mereka masih sembunyi dibelakang lemari, nunggu situasi aman baru mereka akan hijrah.

Pas sore harinya, sewaktu suami saya duduk diruang tengah kawanan curut itu berhijrah dari belakang lemari ke belakang lemari ruang tengah dengan cara saling berpegangan ala kereta api. Suami saya teriak, " Mi ada curut mi, kereta-keretaan bertiga!"
Tidak begitu lama saya datang, mereka langsung melanjutkan perjalanannya ke bawah lemari berikutnya dekat dapur dan dipastikan mereka tinggal di kolong lemari dapur dan sekitar tangga.
Saya spontan liat mereka kereta-keretaan saya tertawa dan berkata," Lucu nyaaaa.."
Akhirnya malam berikutnya kami menjebak memakai lem tikus, dan dalam waktu 3 hari mereka mereka tertangkap lem semua.
Sudah bersih, sepi, tidak ada yang seliweran lagi, anak laki-laki saya juga tidak takut lagi kemana-mana.

Jarak dua hari, suami saya memergoki tikus besar datang di dapur. Dia bilang, "ada tikus mi.. ", "yang ini besar sekali".
Wah PR lagi buat saya. Saya biarin aja deh, lagian sudah panen 3 curut kemarin.
Eh, malam harinya setelah kami siap-siap mau tidur, si tikus beraksi naik meja dan memakan apa yg ada. Padahal cuma ada buah pepaya, ya dia makan. Busett dah.
Ya, kawanan tikus bisa kemana aja lebih mengerikan dari curut, mereka tidak mengacak-acak sampah kayak curut, tapi mereka langsung ke atas meja memakan apa yang ada.

Wah, klo tikus besar susah terjebak lem, umpan selalu hilang, tapi tikus nya tidak nempel.
Mungkin besok saya coba beli lagi lem tikus yang baru cap gajah. Ah, harga nya juga sayang sih 15 ribu, kalau buat beli es krim sudah dapat banyak. Masak harus beli lem tikus mulu ya. Hehe.

Selamat mencoba lem tikus, efektif untuk ukuran sedang ke bawah. Kalau besar belum pernah nangkap. Doain ya semoga kedepannya bisa dapat yang besar. Saya menamainya "Ratemi", Besar tinggal di kamar atas. Turun tangga langsung dengan mudahnya ala ninja loncat kursi naik meja. Kalau ukuran besar, saya sarankan pakai perangkap tikus. Tapi sampai saat ini, saya belum berhasil menangkap Ratemi padahal sudah pasang dua perangkap tikus. Ratemi suka sekali tempe, entah tempe habis digoreng atau masih mentah yang tertata di meja. Tempe dipindah diberbagai meja dapur maupun dalam ruang tengah pun dia tahu. Cepet sekali makannya, ditinggal sholat sebentar aja, sudah ada remahan-remahan. Jadi ekstra serba tutupin semua pakai tudung saji. 

#lemtikus
#perangkaptikus
#lemtikuscaplemtikus
#lemtikuscapgajah

Lem Tikus Cap Gajah
Tempe mentah habis dimakan Ratemi, kalaupun ngga habis, besok akan dimakan lagi 
Pisang, satu-satunya dimeja, doyan aja, padahal meja ruang tengah