Selasa, 13 November 2018

Play Ground Jembatan Batokan-Padangan

Taman Bermain
By: Desi Sasmito

Akhirnya ada juga play ground terbuka untuk umum tak jauh dari rumah kami.

Kami memang memutuskan untuk tidak memasukan anak kami ke sekolah untuk anak usia dini, PAUD kelompok bermain. Menimbang di desa tak banyak yang bersekolah dengan usia dini nya. Pengajar yang saya nilai kewalahan untuk menertibkan anak didiknya dengan usia dini harus lebih dari satu pengajar.

Jadi kita berburu play groud terbuka untuk umum, karena anak kami suka sekali bermain ayunan, slorotan dll.

Tepat ditepi bantaran jembatan Batokan-Padangan dibangun play ground, ya lumayan, yang dulu hanya sebuah taman yang penuh dengan makanan, sekarang ada tempat bermainnya. Dulu sebelum tempat ini dibangun, kami nongkrong di taman minak angrung walau cuma ada prosotan saja, anak kami sudah senang.

Suasananya masih tergolong baru, jadi masih nyaman. Cuma memang gaya orang Indonesia eh orang sekitar sini yang sering buang sampah sembarangan masih mendarah daging. Buang sampah plung dipinggir jembatan, atau bekas plastik jajan berserakan di taman walau sudah ada tempat sampah tong kaleng besar dimana-mana. Membangun ruang terbuka publik memang membutuhkan managemen yang baik, tidak hanya membangun taman terus tanpa supervisi. Harus ada biaya perawatan, biaya kebersihan, biaya supervisi.

Saya berdoa semoga CCTV bisa jadi murah dan terjangkau, jadi ruang-ruang publik bisa dipasangi CCTV, termasuk jembatan yang banyak sekali manusia-manusia berlagak polos masukin sampah-sampahnya ke sungai Bengawan oh Solo.

CCTV alam by Allah tidak menakuti pelakunya, butuh edukasi dan siraman rohani tentang kewajiban kita agar tidak merusak bumi, setidaknya tidak membuang sampah sembarangan.

Lagi, lagi karena mereka yang minim lahan tidak bisa mengolah limbah dari rumahnya sendiri. Harusnya pemerintah lokal memperhatikan pembuangan limbah di daerahnya, mengedukasi dan memfasilitasi warga.

#jembatanbatokan
#buangsampahsembarangan
#tamanbermainterbuka

Jumat, 09 November 2018

Menuliskan Rahmat Ilahi

Setahun yang lalu
By: Desi Sasmito

Sebuah pilihan memutuskan untuk memasuki dunia pendidikan lagi, ya memang dunia pendidikan adalah dunia yang menyenangkan.

Saya menunjukan broadcast lowongan kerja disebuah sekolah swasta di Jawa Tengah kepada suami saya. Saya bilang, "Bah, ada lowongan jadi guru nih.." Saat itu anak saya Ahmad berusia 2 tahun kurang 2 minggu, waktunya persiapan menyapih ASI juga.

Keuangan menipis karena selama dari berhenti kerja, kami menggunakan uang tabungan yang tidak seberapa. Sambil adaptasi dengan lingkungan yang baru, mental yang baru, kami pelan-pelan menata sedikit demi sedikit.

Saya fikir, ini saatnya saya harus kerja agar dapat uang tambahan buat berobat ibu, setidaknya buat perkuat keuangan keluarga. Suami sudah mulai mengajar di sebuah sekolah sekitar rumah kami. Walau bukan gaji dollar lagi, tapi meniti awal karir memang tidaklah mudah. Alhamdulillaah, yang penting ada pemasukan.

Tingginya perawatan ibu yang menguras tabungan ibu dan bapak, juga memotivasi saya untuk bekerja kembali. Saya tahu kalau bekerjapun tidak langsung bergaji tinggi. Setidaknya berani memulai untuk membantu ekonomi keluarga.

Kenyataannya setelah diterima menjadi guru disekolah swasta ini, saya memang tidak punya banyak waktu untuk stay di rumah, anak saya umur 2 tahun diasuh bapak saya, kalau sempat saya masak sebelum berangkat, kalau tidak sempat ya beli sayur atau waktu itu adik laki-laki saya yang waktu itu dalam proses lamar pekerjaan stay di rumah yang akhirnya mau bantu pekerjaan dapur.

Yang paling saya lewatkan adalah perawatan dan motivasi untuk ibu, tidak bisa saya berikan dengan maksimal. Penderita kanker sangat butuh orang orang disekitar yang inten memotivasinya dengan hal-hal yang positif.

Dihadapkan sebuah pilihan, meninggalkan rumah untuk bekerja atau tetap tinggal dirumah dengan tabungan yang semakin menipis. Keduanya bukan sebuah pilihan, tetapi harus tetap memilih.

Berada disampingnya untuk memotivasi dan merawat adalah kewajiban, tetapi tanpa biaya kami pun tidak bisa melakukan banyak.

Apapun merk Kanker itu modalnya harus dua, satu berada disampingnya dengan tidak memberikan beban pikiran, modal yang kedua adalah biaya.

Keluarga penderita kanker, ketika biaya sudah menipis atau sudah tidak ada lagi. Maka, akan menjadikan stress tinggi bagi si penderita. Seperti rasa bersalah yang menghantui, karena menghabiskan waktu diluar rumah bekerja dan meninggalkan ibu di rumah.

Sepertinya sudah takdir Allah, ketika semua serba mepet, saya hentikan prudential saya, menunggu dana cair dari prudential dan berencana membawa ibu ke Surabaya. Menghubungi dokter via chat WA sudah saya persiapkan, tetapi sang dokter sedang berada di luar negeri untuk beberapa pekan. Tanpa dokter yang sudah biasa, saya tidak bisa bayangkan ribetnya di RS, kasihan juga pasiennya kalau harus terlunta-lunta. Lha wong ada dokter aja belum tentu bisa masuk RS, harus antri nelpon RS berhari-hari demi mendapatkan kamar inap di RS.

Akhirnya saya memutuskan untuk berhenti dari guru ketika ibu saya kambuh dan saya positif hamil anak kedua, memastikan dokter dokter sudah ada di surabaya, biaya siap yang digunakan untuk meluncur, pinjam mobil, semua sudah siap.

Ketika semua sudah siap dan matang, tanpa rasa sakit apapun ibu dengan posisi tidur nya terpanggil Allah. Entah apa yang terjadi saat itu, ibu dengan sarapan dan minum susu seperti biasa. Pagi itu masih sempat saya lihat ibu duduk untuk melihat saya dan tanya jam berapa.

Sekitar pukul 9 pagi, bapak yang barusan masuk kamar, terus keluar kamar memanggil saya, "nduk, ibumu..". Saya langsung bergegas masuk kamar.
Ternyata benar, ibu telah tiada dengan posisi tidur pulasnya. Tidak ada suara apapun, rintihan, ataupun rasa sakit sebelum maut menjemput seperti kata orang. Yang kulihat hanya seorang ibu yang tertidur pulas dengan wajah tenangnya.

Semenit kemudian, rumah kamipun ramai dengan banyak orang datang untuk melayat.

Oh, ibuku maafkan anakmu ini. Semoga husnul khotimah kembali ke Yang mempunyai hidup ini. Myfriends said, "your mother will get in high rank of Jannah, Aamiin!".

Terbesit rasa bersalah, walau sudah melakukan yang terbaik, masih saja ingin sekali bisa memberikan yang terbaik. Begitulah kemampuan yang terbatas dari seorang hamba yang separtikel debu ini. Allah yang maha menghidupkan dan mematikan. Kita semua akan kembali kepada-Nya. Soon or Later.

#kanker
#behappy
#bethanksfull

Aku adalah Penulis

Aku adalah Penulis
By: Desi Sasmito

Ngomongin soal menulis, bahwa setiap orang berpotensi menjadi seorang penulis. Layaknya hidup, setiap manusia mempunyai sebuah kisah yang berbeda. Dikatakan penulis hebat jika dalam tulisannya dia mampu untuk memberi inspirasi pembacanya, mengedukasi serta sebagai sarana informasi terkini.
Tips menjadi penulis adalah cuma tiga, yaitu konsisten, konsisten dan konsisten.

Konsisten dalam artian, setiap ada waktu luang dia pergunakan untuk menulis apa yang ada dibenaknya, dipikirannya, dinalarnya. Dalam waktu tertentu, jika setiap hari 1 tulisan maka dalam 30 hari dia bisa menghasilkan 30 tulisan. Seperti orang jaman dulu, yang sebelum tidur, mereka menuliskannya di sebuah buku Diary. Jaman sekarang orang jadi lebih mudah untuk mengetik, menulis, membuat kata-kata tanpa kertas. Ya, jamannya smart phone, yang melenakan orang-orang konsumtif, pemakai, pengagum dan lain sebagainya. Mereka cenderung menikmati karya orang lain, tapi dirinya lupa berkarya.

Serba mudah bukan berarti kita lebih produktif, malah cenderung untuk malas akan menebal, dengan keasyikan yang tanpa batas. ya, apa aja bisa tanya google, bermain game online tanpa harus bertemu, menikmati berbagai macam karya di youtube. Hingga batasan broadcast hoax dan nyata sangat tipis sekali.

Lihatlah jaman dulu, ribuan buku ditulis manual, dikertas-kertas tebal, menghabiskan waktu membaca buku dengan sabar dan dihayati, membuat sebuah ilmu terserap dengan sempurna, mengalir dengan hebatnya.

Yang instan tak selalu menyenangkan, yang lama tak selalu menyulitkan. Masing-masing mereka punya tantangan tersendiri. Menulis tapi sedang tidak ada mood berarti memang anda masih jaim untuk menulis, masih ada yang ingin dipendam dan takut untuk dikeluarkan. Menulislah diwaktu yang sama setiap hari agar habit anda terbangun.

Gampang patah arang? ya itu dialami oleh orang-orang yang tidak konsisten. Mereka merasa "ini bukan jalanku", pasti aku akan dapat yang lebih baik, lebih instan, lebih besar dengan cepat dan hebat. Tanpa melalui jerih payah yang nyata.

Jika anda merasa tidak punya waktu luang, maka anda harus perbaiki manajemen waktu anda. Apakah benar anda tidak ada waktu luang barang cuma satu jam sehari? Atau malah anda cenderung membuang-buang waktu untuk sesuatu yang tiada henti seperti "game" yang naik level A-Z.

Tanyakan pada diri anda, apa yang bisa anda berikan untuk sekitar? keluarga, kawan, sahabat, sesama manusia, bangsa dan negara. "Ah, itu bukan urusanku, yang penting aku hidup", "aku senang" biarlah itu berkarya milik orang lain, aku cukup seperti ini. Padahal kita punya kewajiban yang sama. 


#inginjadipenulis

#penulis

Minggu, 30 September 2018

Bidadari Salju

Oleh: Desi Sasmito

Brrr.. kulihat butiran bidadari bertebaran sepanjang jalan tak bertuan itu, seperti film di TV. Cantik memang, bersolek, pilu nan gemulai. Sedikit demi sedikit mereka merias diri satu per satu mendarat ke bumi, pelan, lembut, menawan.

Kata orang mereka sangat menyenangkan, sehalus bludru, sebening kristal, seputih kapas, seempuk marsmallow, hanya ada ditempat-tempat tertentu dan hanya jatuh di bagian bumi yang tinggi, tak ada dalam catatan sejarah manapun mereka mendarat di tempat yang rendah. ya, dialah yang mereka sebut "salju", hanya ada di ketinggian tertentu.

Ditepian jendela kaca tertutup rapat persegi panjang dengan dua tirai disisi-sisinya, aku berdiri mengintip penuh rasa ingin tahu.
"Mereka tak secantik dugaanku, kehadiran mereka seperti nyanyian pucat berkabung menyayat hati" kataku sambil membuka jendela mengintip sedikit. Hanya ingin memastikan secantik apa mereka.

"Kaku, keras, membekukan otak manusiaku", membuatnya hibernasi pikirku. Ya, hari ini pertama kali aku melihat salju turun  pelan-pelan menutupi lantai bangunan ala kastil negeri seribu satu malam ini. Kulihat tiga anak gadis Timur Tengah berlarian menyambut kedatangan mereka. Ya, di kampung halaman anak-anak Timur Tengah itu tak tersentuh salju begitupun negaraku dengan ribuan pulau nya, hanya dibeberapa tempat tinggi yang layak mereka datangi, puncak Jaya Wijaya Papua.

Tanpa sadar, seseorang yang duduk dibelakangku memanggil, "Asih, minum teh panasnya?", "enak lho bikin badan hangat", sambil duduk pada alas karpet yang hangat. Gadis itu rupanya mengerti kalau aku kedinginan, yang sedari tadi aku hanya ingin dekat-dekat dengan "hitter" pemanas ruangan disudut jendela ini. Ya, dialah Diana teman satu kamar denganku. Kami tinggal disebuah dormitory atau asrama yang sangat pribadi, seperti tinggal di kastil putri Raja. Aku menyebutnya kastil, karena bangunan itu dibuat mirip kastil, ada halaman dan taman ditengah bangunan, bercat coklat tanah, berpagar gerbang utama ala negeri dongeng.
Aku menggangguk tanda setuju. Kami berdua bercakap-cakap dengan bahasa Inggris. Dia seorang Lithuanian, orang Lithuania negara kecil ditepian timur laut benua Eropa.

"Silahkan..." katanya sambil memberikan aku secangkir teh yang panas.
"iya, terima kasih"jawabku dengan tersenyum.
Kulihat dia meneguk air teh panas itu seketika dengan sekali habis. Ku sentuh tubuh gelas itu, "oww, masih panas sekali".
Aku lebih menikmati teh hangat bukan panas, mereka dengan biasanya meneguk gelasnya yang semenit diangkat dari titik didihnya dan langsung minum. "Gak mlocot!" batinku.

Musim dingin, beginilah kebiasaannya, berjam-jam minum teh hangat, camilan biji-bijian satu piring penuh pun bisa habis dalam semalam. Ngobrol ngalor-ngidul nggak habis-habisnya. "Oh, winter is coming!"

Banyak orang yang menghabiskan waktu didalam ruangan dengan hitter yg terpasang di sudut-sudut ruangan. Karena tidak banyak yang bisa dilakukan diluar ruangan, sekedar keluar untuk membeli makanan, ke ruang kelas, atau bermain salju hanya beberapa menit saja.

Apalagi aku yang dari sebuah desa dengan hektaran sawah ladangnya di negara kepulauan dengan kulit tropis merasakan beratnya bertahan dimusim dingin. Menantang untuk ditaklukkan, penasaran untuk didekati, menyenangkan walau cuma sesaat.


#saljucerita
#part1
#negeridongeng



Sabtu, 22 September 2018

Me Vs Ratemi

Oleh: Desi Sasmito
Kira-kira sudah 6 bulan lebih rumah kami tidak ada kucing piaraan, Bob pergi entah kemana. Memang rumah mendadak manjadi sepi. Tapi tak berselang lama, beberapa curut mulai berani seliweran, jalan-jalan seperti tour ibukota. Satu datang, satu pergi, membuat anak laki-laki saya ketakutan kalau disuruh ke dapur.

Saya minta suami untuk membeli lem tikus yang bentuknya seperti odol tersedia di toko bangunan. Seperti ini:
Di oleskan di karton dengan cara memutar, dipasangin umpan persis ditengahnya, hanya 10 menit setelah dapur sepi mereka datang dan pasti terjebak. Kebanyakan mereka curut kecil yang tenaganya kecil, jadi sekali jebak tidak bisa lari lagi, lengkeeet dikarton.

Ada yang curut, ada yang tikus. Kalian tahu apa bedanya?
Curut itu mereka tidak bisa naik ke tempat yang tinggi, hanya bisa disepanjang lantai, mereka tidak begitu bisa lari, jadi selalu terlihat seliweran. Satu datang, satu pergi. Walau mereka punya sarang yang sama.
Beda dengan tikus mereka datang dengan kawanannya. Tipe tikus bisa naik dan loncat ke atas lemari, meja dan atap rumah.
Seminggu yang lalu, saat saya pengen pilih-pilih baju bayi saya bertemu dengan sekawanan curut. Lemari bagian bawah memang rentan ditempati, terlebih ada lubang bagian belakangnya tidak rapat memang, jadi akses keluar masuk mereka dari belakang lemari tanpa lewat pintu utama laksana Mall. Hehe. (si curut pilih pilih baju bayi dalam Mall lemari). 

Saat itu juga, saya keluarkan semua isi lemari, saya taburi bedak bayi dan kapur barus toilet. Saya kira mereka baru menepati Mall Lemari ini, mungkin sekitar 2 bulan saya terakhir kali pilih-pilih baju buat persiapan lahiran.
Dan saya tahu mereka masih sembunyi dibelakang lemari, nunggu situasi aman baru mereka akan hijrah.

Pas sore harinya, sewaktu suami saya duduk diruang tengah kawanan curut itu berhijrah dari belakang lemari ke belakang lemari ruang tengah dengan cara saling berpegangan ala kereta api. Suami saya teriak, " Mi ada curut mi, kereta-keretaan bertiga!"
Tidak begitu lama saya datang, mereka langsung melanjutkan perjalanannya ke bawah lemari berikutnya dekat dapur dan dipastikan mereka tinggal di kolong lemari dapur dan sekitar tangga.
Saya spontan liat mereka kereta-keretaan saya tertawa dan berkata," Lucu nyaaaa.."
Akhirnya malam berikutnya kami menjebak memakai lem tikus, dan dalam waktu 3 hari mereka mereka tertangkap lem semua.
Sudah bersih, sepi, tidak ada yang seliweran lagi, anak laki-laki saya juga tidak takut lagi kemana-mana.

Jarak dua hari, suami saya memergoki tikus besar datang di dapur. Dia bilang, "ada tikus mi.. ", "yang ini besar sekali".
Wah PR lagi buat saya. Saya biarin aja deh, lagian sudah panen 3 curut kemarin.
Eh, malam harinya setelah kami siap-siap mau tidur, si tikus beraksi naik meja dan memakan apa yg ada. Padahal cuma ada buah pepaya, ya dia makan. Busett dah.
Ya, kawanan tikus bisa kemana aja lebih mengerikan dari curut, mereka tidak mengacak-acak sampah kayak curut, tapi mereka langsung ke atas meja memakan apa yang ada.

Wah, klo tikus besar susah terjebak lem, umpan selalu hilang, tapi tikus nya tidak nempel.
Mungkin besok saya coba beli lagi lem tikus yang baru cap gajah. Ah, harga nya juga sayang sih 15 ribu, kalau buat beli es krim sudah dapat banyak. Masak harus beli lem tikus mulu ya. Hehe.

Selamat mencoba lem tikus, efektif untuk ukuran sedang ke bawah. Kalau besar belum pernah nangkap. Doain ya semoga kedepannya bisa dapat yang besar. Saya menamainya "Ratemi", Besar tinggal di kamar atas. Turun tangga langsung dengan mudahnya ala ninja loncat kursi naik meja. Kalau ukuran besar, saya sarankan pakai perangkap tikus. Tapi sampai saat ini, saya belum berhasil menangkap Ratemi padahal sudah pasang dua perangkap tikus. Ratemi suka sekali tempe, entah tempe habis digoreng atau masih mentah yang tertata di meja. Tempe dipindah diberbagai meja dapur maupun dalam ruang tengah pun dia tahu. Cepet sekali makannya, ditinggal sholat sebentar aja, sudah ada remahan-remahan. Jadi ekstra serba tutupin semua pakai tudung saji. 

#lemtikus
#perangkaptikus
#lemtikuscaplemtikus
#lemtikuscapgajah

Lem Tikus Cap Gajah
Tempe mentah habis dimakan Ratemi, kalaupun ngga habis, besok akan dimakan lagi 
Pisang, satu-satunya dimeja, doyan aja, padahal meja ruang tengah

Sabtu, 11 Agustus 2018

Pre dan Pasca melahirkan

Maju Perang, Babak Belur

oleh: Desi Sasmito

Melahirkan adalah proses alami yang akan dijalani setiap ibu hamil. Entah dengan cara operasi atau dengan kelahiran normal biasa. Setiap ibu punya cerita antusias dengan lahirnya putra-putri mereka. 

Saya menyebut melahirkan adalah sebuah perang, mungkin antara hidup dan mati.
Mental ibu hamil yang akan menjalani kelahiran harus dipersiapkan dengan matang, butuh ruang waktu untuk menikmati makan yang bergizi, gerakan relaks yang tidak melelahkan, mengontrol emosi dengan mengerjakan yang disukainya. Ibu hamil dilarang stress dan kelelahan, bukan hanya fisik kelelahan fikiran juga berpengaruh besar untuk kesehatan bayi dan kekuatan ibu hamil itu sendiri.

Saya akan berbagi tips strategi persiapan sebelum hari perang itu terjadi:

1. Tas Travelling
Tas ini adalah tas travelling pertama yang berisi baju dan peralatan yang dibutuhkan bayi dan ibu.
Isinya:
- Pakaian longgar: Baju hem longgar dengan kancing depan atau daster  dengan kancing depan
- Underwear ekstra large ( Ukuran sesuai dengan ibu hamil 9 bulan)
- Kain panjang (jarik)
- Selimut tipis
- Sikat gigi, Sabun dan Shampoo
- Pembalut materna (pembalut nifas)
- Satu set pakaian bayi: popok kain, gurita, baju, kaos kaki &tangan, topi (penting)
- Minyak telon, minyak angin
- Jarik/ kain flanel untuk bedong
- Gendongan bayi
- Selimut empuk bayi

2. Arloji
Pasti bunda bertanya-tanya kenapa perlu persiapan dengan arloji jam tangan?
Karena untuk maju perang dibutuhkan alat perang. Nah, arloji ini digunakan saat ibu hamil merasakan tanda-tanda melahirkan, kalau pengalaman saya memang ditandai dengan bercak darah, beberapa jam kemudian barulah mulesnya datang berkala. Dua jam pertama, satu jam kedua, per-setengah jam, per-seperempat jam, per-sepuluh menit, dan jika sudah memasuki per-lima menit mulesnya berarti si bayi tidak lama lagi akan lahir bunda, siapkan atur nafas dengan baik, teknik memejan harus dipelajari sebelumnya karena memang butuh latihan (Saya lupa ngga latihan, jadi panik waktu pas detik terakhir asal aja, hehe)

3. Dettol
Disinfektan ini sangat bagus untuk menyembuhkan luka pasca melahirkan. Seminggu pertama pasca melahirkan memang bukan hal yang mudah. Bisa dibayangkan usai peperangan dan ada luka basah yang harus diobati dan akan kering dengan sendirinya, hanya butuh waktu, tidak bisa instan.

Tips perawatan luka bekas jahitan:
Pesan Bidannya sih, kalau pengen cepet sembuh perawatan lukanya harus dikeringkan setelah cebok, padahal kenyataannya ngga semudah saran-saran Bidan. hehe.
Jadi kalau pasca melahirkan kan ada darah nifas, kalau habis cebok ya pasti keluar lagi darahnya, mana bisa dikeringkan setelah cebok?
Darah nifas ini yang bikin perih dan cemut cenut karena lukanya basah lagi, kena bakteri lagi. 

Jadi saya sarankan pakai pembalut potongan kain handuk tipis saja, kalau habis buang air kecil dan besar harus ganti lagi dengan potongan kain yg bersih lagi.
Kalau pakai pembalut kok ya tetep aja perih karena permukaan pembalut terasa keras dan tetep basah.

Pakai handuk setelah BAK juga cuma sementara keringnya. Saya sarankan sedia handuk segiempat saputangan yang banyak. Soalnya akan banyak bercak darah nempel dihanduk setelah buang air kecil. Jangan takut minum air putih, sering ke kamar mandi dan sering bersih-bersih malah bagus, minim per 2 jam sekali.

Gunakan air Dettol untuk cebok, takarannya ada tercantum di botolnya. Saya menggunakan gayung standart isi air penuh dicampur dengan setengah tutup botol cairan Dettol. Air Dettol diguyurkan terakhir, jangan disiram air biasa lagi setelahnya. Biarkan sejenak, pakai handuk segera dan ganti pembalut.

Kalau saya baca artikel di RS bersalin yang perawatan bagus malah disarankan berendam air Dettol. Cuma saya bingung aja, bagaimana saya masuk ke bak bundar dengan posisi bak dibawah? hehe. Memang harus ada asisten yang menyiapkan dan menolong  kita dikamar mandi kalau harus berendam air Dettol.
Kalau perawatan di RS bersalin cepat pulih karena ada perawat yang bantu kita siapkan semuanya.
Jika ibu harus merawat luka sendiri, cukup cebokkan saja.

4. Dapur
Saat melahirkan, urusan dapur harus ada yang ambil alih khususnya seminggu pertama pasca melahirkan, karena selain harus banyak istirahat karena luka jahitan belum kering, belajar menyusui bayi, makan makanan yang bergizi dll.
Dapur biasanya diambil alih oleh ibu atau ibu mertua ya bunda, tetapi kalaupun tidak ada ya suami bisa ambil alih sementara.

Kendalanya waktu saya melahirkan anak kedua adalah bertepatan dengan lebaran, ada hari pasca lebaran tidak ada yang jualan sayur matang, ataupun ke pasar sepi karena sebagian besar libur tidak jualan. Andalannya ya masak mie telur. Telurpun toko kelontong depan rumah juga kehabisan stock. Untung seminggu setelah kelahiran kami siap dengan daging aqiqoh. Jadi lumayan buat sumber energi gizi yang bagus untuk semuanya.

Demikian Bunda, tips dari saya, saya tulis sebagai pengingat saya dan saya share  buat Bunda-Bunda hamil yang bersiap untuk melahirkan buah hatinya. Selamat menempuh hidup baru sebagai ibu ala rempong tapi happy. Bersabarlah untuk 2 minggu pertama pasca melahirkan, sakit, perih, cenut-cenut, belajar menyusui, belajar ganti popok, belajar gerak sedikit-sedikit, sering ke kamar mandi, banyak tamu. Tepat setelah 2 minggu, saya bisa handle dapur lagi. Alhamdulillaah, bisa masak lagi buat bapak, suami dan anak. 

Rabu, 11 April 2018

Sungai adalah Tempat Sampahku, Dimana Tempat Sampahmu?

Jujur saja saya dari kemarin gatal pengen nulis ini, belum sempet, belum ada waktu untuk duduk mengetik agak lama. Maklum sementara belum bisa duduk terlalu lama. Maksimal satu jam saja udah harus pindah posisi.

Saya dan suami jum’at pagi ini merencanakan untuk pergi ke makam ibu, jaraknya tidak jauh dari rumah kami sekitar 100 meter ke arah Barat. Pagi yang cerah ini, sebelum banyak kendaraan berlalu lalang, kami berjalan kaki yang kebetulan menyebarangi sebuah jembatan kecil yang memisahkan dengan desa sebelah. Pemandangan yang ajib bagi kami adalah ketika tumpukan gunung sampah tersebar merata diseluruh bibir jembatan ini. Sampah rumah tangga yang sengaja di buang pemiliknya. Bermacam-macam plastik kresek penuh dengan isi sampah. Selain bau nya yang menyengat tidak sedap, sepanjang mata memandang ingin sekali bertanya pada si pembuang sampah. Motif apa dibalik tindakannya itu? Persis dibawah tulisan DILARANG MEMBUANG SAMPAH tertumpuk sampah dibawah papannya. Ironis sekali ya.

Masalahnya di desa pengelolaan sampah tidak seperti di kota, ada truk pengangkut sampah. Di desa mereka mempunyai tempat pembuangan sendiri masing-masing disekitar rumah. Cuma banyak juga rumah di pedesaan  yang tidak punya lahan lebih untuk mengolah sampah mereka. Ya, otomatis hasilnya mereka akan membuangnya di sungai-sungai dengan rasa tidak bersalah.


Sebenarnya jika setiap kepala desa/lurah (local government) tanggap mengenai hal ini pastinya bisa di masukkan ke dalam program desa. Kepedulian terhadap lingkungan di desa memang kurang, mereka mengganggap bahwa masalah yang lain lebih penting daripada masalah kebersihan, padahal masalah kebersihan adalah pangkalnya semua masalah. Yang berimbas ke arah kesehatan, banjir, keindahan, ekonomi dll.

Mengelola limbah rumah tangga memang butuh perhatian khusus, penyuluhan kepada warga hingga ke tingkat RT sangat mungkin dilakukan bahkan dengan adanya Dana Desa saat ini. Saya rasa sangat memungkinkan untuk mengolah limbah sampah. Daripada nunggu pemerintah daerah atau lokal bertindak yang kemungkinan pedulinya lama, saya pribadi ada tips  untuk mengelola sampah rumah, butuh kerjasama dari seluruh anggota keluarga. Dimulai dari sendiri lebih baik daripada tidak melakukan apapun dan semakin memperburuk lingkungan sekitar kita.

Yuk, intip apa aja
sih yang bisa kita lakukan di rumah:

1.Dua Bak Sampah di Dapur
Sediakan dua bak sampah di dapur: satu berbentuk keranjang untuk sampah kertas dan plastik, yang satunya berbentuk bak yang bisa di isi sampah cair, misal sisa makanan. Dekatkan kedua sampah tersebut dekat dengan tempat cuci piring. Sehingga mempermudah pembuangan sisa makanan, sayuran, kulit buah dll. Sampah kertas dan plastik ( non-organik) endingnya bisa dibuatkan lubang di tanah dan dibakar, kalau yang sisa makanan (organik) dapat di timbun tanah buat fermentasi pupuk kompos. Atau kalau ada lahan lebih lagi, bisa beternak ayam skala kecil. 

2.Karung atau Kantong Plastik Super Besar
Tempatkan karung tersebut di sudut ruangan dapur yang tidak sering dilihat. Kenapa karung? Karena tidak menyita tempat, jadi kalau tidak berisi tetap kecil, jika berisi berarti sudah waktunya mengangkut. Gunakan karung ini untuk membuang botol plastik bekas yang sudah tercuci dan kering. Sampah botol plastik nantinya bisa digunakan untuk pot atau kerajinan lainnya. Usahakan mengurangi membeli minuman dengan botol plastik, anda bisa membawa air mineral dari rumah dengan tumbler (wadah air minum) yang bisa di refill.

3.Kotak sampah untuk si kecil dalam rumah
Sediakan tempat sampah kecil untuk si kecil didalam rumah atau diletakkan di teras rumah agar mudah dijangkau oleh si kecil. Anda bisa membuatnya sendiri agar menarik si kecil untuk membuang sampah pada tempatnya. Saya yakin belajar membiasakan sejak dini membuang sampah sangat penting untuk melatih kedisiplinan, menjaga kebersihan dan peduli terhadap lingkungan.

4.SAMPAH  Khusus PAMPERS
Nah, sampah pampers bayi dan balita adalah masalah persampahan yang sulit didaur ulang. Sampah ini sangat sulit dikelola. Bukan berarti kita harus buang sembarangan asal jauh dari rumah dan tidak terlihat, misal dengan membuangnya di sungai terdekat. Mitosnya sih sampah pampers tidak boleh dibakar, nanti bayinya gatal-gatal, ya akhirnya banyak yang buang di Sungai. Tahukah anda sampah yang dibuang di Sungai pun akan mencemari ekosistem sungai, kualitas air, aliran air, dll. Bayangkan jika 1 orang bayi bisa menghasilkan 4 buah pampers dikali setahun 365 hari berapa jumlah pampers yang masuk ke Sungai? 1.460 pampers per tahunnya. Mungkin banyak orang tua yang bisa membeli pampers tapi tidak peduli bagaimana membuangnya.

Nah, setelah terkumpul sekitar 3 hari bisa di clean tempat sampahnya, buang kumpulan pampers tsb ke Lahan Buang Pempers (galian tanah).

5. Lahan Buang Pampers
Limbah pampers sebenarnya sangat bagus agar tanah tetap lembab, karena limbah pampers bisa menyimpan air, jadi bisa digunakan untuk lahan yang ingin ditinggikan atau ditanami.
Jika memang tidak menginginkan limbah tersebut dimanfaatkan sebagai cocok tanam, bisa dikumpulkan pada lahan yang khusus untuk dibakar, cuma agak susah karena sampah pampers itu bersifat basah.

Ayo, kita lakukan yang bisa kita usahakan. Jangan jorok-jorok ya, rumah sendiri pengennya bersih tapi membuang sampah dilingkungan lain yang membuatnya kotor sama juga bohong. Tetep saja nanti ujung-ujungnya penyakit dari lingkungan sekitar. Keep clean, keep healthy and wealthy!

#limbahpampers
#sampahdisungai
#buangsampahsembarangan

Sabtu, 10 Februari 2018

Kue Bolu Bundar

#kuebolubundar #kuecepatsaji
#everybodycancook

Kue bolu bundar resep ala almarhumah ibu saya.

Pagi ini tanpa sengaja saya temukan cetakan pangganggan kue di dalam lemari dapur tak terawat. Saya tertarik dan mencuci bersih. Lama sekali ibu tidak membuat kue bolu ini lagi sejak vonis sakit. Yang paling berat memang setelah ibu tiada adalah mengambil alih dapurnya, jadi kalau ke dapur ke ingat karena semua resep masaknya saya warisi tidak tertulis.

Dulu waktu saya masih kecil, saya sering disuruh ibu megang mixer untuk mengaduk adonan. Yang paling saya ingat adalah pegang mixer itu capek banget, padahal cuma 10 menit tapi kalau yang pegang anak kecil jadi berat banget gitu ya. Cuma keuntungannya saya hafal apa aja yang di masukkan ke dalam adonan tersebut. Kue nya empuk, mengembang, sederhana dan cepet buatnya tanpa terlalu banyak ini dan itu. Hanya berbekal sendok makan saja, cemplungin bahan-bahannya. Apalagi mixer jaman skrg sudah tidak perlu pegangan lagi, cukup colok mixernya jalan sendiri. Tanpa capek pegangin, bisa disambi bikin persiapan tahapan selanjutnya.

Tanpa asisten, bisa dilakukan tidak kurang dari 1 jam saja, kue sudah siap saji.

Alat:
- Mixer
- Pan cetakan panggang bunder
- Solet (sendok untuk ngaduk adonan)
- Kompor

Bahan-bahannya simpel standart saja:
- Telur 5 butir

- Gula pasir 7-8 sendok makan (sesuai selera)  

- Ovalet (pengemulsi), bisa diganti rum butter atau vanilli 

- Blue band atau margarin merk apa aja 

- Tepung terigu 7-8 sendok (tergantung mau hasilnya padat atau biasa aja)

Caranya:
Masukan 5 butir telur ayam dan gula pasir dalam baskom kocok dengan mixer dengan kekuatan sedang selama 10 menit hingga warna mengembang jadi agak berwana putih. Sementara adonan dalam mixer tadi kita bisa persiapkan blue band yang harus dicairkan diatas kompor, pakai panci kecil dan api sedang ya bun. Dan juga pan cetakan bundenya harus siap nangkring di kompor setelah diolesi blue band agar tidak lengket nantinya.

Setelah siap blueband cairnya selesai tepat pada saat adonan dalam mixer juga siap. Lalu ambil alih mixer tadi,kurangi speed menjadi perlahan, masukkan ovalet kira-kira satu sendok teh aja, kalau pakai vanili ya sekitar satu bungkus kecil aja. Lalu, masukkan tepung terigu dan blue band yg sudah cair tadi dengan speed paling pelan.

Setelah teraduk dengan rata ya kira-kira 1 menit aduk aduk. Dengan segera masukan ke dalam pan cetakan yang sudah nunggu diatas kompor dan tutup. Tunggu hingga 30 menit kemudian, jadi deh. Segera sajikan dimeja sebelum dingin agar tercetak dengan baik.

#Bisa ditambahkan rasa tambahan keju atau susu kental manis coklat sebelum di pan#

Selamat mencoba!

Minggu, 07 Januari 2018

Rumah Idaman

Rumah Idaman Sementara
Suatu hal yang wajar ketika sepasang  pengantin baru yang menginginkan hidup mandiri. Pilihannya adalah rumah kontrakan, kos keluarga ataupun kredit perumahan. Itu mungkin kenapa banyak bisnis property laris manis.
Rumah Idaman untuk keluarga, sesuatu hal yang mudah didapat, setiap pasangan menginginkannya.

Jika setiap pasangan menginginkan pindah ke rumah yang baru, meninggalkan rumah ibu- bapaknya, tanpa ada satu orangpun anak yang mau tinggal bersama ibu- bapaknya. lalu, dikemanakan rumah masa kecil kita? Ya, memang suatu hari kelak kita juga akan ditinggal oleh anak-anak kita, entah untuk keperluan sekolah, kuliah hingga berkeluarga.

Sepasang suami istri yang telah menyelesaikan tugas sebagai orang tua dan menjadi kakek- nenek lebih rawan konflik dibanding ketika mereka harus tinggal bersama anak cucu mereka. Mungkin karena mereka sudah tidak ada yang dirawat, diperhatikan, diawasi dan menyita waktu tersendiri dengan gelisah yang ada. Dengan hadirnya cucu, sekali-kali datang walau tidak tiap hari tetapi dengan frekuensi tertentu, tampaknya akan memberi ruang tersendiri. Mereka akan dengan senang hati meluangkan waktu mereka untuk bermain dengan cucu-cucu mereka. Catatannya adalah asal tidak membuat kakek-neneknya terlalu letih, tidak seharian ngemong.

Oya, kembali ke topik utama Rumah Idaman. Jika masing-masing anak membangun rumah baru, bagaimana dengan rumah yang sudah ada? rumah warisan kakek-nenek? haruskah dikosongi? dijual? dikontrakkan? dibagi-bagi? Saya melihat beberapa rumah lama kuno tertulis didepannya "dijual". Mungkin itu rumah warisan yang harus dijual karena anak keturunannya tidak mau menempati. Karena kuno kah? karena harus tinggal di tempat kerja yang jauh kah? karena sengketa kah? de el el.

Secara idealis memang kami juga mempunyai keinginan untuk membangun Rumah Idaman sendiri, rumah kecil ala kami. Sambil menyisihkan uang untuk ini dan itu, kami menempati rumah warisan kakek-nenek saya. Gratis tanpa biaya kontrak, beli, sekedar memanfaatkan apa yang ada.

Kami bisa saja mikirin diri kami sendiri, kerja ke luar negeri, gaji dollar, tinggal di apartemen dsb atau ke pelosok negeri merantau ke pulau rimba. Tanpa bisa sering bertemu dengan ibu-bapak kami yang mungkin sudah mulai membutuhkan penjagaan, perawatan, perhatian dsb.
Memang semua itu pilihan. Dan kami sementara memilih tinggal disini sampai waktu dimana kami di takdirkan lain. Bukankah semuanya hanya sementara dengan hitungan waktu?

Rumah merk apapun semua berbatas waktu, hanya untuk sementara. Tinggal di rumah orang tua untuk sementara, dikontrakan untuk sementara, bahkan rumah kredit perumahan juga untuk sementara. Bayar ataupun tidak bayar semua untuk sementara.


Home Sweet Home