Selasa, 01 Juli 2025

Flu Summer 2025

Bermula dari anak laki-laki ku merasakan demam di tengah panas nya udara Musim Panas. Beberapa teman sekelasnya memang ada yg sudah mulai demam duluan sebelum akhir semester berakhir. 

Tepat saat liburan mulai, dia sudah merasa tidak enak badan, demam dan lemas. Seperti biasa 'ibuprofen' andalanku untuknya. Turun tapi panas lagi. Istirahat di rumah tak boleh main dulu. Gadget-pun ikutan istirahat. Tak lama beberapa hari adek perempuannya mulai merasakan gejala yang sama. 

Ah, pikirku mungkin demam biasa, biasanya kalau adek-nya biasa aku beri 'parasetamol'. 

Tapi, beberapa hari bertahan. Panas demamnya malah semakin awet, kagak mempan. Tepat akhir weekend kemarin kami putuskan untuk membawanya ke dokter. Lalu, Dokter dengan hasil pemeriksaannya memberi resep antibiotik untuk beberapa hari ke depan. 

Sesampai rumah, eh aku dan Baba juga merasakan gejala yang sama. Tanpa berpikir panjang karena weekend banyak faskes yang tutup, kami klonning resep seperangkat antibiotik yang diresepkan Dokter itu. 


Antibiotik, Parasetamol dan Vitamin


Dan.. 

Itulah weekend dimana kami sekeluarga menjelma menjadi Zombie-zombie 😂

Makan - Minum Obat - Tidur (ulang-ulang) 24jam non-stop 


Jalan ngga fokus

Ngomong ngga nyambung

Diperintah ngga bisa mikir


Badai..

Pasti berlalu. 


Alhamdulillah weekend ini sehat bugar kembali. 


Notice:

- Sering minum walau ngga haus

- Jangan sampai dehidrasi

- Menyerang anak-anak karena kalau main lupa minum sehingga selaput lendir hidung kering, jadi rentan infeksi virus. 


#catatanemak #noteoftheday #flu #summer2025




Sabtu, 19 Oktober 2024

Mall Baru di Kota Rabat, Maroko

Hari itu, kami memutuskan untuk menjelajahi tempat baru yang telah banyak dibicarakan di kota Rabat. Mall baru yang terletak di tepi pantai ini menawarkan kombinasi sempurna antara belanja, bersantai, dan menikmati pemandangan laut yang menakjubkan. 

Biasanya kami hanya menghabiskan waktu malam minggu duduk-duduk sambil ngobrol menikmati suasana ributnya odong-odong yang lagi bermain di taman di tepi pantai seberang Mall yang baru dibuka ini. 

Setelah menempuh perjalanan singkat dari rumah, kami tiba di area mall yang megah. Bangunannya modern dengan arsitektur yang menarik, tampak serasi dengan suasana pantai. Begitu melangkah masuk, kami disambut oleh suasana yang ramai dan ceria. Berbagai toko besar berjejer rapi, menawarkan segala produk rumah tangga, baju-baju, sepatu-sepatu hingga mainan anak-anak. 

Kami memutuskan untuk menjelajahi lantai dasar terlebih dahulu. Lalu, kami tertarik untuk naik ke lantai atas dengan eskalator tanpa atap karena konsepnya Mall ini terbuka outdoor bisa melihat langit. 

Sesampai di lantai atas kami bertemu dengan playground anak-anak Royal Kids yang kadang kami temui di Riad Square (Mall di samping Marjane Hypermart). Anak-anak langsung teriak senang, tapi kami belum izinkan untuk main karena hari sudah malam waktu tidak cukup untuk bermain lama di playground. 

Alhasil, kami alihkan untuk makan malam di foodcourt memesan ayam goreng bukan KFC, merk lokal namanya Primos! Ayamnya lumayan porsinya dan sebagian kami bawa pulang. 

Setelah puas dengan santapan, saya melanjutkan penjelajahan ke sisi yang lain ternyata ada kolam dangkal yang membuat indah suasana. Ada beberapa kotak-kotak dengan lampu terang untuk sesi foto ala instagram. Angin sepoi-sepoi membuat pengalaman ini semakin sempurna.

Di akhir hari, kami hanya membeli wajan wok besar dan boneka ivy pokemon untuk anak-anak. Sepertinya toko-toko besar itu sudah mulai tutup jam 22:00

Mall baru di tepi pantai Rabat tidak hanya menawarkan pengalaman berbelanja yang menyenangkan, tetapi juga menciptakan momen berharga bersama pemandangan alam yang memukau. Ini adalah tempat yang pasti akan saya kunjungi lagi di lain waktu.



Minggu, 10 Juli 2022

Eid Adha 2022

Idul Adha di Maroko
By: Desia Sasmito

“Mbek, mbek!!!” suara kambing dari kejauhan. Sepuluh hari sebelum hari Raya Idul Adha tepatnya 10 Dzulhijah yakni tepat 10 Juli 2022, sebuah lapangan kosong dekat rumah kami tiba-tiba dikelilingi pagar pembatas. Saya pun bertanya-tanya apa lapangannya sudah terjual? Tapi esok harinya terjawab sudah, rupanya lokasi ini adalah lokasi dimana para peternak alias penggembala kambing akan menawarkan domba-dombanya. 

Mereka datang pagi hari dengan truk kecil maupun besar untuk mengangkut domba-dombanya. Membuat gerombolan kambing, mengecat sedikit bulunya agar tidak tertukar dengan penjual lainnya, tanpa ada tali yang mengikat gerombolan domba-domba itu akan dengan senang hati mengikuti penggembalanya atau orang yang memegang tongkat. Ada juga sebagian yang di pagari ala kadarnya karena memang ukuran dombanya agak besar. 

Para pembeli berdatangan dari seluruh penjuru kota, ada yang berjalan, diangkut dengan mobil atau taxi (ditaruh didalam bagasi gaes). Lapangan besar itu mendadak menjadi pasar hewan lebih tepatnya pasar domba, karena hanya domba saja yang dijual belikan. Tak ada sapi maupun kambing. Ya, hanya domba. Ada yang jenis domba berukuran kecil, sedang maupun besar. Harga tergantung ukuran, penawaran dari penjual dan transaksi dari pembeli. Bebas memilih sesuai budget, no makelar, no tipu-tipu, check barang sebelum angkut, hehe. 

Idul Adha adalah hari besar yang sangat disambut meriah oleh umat islam di negara ini. Mereka berkumpul dengan keluarga besar, mudik sekalian mengadakan penyembelihan domba kurban setelah sholat Ied, masak bersama, makan bersama. Ini adalah momen berharga dengan sanak saudara yang dinanti setiap tahunnya. Toko-toko kelontong, pasar akan libur sampai 10 hari hingga 14 hari ke depan. Jadi, siap-siap ya dengan belanja sayuran dan kebutuhan rumah lainnya sebelum mereka pergi mudik. 

Bau domba pun mulai tercium dari halaman rumah maupun dapur yang dekat sekali dengan halaman tetangga yang sudah membeli domba dan dirawat sementara di halaman belakang rumah masing-masing. Kami yang biasa hidup didesa tidak masalah dengan bau alam seperti ini, haha. Tapi mungkin mengganggu untuk orang-orang tertentu ya.

Seperti halnya Idul Fitri, tak ada juga takbiran di malam hari sebelum hari Idul Adha. Gema takbir hanya akan terdengar saat sholat id esok pagi dan saat penyembelihan. Jadi, kami malam ini menyalakan youtube bersuarakan takbir sehabis sholat magrib sekitar pukul 21:30 sambil menunggu waktu sholat Isya menggelar tikat di halaman rumah, haha. 

Anyway, happy Ied Adha. May you have a joyous Eid wherever you are. Alhamdulillaah. 

#iduladhadimaroko
#tanahrantau
#haribesariduladha




Jumat, 20 Mei 2022

Toilet Super Kering

 Toilet atau WC

By: Desia Sasmito

Baiklah, karena kita orang Indonesia yang rata-rata memakai toilet jongkok, walau memang di rumah-rumah modern sudah banyak yang menggunakan toilet duduk. Kalau rumah memakai toilet duduk sih ngga masalah, karena dipakai pribadi, hanya anggota keluarga saja yang pakai. Jadi kita juga tahu benar kebersihannya karena kita yang bersihkan sendiri. Ya, kan? Nah, bagaimana kalau toilet umum?

Kalau saya pribadi suka memilih memakai toilet umum yang jongkok karena ngga perlu nempel di tempat pembuangannya. Kita ngga pernah tahu tingkat kebersihan toilet tersebut benar-benar hiegenis atau tidak. Ataupun ada orang memakai toilet sebelum kita bawa kuman penyakit atau tidak. 

Saya ada tips jika kita bepergian atau harus tinggal di sebuah negara dengan toilet kering. 

Pertama, selalu sedia minimal tisu basah kemasan kecil (karena kalau kemasan  besar kadang berat) di dalam tas atau saku saat akan keluar rumah dengan perkiraan keluar lebih dari dua jam. 

Kedua, bawa botol kosong, bekas air mineral 600ml. Karena kota dimana saya tinggal kebanyakan toilet umumnya jenis toilet kering, maka hanya disediakan tisu kering, tak ada selang air untuk cebok. Maka, inilah fungsi botol kosong itu agar bisa di isi air di wastafel dan digunakan untuk cebok setelah Buang Air Kecil. Kalau mau Buang Air Besar ya harus kombinasi dengan tisu basah, baru air botol dibuat bilas. Baru dilap pakai tisu kering yang tersedia. Itu baru standart nyamannya saya, bersih dan bisa sholat bisa dimana aja. 

Ketiga, bawa celana dalam cadangan. Jika berencana keluar rumah seharian lebih baik bawa celana dalam ganti dan masukkan ke dalam kantong plastik. Plastik itu nantinya berguna agar celana yang kotor nanti bisa dimasukkan plastik tsb, dan celana bersih bisa dipakai.

Jika lupa membawa tiga hal yang saya sebutkan diatas, cara darurat bisa menggunakan tisu kering yang di basahi air wastafel sebelum masuk ke toilet. Biarkan benar-benar selesai dan sapu dalam sekali sapuan. Kemudian, keringkan dengan tisu kering. 

Nah, begitu teman-teman tips dari saya, yang mungkin mengalami hal yang sama ketika harus kebelet dan ketemu dengan toilet super kering. Yuk, berusaha menjaga kebersihan dimulai diri sendiri. Menghindari najis sebisa mungkin, agar maksimal beribadah jika waktu sholat tiba. 

# toilet

# jagakebersihan

# jumatnulisyuk

#sharingtips



Jumat, 13 Mei 2022

Masjid di Maroko

"Masjid"
By: Desia Sasmito

Bentuk bangunan masjid tak ada kubah, ada menara masjid juga tak begitu tinggi, tapi cukup membantu untuk mengeraskan suara adzan. Adzan tidak nyaring keras, lebih ke arah "lirih" , tapi tetap terdengar di kejauhan. Walaupun lirih tapi banyak jamaah yang datang untuk sholat berjamaah. Mashaallaah. Selalu ngga pernah sepi setiap waktu sholat tiba bergegas segera berwudhu. Jarak adzan dan Iqomah sholat sekitar 15-20 menit. 

Ada yang menarik dari cara mereka berwudhu. Disediakan sandal untuk berwudhu. Pada area wudhu juga disediakan kursi, mereka yang tidak kuat membungkuk akan terbantu dengan kursi-kursi itu. Dengan santainya duduk bisa mengambil air wudhu dari kran dengan mengisi penuh air pada sebuah gayung secara hati-hati. Cukup satu gayung saja, mereka bisa melaksanakan wudhu dengan membasuh sempurna. Mereka sangat irit air, menggunakan sebaik-baiknya dan menghindari kemubaziran. Tak ada air yang terbuang percuma. 

Lalu, sepatu boleh dibawa masuk masjid. Disediakan rak-rak sepatu pada sudut, dinding, dan tiang masjid untuk meletakkan sepatu sandal. Mungkin bertujuan agar ketika jamaah sholat mau pulang tanpa bingung mencari sepatunya yang mungkin bisa berhamburan di depan pintu masjid, atau basah karena cuaca, atau tertukar, bahkan agar tidak tercuri. Menghadirkan rasa aman ketika sholat di masjid. Tapi kadang juga bertanya apakah sepatu itu benar-benar bersih, tidak rontok di karpet saat masuk masjid dengan ditenteng pemiliknya?

Pertama kali memasuki masjid di kota ini pas moment Ramadhan. Dimana musim dingin berangsur menghangat,  udara bersahabat, tidak sering hujan,  saya berangkat ikut tarawih berjamaah di akhir Ramadhan. Rata-rata masjid penuh saat sholat tarawih berlangsung. Kadang sangking penuhnya saya kondisikan untuk mencari shaf pojok belakang. Dan agar anak-anak tidak jalan-jalan menganggu orang sholat, maka saya bawakan cemilan. Mereka anteng ketika harus nyemil di sela-sela sholat, saya juga berpesan jangan berlarian di barisan jamaah yang sedang sholat. 

Tak banyak yang membawa serta anak-anaknya ke masjid. Kebanyakan para orang tua (sepuh) yang memakai kursi agar tetap bisa berjama'ah. Masjid menyediakan banyak kursi plastik untuk sholat. Orang-orang tua renta bisa semangat sholatnya. Kursi hanya diduduki hanya pada saat duduk tahiyat. Selebihnya mereka tetap berusaha berdiri, rukuk dan sujud. 

Alunan bacaan Qur'an yang sangat merdu, empuk dan menenangkan membuat suasana selalu khusuk. Yang dibaca bukan surat pendek lagi, tapi surat-surat panjang yang dihafal oleh sang imam masjid. Jika ada kesalahan hafalan yang dibaca, maka hampir seluruh jamaah pria mampu membetulkan bacaannya. Keren ya? Idih, bikin iri. Yup, negara ini memang terkenal dengan hafidz dan hafidzah-nya. Bahkan negara ini juga memberikan pendidikan gratis atau beasiswa untuk hafidz dan hafidzah dari luar negara-nya. 

Ramadhan itu sungguh berbeda, saya berada di barisan dimana para jamaah tidak memakai mukena. Mereka beribadah sholat dengan berpakaian terusan Jilaba seperti abaya dengan penutup kepala kerucut ala jaket tapi ngga difungsikan, diganti dengan berjilbab biasa, dan berkaos kaki atau dengan memakai baju khas masing-masing suku dari benua afrika ini. 

Dan diakhir setiap waktu sholat kecuali magrib dan setelah do'a selesai, kita harus cepet-cepet keluar juga, karena takmir masjid akan langsung mengunci pintu dan pagar masjid. Jadi jika hp, kunci rumah atau barang berharga lainnya ketinggalan di masjid, maka kamu harus nyari takmirnya. Atau jangan-jangan kamu-nya yang terkunci karena ketiduran. Haha


#masjid
#jumatnulis
#coretan

Jumat, 06 Mei 2022

Pengemis

Pengemis

By: Desia Sasmito

Mungkin dipikiran kebanyakan kalian di luar negeri ngga ada pengemis, kalian salah sayang. Dimanapun dibelahan bumi manapun, bahkan mungkin di negara-negara maju sekalipun akan selalu ada pengemis. Eiits, kecuali di Antartika atau di hutan yang orang-orang tak butuh uang, hanya butuh berburu, atau memanfaatkan apa yang disediakan alam.

Memang orang tidak mampu di negara maju akan mendapat uang santunan bulanan dipilih dengan selektif ditujukan untuk warganya. Kalaupun harus menjadi gelandangan atau pengemis itu karena banyak hal, bisa jadi karena problem mental, keluarga, kebangkrutan, suka judi, minum, manajemen yang buruk dll.

Tapi katanya sih di negara ini ngga ada uang santunan bulanan untuk orang-orang tak mampu. Entah atau saya yang tak cukup informasi atau mungkin ada tapi saya yang ngga tahu. Tapi saya melihat banyaknya peminta-minta, di pasar, pinggir jalan, atau bahkan di depan masjid. Jadi setiap sholat jamaah selesai, mereka para peminta-minta itu berjajar menunggu bubaran para jamaah  di depan pagar masjid. Kebanyakan para wanita, orang berkursi roda, atau anak kecil. Berharap ada yang memberi uang receh. 

Mereka juga kadang membongkar timbunan sampah agar mendapat sisa makanan atau menunggu di sekitar tempat makan, untuk meneruskan makan makanan orang yang menyisakan makannya. Tak banyak tapi itu ada.

Kadang saya berpikir lagi, kenapa di negara dengan banyak rumah-rumah mewah, mobil-mobil keren, kebun-kebun cantiknya masih ada orang yang terlantar? Apa ada yang salah dengan sistem donasinya? Atau mental warganya? Atau pendidikannya? Ah, Pengemis atau peminta-minta di negara empat musim lebih berat tantangannya. Gelandangan, orang-orang yang tak punya rumah bisa mati kedinginan, kelaparan di musim dingin. 

Tak ada "bancaan" ala Indonesia, yang hampir setiap bulan ada event bagi-bagi makanan. Belum lagi termasuk event syukuran, tahlilan, pengajian, sunatan, mantenan yang penuh dengan berbagai macam hidangan. Ah, "bancaan" memang sangat membantu untuk orang-orang yang membutuhkan makanan. Berbagi sebisanya, tak harus mewah, memberi makanan radius kampungnya, saudara-saudaranya. Oh, "bancaan" peranmu sangat berharga ditengah suara perut yang lapar. 


#jumatnulisyuk

#sisilain

#taktegafotopengemis


Jumat, 29 April 2022

People

People alias Rakyat

By: Desia Sasmito 

Kemiripan negara ini dengan tanah air adalah mayoritas muslim, mengimani  Allah yang satu dan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah yang terakhir. Jika  misal 90% dari total jumlah penduduk Indonesia yang 270 juta, berarti  240 juta adalah muslim Indonesia , yang berarti negara dengan populasi muslim terbesar didunia. Begitu juga dengan negara ini Al Mamlakah Al Magribiyah dengan julukan negara para hafidz berpenduduk 37 juta, jika misal 90% muslim, berarti sekitar 33 juta memeluk agama islam. Maaf, saya menggunakan prosentase 90%, walau mereka mungkin menaruh prosentase 99% muslim ya. 

Seperti di Indonesia, disini bisa ditemui hal yang serupa, ada yang islam biasa, ada yang hanya KTP, ada yang islam tapi ngga sholat, ada yang ahli masjid, ada yang sholat dipinggir jalan, di taman atau dimana saja asal masuk waktu sholat ya sholat, ada yang yang santri di pesantren, ada yang hafidz-hafidzah di masjid-masjid, semua tergantung diri masing-masing ya pemirsa. Islam itu damai dan sempurna, tinggal "orang"-nya mau pada level yang mana. Menyindir saya sendiri pada level yang mana ya? Hehe ***garukkepala

Sesuatu yang paling menarik dari orang-orang disini adalah wanita disini akan lebih menyapa wanita, dan laki-laki akan menyapa laki-laki. Tetapi bagaimana kalau bertemu dengan penjual dengan lawan jenis. Ya, mereka akan bertransaksi biasa. Ngga perlu banyak basa-basi kalau dengan lawan jenis, karena basa-basi sapaan dilakukan lebih pada orang sesama jenis yang akan terus dilakukan setiap bertemu, setiap kali berbelanja, saling mengucapkan berbalas do'a.

Misalnya ketika saya dan suami belanja, pas penjualnya laki-laki, so pasti kamu istri ngga usah ngomong, biarkan suamimu yang ngomong ke penjualnya. Si penjual akan lebih nyuekin kamu. Istri hanya perlu ngomong ke suami, ngga perlu ngomong ke penjual. Itu tandanya si penjual sangat menghargai "wanita"-nya suami. Ini pertamakali saya merasakan dicuekin oleh penjual, haha, krik-krik!

Kebanyakan disini penjualnya para pria, walau ada beberapa ibu-ibu tapi itu tak banyak. Pelayan resto, cafe, penjual sayur, toko, penjual daging, tukang sapu jalanan, PKL yang rata-rata laki-laki sang pencari nafkah keluarga. Perempuan mungkin lebih ada pada sektor kesehatan, seperti pegawai Apotek, Rumah Sakit, Guru, atau Cleaning Servis. Terutama bagian bersih-bersih toilet dimana-mana kebanyakan ibu-ibu. Belum pernah ketemu Cleaning Servis yang masih muda. Ibu-ibu juga lebih terlihat pada sektor domestik, seperti bagian memasak, bersih-bersih di rumah, mengantar jemput anak sekolah. Menemani anak main ditaman. 

Dengan orang Asing seperti kami mereka cuek, walau sesekali penasaran. Tetapi ada yang sangat begitu ramah dan meminta izin mencium pipi anak saya, terutama anak perempuan dibawah 5 tahun. Malah kadang ketemu pengen nyium, ya nyium aja, baru senyum sama kita. Tanda sayang mereka memang diekpresikan dengan ciuman ke anak-anak. Saya yang sering mematung, karena belum pernah nyium anak-anak kecil disini apalagi baru kenal. Hehe

Beda lagi untuk orang yang berkulit hitam yang asli Afrika. Mereka lebih menjauhkan diri, tampak cuek dan tidak sering menyapa. Mungkin sedikit rasisme dari orang kulit putih yang masih terasa. Bahasa lokal yang mereka gunakan juga agak berbeda. Mereka menggunakan Bahasa pemersatu antar kulit hitam Benua Afrika dikenal dengan Bahasa Guinea. Tapi sekali kenal kulit hitam, kita bisa jadi teman yang sangat solid. Saya teringat dulu pernah kenal dengan seorang wanita Afrika dan tinggal satu kamar di sebuah Asrama. Dia sangat suka kebersihan, mencuci, mengoles lotion, wewangian, berdandan, berfashion, teliti, ramah, peduli, dan tak lupa sholatnya rajin banget. So,Dont judge the book by its cover, ya pemirsa!

#jumatnulis

#miripindonesia

#eropaafrikaarab



Jumat, 22 April 2022

Anjing

 Anjing

By: Desia Sasmito

"Awas!" saya teriakan ke anak-anak setiap kali harus  meniti jalan di trotoar.  Bukannya kenapa, karena memang banyak eek-nya anjing yang kadang harus terjatuh di trotoar ,pinggir rumput, atau bawah pohon. Harus hati-hati kalau ngga ya kepenyok telek, haha. 

Memang kota ini banyak sekali anjing liar yang berlalu lalang. Kadang berjalan seperti layaknya preman jalan, kadang mencari makan di tempat-tempat sampah besar, kadang berwajah ingin dimiliki. Mau piara anjing kamu emangnya? 

Yang piara anjing disini juga banyak terutama orang-orang kaya yang mampu memelihara anjing dengan baik, memberi makanan yang sehat, serta memeriksakan ke dokter hewan secara berkala dengan biaya yang mahal tentu saja. Bahkan wanita berkerudung atau pria muslim juga bisa piara anjing disayang layaknya kucing. 

Memang negara yang dijuluki seribu benteng ini mayoritas bermahzab Maliki yang berpendapat bahwa menyentuh anjing tidak najis, kecuali jika terkena air liurnya yang basah. Banyak saya temui di jalanan ada anjing keliaran, anjing dibawa jalan-jalan oleh tuannya, atau orang mau menyentuh anjing tanpa takut kena najisnya. Meskipun demikian tidak semuanya mau nyentuh anjing. Ada juga yang sangat memperhatikan kebersihan diri agar bisa terhindar dari kotoran apapun karena berusaha menjaga wudhu.

Saya orang Indonesia yang ngga ada kehidupan anjing disekitaran agak mikir berkali-kali untuk hanya dekat dengannya. Bukannya takut digigit, tapi disenggol aja juga ogah, bisa-bisa mandi 7 macam bunga-bungaan lah jadinya. Eh, ngga gitu juga kali. Haha. Hanya malasnya harus membasuh yang terkena sentuhan sebanyak  7x dengan salah satu basuhannya memakai tanah. Plus sabun wangi, plus antiseptik, plus mandi sekalian juga boleh. 

Iya betul, mayoritas Indonesia bermahzab Syafi'i, yang memang sangat "menjaga" dengan penuh kehati-hatian. Menyentuh anjing adalah najis, karena memang bulu anjing terkena air liur yang memang dijilat tiap hari. Jadi, untuk "menjaga" tadi, berusaha tidak menyentuh sekalian daripada ada najis atau yang mengotori kebersihan atau kesucian saat harus sholat, maka mahzab Syafi'i menilai akan terkena najis saat harus mengelus bulu anjing . 

Hemat saya, kalau mau cari aman ya ngga usah nyentuh anjing ya. Kalau pas bertemu muka ya santai aja. Di senyumin juga boleh. Asal ngga saling menganggu, aman-aman aja. Jangan membenci makhluk ciptaan Allah apapun bentuknya. Masing-masing makhluk punya peran. 

Mungkin karena negara ini banyak per-malingan maka ada yang memelihara anjing sebagai kebutuhan untuk keamanan rumah, ladang dan ternak. Itulah mungkin kenapa banyak anjing di negara ini. Walau tetap ada juga yang memang pengen punya anjing *as a pet* untuk disayang, dijadikan sahabat, dirawat layaknya anggota keluarga.


Jumat, 15 April 2022

Bahasa Darija

Bahasa Darija"

By: Desia Sasmito 

"Labas, labas?" sebuah kata yang terus diucapkan ketika bertemu atau menyapa orang yang sudah dikenal ataupun mau kenalan. Kata ini berasal dari bahasa Arab yang dibaca agak cepat, tertelan dan terdengar singkat. Yang artinya "Are you okey?". Itulah kata pertama yang aku dengar dan sering terdengar sampai detik ini.

Bahasa yang digunakan di negara ini bukan Bahasa Arab pada umumnya, tapi Bahasa Darija yaitu Bahasa Arab yang diucapkan sesuai dengan kultur budaya setempat. Seperti Bahasa Jakartaan yang mengakar pada Bahasa Indonesia tapi tak seutuhnya, penuh dengan gubahan dengan aksen baru. Bahasa Darija juga mengalami hal yang sama, Bahasa itu digunakan untuk percakapan sehari-hari, yang tidak diajarkan di sekolah formal. Uniknya mereka mempelajari Bahasa Arab Asli formal di Sekolah, mereka menyebutnya Logat Fasih atau Bahasa Fasih. Para pengajarnya menjelaskan pelajaran dengan menggunakan Bahasa lisan Darija dengan teks buku yang ful Bahasa Arab.   Subhanallah, *mumet*-nya.

Tak hanya Bahasa Arab sebagai Bahasa resmi, tetapi sekolah formal juga mengajarkan Bahasa Perancis sebagai Bahasa keduanya. Jika ada orang asing yang mereka temui, mereka akan menyapa menggunakan Bahasa Perancis. Seperti wajah Asia-ku yang dikategorikan orang Asing di negara ini, menyapaku dengan Bahasa Perancis. Oh, No. Aku tak yang tak bisa Bahasa Arab maupun Perancis, hanya bisa menyapa sederhana, bertransaksi, membayar, lalu berpamitan dalam Bahasa Darija yang ku hafal karena harus berbelanja tiap hari.

Sebuah tantangan belajar Bahasa baru di tempat yang baru, yang tak hanya aku yang harus belajar tetapi juga untuk anak-anakku yang kelak akan bersekolah di negeri ini. Seberapapun kami mahir ber-Bahasa Inggris tak digunakan di negara ini. Ada beberapa pelajar atau kaum terpelajar yang bisa berbicara Bahasa Inggris karena mungkin ada keluarga yang tinggal di luar negeri seperti Amerika, atau negara-negara lainnya yang menggunakan Bahasa Inggris sebagai Bahasa Internasional. Dan itu sedikit sekali yang bisa ber-Bahasa Inggris, karena memang Bahasa Inggris tidak diajarkan di sekolah formal.

Bahasa Darija bercampur sedikit Bahasa Perancis  lebih sering terdengar di berbagai tempat umum, seperti pasar untuk tawar menawar, sekolah-sekolah,  layanan publik, ataupun tongkrongan *cafe*.
Sementara tulisan pada papan petunjuk jalan, nama toko, nama jalan, kemasan produk, akan di tulis dalam dua Bahasa Resmi mereka Bahasa Arab dan Perancis. Ada satu Bahasa tua dari suku Amazigh yaitu Bahasa Berber yang mulai bermunculan tertulis di beberapa nama instansi pemerintah, tapi tak banyak.

Selamat datang di sebuah negara dengan Bahasa Arab yang tidak murni Arab, Bahasa Perancis yang tidak murni Perancis. Itulah tantangannya, mengasikkan bukan? 


#nulisyuk

#jumatberkah






Kamis, 07 April 2022

Taman Bola

Taman Bola &Jalan Tol

By: Desia Sasmito


Tandus, berpasir, panas terik, angin berhembus, unta berbaris, sahara, laki-laki bersorban itu yang terlintas ketika kita mendengar kata "Afrika". Yakin mau tinggal di Afrika? Haha.

Ah, lupakan apa kata yang kebanyakan orang pikirkan.  Tak semua yang diberitakan media itu benar. Mereka hanya menulis sebagian kecil dari bagian terkecil dari dunia ini. Seperti tulisanku ini hanya sedikit dari luasnya Bumi Allah. 

Memang Benua Afrika panas dan terik di musim panas, tapi bukan berarti tidak ada musim dingin dibagian utara Benua ini. Di beberapa kota tertentu masih ada hujan salju. Bahkan, negara Sudan yang berada di tengah Benua ini masih ada musim dingin, walau tak bersalju, cukup musim dingin saja walau tak panjang. 

Sebagian besar di kota-kota sudah tak terlihat gurun berpasir. Pemandangannya sudah layaknya kota pada umumnya. Bangunan bersusun meninggi ala apartemen. Kantor-kantor, toko-toko, swalayan, jalan Tol, ataupun taman-taman yang mulai terlihat banyak bermunculan di ruang publik. 

Pemandangan Jalan Tol dekat dengan rumah kontrakan bisa ditempuh hanya satu menit jalan kaki. Ya, sungguh dekat tempat itu, tempat dimana sejumlah keluarga sekitar kampung ini menghabiskan sore yang panjang di musim panas. Sisi bahu jalan yang terhampar rerumputan hijau yang terawat oleh perusahaan perawatan kebun bukan Dinas milik pemerintah, dilengkapi kursi taman yang menghadap ke Jalan Tol. 

Sore yang panjang akan banyak anak-anak yang bermain, berlarian, bermain sepeda, skuter, merangkak, gelimbungan, ngobrol bersama keluarga. Menikmati udara, matahari yang terbenam, langit biru, awan putih, hijau rerumputan, pohon yang tertiup angin, burung-burung putih yang mencari makan dan mobil-mobil di jalan Tol yang berlalu-lalang. 

Tak kalah meramaikan juga para remaja yang tengah asyik bermain futsal dan bola basket di lokasi yang sama. Ya, ada empat lapangan futsal dan satu lapangan bola basket outdoor yang dipagari oleh jaring-jaring memutar agar bola tak telempar keluar. 

Ada yang satu pemandangan paling beda di sekitar Jalan Tol ini adalah warga bisa nyebrang Jalan Tol yang tak berpagar. Mereka nyebrang layaknya nyebrang jalan raya. Kulihat kakek-nenekpun ikut nyebrang. Ada juga pengemudi motor yang kadang ikut nimbrung menggunakan Jalan Tol walau tak banyak. Beda tempat beda aturan, atau memang ada aturan tapi ada yang melanggar.



Selasa, 29 Maret 2022

Musim Dingin

Musim Dingin

By: Desia Sasmito

Langit begitu mendung saat kami keluar dari Bandara, tak ada sedikitpun sengatan matahari terpantulkan. Tetesan air yang menempel pada jendela mobil yang membawa kami memasuki kota. Aku sangat tertarik melihat bangunan sekitar jalan menuju ke kota ini. Sederetan bangunan kotak, dengan jendela yang berderet simetris dari lantai dasar sampai ke lantai atasnya. Warna natural  hampir mendominasi setiap bangunan yang tidak begitu tinggi, bukan seperti *skycrappers* yang menjulang tinggi di Jakarta.

Hanya sekitar tujuh puluh menit berlalu  sampailah kami di sebuah rumah dengan ciri yang aku lihat di sepanjang jalan. Rumah deret ketiga dihitung dari pojok, tak tahu nomer berapa, belum tahu nama jalannya, akupun membuka pintu dengan menghirup dingin udara  dibawah pohon seperti daun maple, ah aku belum jeli untuk mengenali jenis pohon di negara ini.

Mereka menyebutnya akhir musim dingin yang sudah hangat, tapi  bagiku yang susah untuk berkeringat sangat merasa kedinginan. Lemak kulitku tembus dengan angin kencang ala gurunnya. Walau tak ada lagi pemandangan gurun lagi dikota ini, tapi iklim, cuaca dan alam tetap menyajikan bagaimana tanah gurun bernafas dan hilir mudik sesuai kodratnya. "Aku tak suka ini!", begitulah otak bekuku ketika bertemu dengan musim dingin.

Ingatanku mulai melalang buana bagaimana aku bisa bertemu dengan musim dingin untuk pertama kalinya. Ya, itu sembilan tahun yang lalu. Bukan hanya musim dingin, tapi hujan salju aku terjang  setiap kali harus berangkat untuk belajar. Rangkap tiga kaos panjang, *sweater*, jaket khusus bahan tebal yang beli di pasar dekat campus menjadi pakaian wajib tanpa mandi berhari-hari.  Sendu setiap kali aku bertemu dengan salju. Tawa setiap aku bertemu dengan teh panas, camilan biji-bijian, berkumpul dengan teman-teman berada dalam ruangan dengan penghangat radiator yang sudah tentu akan menghangatkan tubuh kami yang kedinginan.

Mungkin kalian tak sepakat denganku, kalau dingin itu menyenangkan daripada kepanasan. Tapi tidak buatku. Redup tanpa cahaya seperti kelabu sepi tanpa keceriaan. Dingin yang merengut senyum seseorang. Itulah kenapa orang-orang yang hidup di negara dengan cukup matahari akan lebih hangat, lebih ceria dan lebih ramah. Ah, apakah benar demikian? Atau itu semua hanya pendapatku saja? Entahlah!




Kamis, 24 Maret 2022

Pindah Benua

"Pindah Benua"
By: Desia Sasmito

Hari pertama Ramadhan udara dingin masih saja menyelimuti  kota ini. Berharap matahari bersinar sesekali, langit biru dengan awan putih seperti gambaran anak-anak PAUD, pohon-pohon ditepi jalan yang jauh berbeda dari tempat saya berasal, angin sepoi dingin layaknya AC yang tak pernah bisa dimatikan. Kulit tropis saya pun berontak ingin teriak, berganti kulit layaknya ular, bersisik. Begitupun juga kulit anak-anak saya. Kaku, kering, putih, kasar jika tidak langsung diolesi Vaseline Petroleum Jelly setiap kali bersinggungan dengan air. 

Datang dari Sebuah Desa pinggiran sungai Bengawan Solo dengan berketinggian 46 ft berpindah ke sebuah kota di sebuah Benua dengan ketinggian 520 ft. Tentu saja adaptasi menjadi topik  pembahasan tiap hari dengan anak-anak. Setiap langkah diskusi panjang tiada henti. 

Pindah Benua kali ini bukan hal yang mudah dilakukan, bukan sesulit yang dibayangkan. Selalu ada tantangan, prediksi, intuisi yang harusnya selalu di pakai setiap waktu. Kadang tak semua seperti yang kita harapkan, tak semua orang yang kita temui dijalan adalah orang yang membantu perjalanan kita. Yang bisa kita lakukan adalah banyak berdoa meminta perlindungan.

Ini bukan pertama kali melangkah, banyak langkah yang telah tertempuh, tapi kali ini langkah besar dengan jutaan doa dari orang-orang yang tulus menyayangi kami. Bukan karena hanya doa kami semata. Alhamdulillaah. 

#ojodidelokenaketok
#mumeterataceritani
#momongbocah

Sabtu, 12 Maret 2022

Casablanca

Saat itu waktu menunjukkan hampir tengah hari, aku tak tahu pastinya, tapi hari itu tak secuil sinar matahari menampakkan batang hidungnya. Terdengar pengumuman dalam tiga bahasa dari awak pesawat, Bahasa Inggris,  Perancis dan Arab, bahwa pesawat akan mendarat di Bandara International Casablanca. Aku pun menoleh ke arah anak-anak untuk mengencangkan sabuk pengaman, membetulkan masker dan memegang kantong plastik, lalu aku  mempersiapkan tisu kalau kalau anak-anakku ada yang muntah.

Ku lihat ada dua pramugari hilir mudik memberikan intruksi agar segera mengencangkan sabuk pengaman. Ku lirik anak-anak masih asik main game di layar belakang kursi penumpang. Ya, mereka berdua anteng sejak duduk di kursi pesawat karena layar di depannya menyuguhkan banyak sekali game sederhana. Aku pun tertarik untuk mengambil gambar suasana ini. Sambil ku nyalakan layar di depanku dengan memutar animasi dan peta yang menggambarkan keadaan bagaimana pesawat ini akan mendarat.

Setelah beberapa menit terasa berat suasana, lalu tiba-tiba terdengar roda mendarat utama diturunkan, derit roda yang menggesek landasan pesawat mulai terasa menusuk ulu hati dan alhamdulillah mulus mendarat.

Segera ku persiapkan tisu basah, karena   sesuai dugaan salah satu anakku memutahkan isi perutnya. Ku tukar dengan kantong plastik yang baru dan ku bersihkan sampah yang terlihat berserakan dibawah kursi. Setelah beres semua, lalu aku mengintip ke arah jendela mencoba mencari tahu seperti apakah bandara di kota ini.

Aku tersenyum kecil, Bandara ini mengingatkanku pada salah satu Bandara di tanah air, Bandar Udara Lombok, di kota Mataram. Entah sepuluh tahun yang lalu sudah menjadi Bandara Internasional atau belum, tapi yang pasti sekarang Bandara tersebut sudah berlabel International Airport. Sederhana, tak terlalu luas dan modern tapi sudah Internasional. "Welcome to kota Casablanca", bisikku dalam hati.

Empat ratus tiga puluh enam hari berlalu, kami bersembunyi dari corona virus saat itu menguasai dunua. Jejak kepergian ayah dari anak-anakku untuk merantau ke negara ini, akhirnya aku dan anak-anakku mengikutinya.

Suara pintu pesawatpun dibuka tanda penumpang dipersilahkan turun dari pesawat. "Ini saatnya!" pikirku sambil menurunkan tas dari kabin. Lalu, bergantian untuk keluar menyusuri lorong pesawat. Tak apalah kami belakangan, asal anak-anak siap untuk melangkah.

Akhirnya tiba giliran kami untuk melewati lorong pintu pesawat itu dan dalam beberapa langkah akupun mendengar teriakan anak-anakku, "Babaa..."


@jeeluvina
@nulisyuk
# nulisyukbatch161





Senin, 31 Januari 2022

The dreamcatchers

By: desiasasmito

Setiap kita pasti hidup dalam sebuah impian. Karena impian itulah yang akan selalu membuat kita hidup dan tertantang untuk meraihnya. Ketakutan kegagalan meraih impian pasti akan selalu ada menghantui setiap insan. Itulah kenapa kita harus rajin mengadahkan tangan ke Sang Pemilik Alam Raya ini, kita harus selalu berbuat kebaikan untuk sesama agar harmoni itu tercipta dan kita layak untuk mendapatkan impian.

Hari ini anak laki-laki saya bertanya, 

"mi, cita-cita atau impiannya mimi apa?"
Sontak saja saya langsung menjawab, "Penulis".
Rupanya wajah anak kelas taman kanak-kanak ini menampakkan belum paham apa itu penulis.
Lalu sayapun menjawabnya lebih sederhana, "pengen punya buku, membuat buku, membuat cerita yang bermanfaat lalu dibuat buku"

Cita-cita saya tak dikenal di Taman Kanak-Kanak rupanya. Mungkin berlaku juga ketika saya masih kecil, impian saya masih mengantung tak tahu harus mau jadi apa kelak dewasa. Impian akan ditemukan oleh para peraih impian seiring bertambah usia. Gali terus setiap bakat yang kita miliki agar "dream" itu semakin nyata mendekat ke kita.

"Dream" atau impian itu akan selalu ada karena panggilan dari fitrah kita sebagai manusia. Ada yang lambat mencari impiannya. Ada yang takut bermimpi. Ada yang tak yakin pada impian itu sendiri. Tapi seberapapun kita tidak yakin, impian itu akan selalu membuat kita bergerak dan bersemangat setiap harinya.

Tidak ada orang yang gagal meraih impian, karena kegagalan dari sebuah impian sebenarnya itu bukan "impian" milik mereka.

@nulisyuk
# itsmydream
# lombanulisyuk
# nulisyukjanuari



Sabtu, 01 Januari 2022

Raising Children

"Momong"
By: Desia Sasmito

It is a magnificient Saturday, firstday of January 2022, when I've decided to stay at home with my kids. As a mother, it is not easy to be good mood everyday. The key is when you are in bad mood, you will get angry easily. But if  you are already angry, try to minimize your words. Be mad at a second is okey, mom! But not queit long. 
It could be not less than 60 seconds.

The most important thing is don't try to be a super woman. You need take a rest sometimes, to keep yourbrain stay in its place. Hehe. Everytime I want to have to take a rest, I said to my kids that I need rest. So, if you still want to play just go ahead, but Mom is going to bed. 

The crucial activities at home are cooking and playing. Yes, because we need food to eat and play to cheer and educate the children. I am not very good at this. Cause I take all duties at home, sometimes I forgot to ask them to play together. Sure, the kids are happy if you invite them to play with you mom.

Here, I would share some tips how to make some activities with your kids at home.

 1.  Play with animal. 
 
 My kids love animal. But I guess many children love them too. Time to explore more about them is very fun. Some animals that you can see at home are cat, fish, ant, caterpillar, worm, bat, turtle perhaps etc. You can start to explain how they live, how long they live, how they stay, how they eat, how they looks like, what the color they have and how the role of those animals in this World. 

 2. Clean the kitchen
 
You have to do it first for some times. They look, they see and they do. Sometimes when I have to do both playing and cooking at kitchen. I ask them to wash the dishes, sweep the floor or table using some foams to play. I know you need more concentration in the kitchen. But I am sure they will do their best to brush with ful power and laught. Some cases they like to play your pan, pot, spoon, glass etc to produce sound like a musician. Haha. But it is okey mom. Let's them play while your cooking show must go on.

 3. Easy cooking
 
You can ask them to make their omlet. Some pepper and salt near by the frying pan. Only if your children are over five years old.

 4. Coloring pages

You have to start coloring or drawing something in a paper. Accompany them for about an hour is very fun to do.  Explore colors and show your drawing skill. Then combine with how to draw  numbers and alphabet. Do not forget the meal, they need some meals after hour, haha. 

 5. Sing a long
 
Memorize some fun kids songs, with the move is better. Try to make them dance and jump, they love to do those. Sing, dance, and jump. Of Course it is good for your health also Mom, to keep your body stay slim and energic. Sure they like to jump, jump and jump. 

So, I hope it useful to do at home together with the kids. Without any significant budget you have to spend for.  Those are good idea, right!

# tipsplaying
# housewife
# funkids

Kamis, 25 November 2021

Pesan cinta untuk remaja

"Hei para calon Ibu dan Bapak"
By: Desia Sasmito


Pandemik memang tidak mudah dilalui semua orang, apalagi kalian para generasi milenial, gen Z dan gen-gen dibawahnya. Informasi yang terupdate begitu cepat, hiburan yang tergerus begitu asyik, tabu yang begitu mudah dinikmati, teknologi canggih yang memudahkan manusia akan membuat generasi ini akan mudah stress serta teriming-iming dengan dunia "instan". Siapa sih yang tak candu dengan hape?

Semua jaman punya tantangan masing-masing, maka merapatkan barisan itu penting. Barisan seperti apa? Barisan dimana kalian merasa aman, nyaman dan terlindungi. Baik secara spriritual maupun fisik. Itu hanya bisa kalian dapatkan jika kalian  memperbanyak ilmu. Ilmu itu berserak di dunia digital. Gunakan mata hati untuk membaca dan memahami setiap yang kalian temukan di internet. Tanda nya cuma satu, jika bermanfaat untuk orang lain atau banyak orang itu berarti sebuah kebaikan. Jika itu hanya bermanfaat untuk kesenangan kalian sendiri, pikirkan baik-baik lagi.

Saya tahu bahwa menjadi ABG atau remaja jaman pandemik memang tidaklah mudah. Yang harusnya bisa berkumpul, tertawa, bergurau yang banyak dilakukan remaja tidak bisa sebebas dulu.

Apakah benar ngga sebebas dulu, apakah kegiatan remaja jaman dulu itu lebih hebat dan menyenangkan dari sekarang?

Sepertinya tidak begitu kawan, didunia maya semua orang bisa mengakses banyak hal. Termasuk berkenalan dengan orang baru, menjalin pertemanan, bergurau, diskusi, debat, saling memuji, merayu bahkan berbicara hal yang pribadi sekalipun bisa dilakukan tiada batas. Hanya rasa takut kita sama Tuhan lah yang akan mengontrol kalian agar tidak merobohkan pagar pembatas itu. Ya, seperti mencuri tidak seorangpun tahu tapi kalian tahu bahwa yang kalian lakukan akan membawa petaka. 

Dekatkanlah, paksalah kalian agar terlibat aktif mencapai target ilmu, skill tertentu, ajak teman-teman kalian lebih banyak lagi agar terselamatkan dari kesepian yang akan terisi oleh setan-setan jahat. Jaga pergaulan.

Isilah dengan banyak belajar segala hal yang membuat kalian penasaran. Biarkan penasaran itu menuntunmu pada capaian pribadi. Berpikirlah ke depan, jika suatu hari kalian jadi ibu atau seorang Bapak, maka kalian akan bisa menggunakan ilmu-ilmu yang telah terlampaui tadi untuk anak-anak kalian. Sadarlah tidak ada ilmu yang dipelajari mubazir begitu sajadi dunia ini. Yang tak ada lagi adalah waktu yang telah terlampaui dengan sia-sia,  menghabiskan waktu tanpa ada "ilmu" yang kalian dapatkan.

Contoh menurut saya tiada manfaat adalah bermain Game Online hanya untuk kesenangan diri sampai level pecandu. Contoh lainnya yang jadul ya merokok, minum minuman keras, narkoba dan pergaulan bebas yang tiada manfaat.

Lagu lama, tapi tetap jadi penyakit serius.

# yukperbaikidiri
# aktifitaspositif







Kamis, 14 Oktober 2021

TEMPE TAHU KEDELAI IMPOR

 

"Tempe"

by: Desia Sasmito

 

Tahukah kawan tempe yang kalian konsumsi sehari-hari berbahan baku impor. Nasi pecel itu lauknya impor. Sampai radius Desa kita mengkomsumsi barang impor. Saya pribadi tidak anti kok barang impor asal barang tersebut dapat memenuhi kebutuhan primer kita. Primer lho ya, terutama makan.

Bukan semua salah pengimpor, bukan juga kita yang salah. Hanya saja mereka lebih cepat membaca peluang disebuah negara yang membutuhkan. Jadi pengusaha yang sukses itu ternyata yang bisa membaca peluang ini. Negara-negara maju itu problemnya adalah karena semua sudah tercukupi, jadi penguasahanya berusaha mencukupi kebutuhan negara lain. 

Ya Kedelai itu contohnya, dengan gaya pertanian kedelai yang modern, tanah yang luas, tanpa banyak tenaga kerja, hanya dengan kreativitas alat-alat canggih produksi kedelai melimpah ruah, walau di negara setempat ngga butuh amat dengan kebutuhan ini. Membidik peluang pasar negara lain yang doyan bahan baku kedelai. 

Mereka melakukan riset bahwa produksi kedelai lokal negara yang dituju tidak begitu bagus dan teknologi pangan berjalan lambat. Buktinya para pengrajin tempe tahu lebih memilih yang impor untuk membuat tempe tahu. Maka ini adalah peluang besar mereka kawan. Jangan selalu menyalahkan barang impor, karena itu hasil riset dan hasil kerja keras mereka.

Apalah nasi pecel tanpa tempe? Selain punya nilai gizi yang tinggi, tempe juga baik untuk penampilan kita.

Yuk, lakukan riset, selalu berinovasi, tetap curious, bebas kreatif banyak manfaat. Saya juga masih belajar gaes!

 

#happyfriday

#tempe

#nasipecel

 



Kedelai Impor 



Selasa, 24 Agustus 2021

VAKSIN

 "Vaksin untuk IRT"

by: Desia Sasmito



Golongan Ibu Rumah Tangga adalah waiting list paling akhir dalam antrian panjang vaksin yang sudah di data oleh petugas Desa. Tepatnya awal juni kemarin, marak-maraknya vaksin sinovac menginjeksi para PNS, tapi di Desa baru di data saja. Saya pikir oke-lah waiting list aja, ngga usah berebut, nanti saja kalau sudah waktunya juga akan dipanggil.
Menunggu ya...
Ada yang bilang, "Langsung bawa KTP ke puskesmas aja mba, bilang mau vaksin".
Daripada kecelik, mending cari tahu dengan HAPE mu, wkwk.
Faktanya:
1. Ada kalanya puskesmas ngadain vaksin pada suatu hari yang ditentukan.
2. Jika sisa jumlah vaksinnya karena ketidakhadiran penerima vaksin baru akan dilelang siapa yang mau atau yang sudah punya koneksi dengan petugas data.
Mulailah cari info ke petugas sana sini via hp, tapi ternyata endingnya masih belum rejekinya belum juga bisa vaksin.
Bahkan di Desa kloter pertama dengan jatah dosis untuk 10 orang per RT baru mulai minggu kemarin. Mosok ya mau main lobi demi vaksin, pakai tempat jatahnya orang yang sudah di plot, oh I said "No way!"
Nunggu lelangan juga sepertinya sudah akan terisi karena mengingat jatahnya yang sangat terbatas.
Persis sehari setelahnya, ada info banyak sekali masuk tentang tempat vaksin. Cuma info nya simpang siur, apa untuk umum? atau apa sudah di data? tidak satupun yang bisa jawab, harus meluncur ke TKP.
TKP, I'm coming. Satu di sebuah SMP, satu di sebuah SMA dihari yang sama. Yang paling dekat ya SMP nya jadi saya meluncur dulu kesana.
Infonya di SMP akan ada tiga Menteri yang akan berkunjung, patwal berlalu lalang dari pagi, jalan utama dialihkan. Duh, malah agak ruwet sepertinya.
Oke, masuk ke halaman SMP nya, tanya ibu-ibu yang berdiri terlihat ngantri.
"Bu, daftarnya dimana?"
"Lho belum daftar tho mba?", "kami ini wali murid sudah didata via onlen"
Dieeeng, putar baleklah kita yes.
Next Destination, menyebrangi sungai Bengawan Solo menuju kota Minyak disebuah SMA berkumpullah orang-orang antri dengan membawa foto kopi KTP yang harus dikumpulkan ke petugas, lalu sang petugas membacakan nama yang tertera dalam tumpukan kertas itu. Satu per satu.
Ngantri di luar pagar yes, dipinggir jalan, menyebar, merindang dibawah pohon, lesehan trotoar. Sekitar jam 12 siang nama saya dipanggil, setelah 2 jam menunggu.
Alhamdulillah proses screening dan suntik cepat ngga ada kendala. Cuma endingnya harus ngantri lagi karena ada kendala di IT alias belum bisa ngeprint. Nunggu satu kertas itu keluar sampai jam 2 baru bisa pulang.
Dipikiran saya cuma anak-anak saya, Bapak saya, apa sudah makan siang? Haha. Langsung cus beli lauk ke warung dalam perjalanan pulang.
Persiapan mau vaksin banyak gaes, harus diskusi ke anak kalau mau dititipin ke akungnya, harus siapkan makanan sebelumnya. Saya salah prediksi kirain ngga sampai sesiang itu. Siapkan mental budaya antri. Jangan marah. Nikmati aja suasana. Fanas-fanas sekali kali. Siapkan tikar. wkwk
#vaksindosis1
#seeyounextmonth
#buktinyacumaini
#gabawahape

Kamis, 15 Juli 2021

CERITA CORONA SERI

 

Cerita Corona Part X: Never Ending “Waspada”

By: Desia Sasmito

 

Berawal dari adik saya yang bungsu dua minggu ini tidak berjualan, maka saya pun ditanya oleh pelanggannya.

“Lha adik mu kemana, kok lama ngga jualan?”, tanya nya. Spontan saya pun menjawab kalau dia harus ke rumah kakak saya untuk menjaga anak-anak kakak saya yang tinggal di Jawa Tengah, karena Bapak dan Ibunya positif Covid. Bapak dan Ibunya dikarantina di dua Rumah Sakit yang berbeda. Bayangkan anak-anak mereka yang berusia 8 tahun dan 6 tahun harus tinggal di rumah kontrakan tanpa Bapak-Ibunya selama perawatan Covid. Maka, harus ada saudara yang siap dikirim untuk membantu. Alhamdulillah Allah menyiapkan skenario terbaik untuk hamba-hambaNya. Berakhir semua kondusif berkat bantuan do’a dan ikhtiar maksimal dari semua teman dan keluarga. Si Kakak saya seminggu pakai ventilator, Kakak ipar saya dua minggu pakai ventilator. Mereka sembuh kok dari perawatan RS. Apakah kalian wahai orang-orang dengan gaya tanpa protokol kesehatan siap menghadapi situasi begini? Apakah masih ada yang terus-terusan bilang kalau masuk RS nanti meninggal trus diCovidkan gitu?

 

Kadang saya bingung harus mengawali obrolan darimana ketika bertemu dengan wajah yang antara tidak mau percaya dan tidak mau tahu tentang keberadaan virus ini. Virus ini memang tidak kelihatan, bahkan siapapun tidak akan pernah bisa menjelaskan keberadaan virus ini. Sepertinya mereka memilih untuk tidak percaya saja bisa beres gitu. Bisa rekreasi lagi, bisa kumpul teman, reuni, lebaran, hajatan, party dan lain sebagainya.

 

Pernah suatu pagi saya berniat membeli nasi pecel depan rumah, nasi pecel ini paling rekomended dan ramai selalu setiap paginya. Ketika itu ada seorang Bapak yang selesai makan dan kami yang ngantri bergantian bangku duduk. Kebetulan saya duduk disamping si Bapak itu.

 

Tiba-tiba si Bapak bertanya pada saya,

”Daleme pundi ?” (Rumahnya mana?).

Sayapun menjawab,”mriki mawon pak, celak”(sini aja pak,deket) sambil nunjukin rumah saya yang diseberang.

Si Bapak agak males menoleh kali ya. Lalu, si Bapak berkomentar lagi, “Deket sini, Kuncen?”.

“Ngga pak disini aja, Mbaru”. (nama Desa saya Mbaru Red).

“Lho bukannya sini tuh Kuncen”. Sayapun hanya tersenyum saja. (Makhluk darimana nih si Bapak) mulai aneh deh.

Sambil tersenyum sinis si Bapak ini pun melanjutkan komentarnya,”Wong kok kabeh saiki bungkusan, podo wedi mati”. (Orang kok jaman sekarang pada dibungkus mulutnya, pada takut mati apa).

 

You know what dear, semua yang antri itu pakai masker semua cin. Dan si Bapak ini dengan terang mengomentari orang pakai masker. Hello, kita yang pakai masker aja ngga ngomentari si Bapak yang ngga pakai masker, eh si Bapak yang rese ngomentari orang-orang yang pada pakai masker. Orang ini hidup dimana sih?

“Saya itu dari awal ngga pernah pakai masker, ya gak apa-apa”, pamer si Bapak.

Krik krik krik bunyi jangkrik. Tik tik tik bunyi hujan.

 

Reaksi saya waktu itu ya cuma senyum aja, si Bapak bayar terus pergi.

Itu baru satu yang saya temukan langsung, saya kira banyak juga diluaran sana yang masih belum percaya keberadaan si Virus ini. Betapapun kalian mengingkarinya, virus ini akan tetap ada. Seberapapun kalian marah pada keadaan, lha Sang maha Pencipta sudah mengizinkan mereka hidup di Bumi.

 

Situasi ini memang membuat kita semua berada dalam ketidaknyamanan. Roda perekonomian berputar seret, gerak dibatasi, tatap muka belajar mengajar ditiadakan, banyak Supermarket tutup, banyak pengangguran, banyak penjual yang merasa dagangannya sepi sedangkan bayar PLN, BPJS, Internet, tetap harus dibayar tiap bulannya. Dilema, pasti! Tapi tetaplah bergerak dan berdoa, karena dengan bergerak, rejeki Allah akan selalu bagi.

 

Kita semua akan terpapar, siapkan prajurit perang terbaik untuk menghadapinya. Banyak baca Al Qur’an, banyak aktivitas di dalam rumah, saling bantu radius sekitar kita, aktifkan kepedulianmu dengan sekitar. Yang tidak kebutuhan pokok tidak perlu beli. Yuk, tetaplah mengasah skill di saat terkurung seperti ini. Siapa tahu suatu hari ketika keluar dari kurungan kita sudah jadi level mahir melakukan suatu keahlian. Atur strategi dengan seksama melawan Virus ini. Ngga enak badan, langsung istirahat total, jangan nunggu sampai kolaps. Yang diberi kesehatan, jagalah nikmat itu. Subhanallah.

Satu lagi. Yuk, tetap jualan dengan prokes yang ketat. Be happy and healthy.

 

#sunbathingangonwedhus

#ppkmdarurat


Berjemur sambil menggembala kambing


 

Rabu, 12 Mei 2021

LEBARAN

Lebaran: Hari Raya Idul Fitri

By: Desia Sasmito


Idul Fitri 2021


Kala itu saya merayakan Idul Fitri di negeri orang bersama dengan sesama muslim yang kebetulan berstatus sama sebagai mahasiswa di sebuah Asrama Putri. Turki, Azerbaijain, Tajikistan, Kazakstan, Pakistan, Srilanka, India, Suriah, Yaman, Lebanon, Khasmir, Uganda dan beberapa negara muslim lainnya yang tinggal di sebuah kastil yang sama. Haha. Saya menyebutnya kastil, karena bangunannya terdiri bangunan induk ditengah dengan kanan kiri bangunan berupa kamar-kamar lantai 1 dan 2. Pertama kali masuk ke bangunan ini, saya muter-muter tiada henti karena bangunan ini tembus, mirip sayap kanan dan kirinya.

Lha kok bahas bangunan.

Balik lagi ke status kebersamaan disini mengenang Idul Fitri 7 tahun yang lalu. Saya ingat betul, di hari yang fitri itu tidak satupun yang menyapa dengan permintaan maaf. Tetapi lebih saling mengucapkan selamat hari raya idul fitri, semoga idul fitri-mu berkah, Ied Fitr Mubarok. Saya pun bercerita kalau di Indonesia semua orang akan meminta maaf dan saling memaafkan satu dengan yang lainnya dan mereka amazed dengan cerita saya. Wah budaya yang bagus ya momen saling memaafkan. Saya pun ngga kalah terkejut juga, bahwa mereka dari berbagai negara muslim ngga ada budaya hari raya idul fitri meminta maaf. Sekedar berucap selamat dan cipika cipiki.

Lalu saya pun bercerita kami semua akan berusaha mudik atau kembali ke rumah ibu-bapak kami, saudara, tetangga, teman, kolega untuk meminta maaf atas segala kesalahan yang nampak ataupun tidak. Kami akan mengenakan pakaian terbaik kami, baju baru,  makanan atau jajanan kering tradisional di setiap meja di setiap rumah. Takbir berkumandang disetiap masjid dan mushola disepanjang malam hingga larut. Momen Idul fitri di Indonesia adalah momen yang paling ditunggu, mengharukan, melepas kangen, sungkem, tangis dan tawa mewarnainya. what a big day!

Ngga kalah juga hari itu adalah hari yang ditunggu anak-anak untuk diberi donasi zakat berupa uang baru gress gaes. Begitu pula parcel Idul Fitri akan diberikan untuk sanak keluarga dekat, kolega.

Budaya Indah ini hanya ada di Indonesia dan beberapa negara muslim melayu yang masih kental dengan momen mudiknya tanda bertemunya keluarga yang jauh akan mendekat dan bertemu.

Bercengkrama, gelak tawa, ngobrol, saling menginspirasi, dua tahun terakhir ini tidak ada lagi, agak sepi walau tetap ramai warga lokal. Lockdown wilayah diberlakukan untuk menghambat penyebaran virus corona.

Semoga harapan baru dan Indah akan kebersamaan ini akan terulang lagi di masa mendatang. Selalu berjuang ke titik positif atas apa yang kita semua perjuangkan. Pasti akan ada suatu kebaikan di setiap ujian. Be positive! 

#mohonmaaflahirbathin

#1442H

#iedmubarok


Sabtu, 24 April 2021

Jembatan Hitam, Penangkal Sampah


Jembatan Hitam, Penangkal Sampah
By: Desia Sasmito


Teringat setahun yang lalu kami melewati jembatan kecil ini untuk pergi ke makam ibu saya, saya melewati tumpukan sampah bau yang sengaja dilempar dari para penggendara sepeda motor yang notabene adalah warga sekitar. Saya juga menjumpai banyak kejadian serupa hampir di setiap jembatan. Itu setahun yang lalu.

Namun pagi itu sebelum Ramadhan tiba kami melintasi jembatan dengan sangat girang sekali, karena bau busuk sampah tidak tercium lagi. Tumpukan sampah tidak terlihat lagi. Para pejuang pecinta lingkungan bersama-sama memasang tirai hitam disepanjang jembatan agar para pembuang sampah tidak bisa melemparkannya ke kanan kiri jembatan, karena dengan sebuah tulisan belum mampu menyadarkan masyarakat desa untuk tidak membuang sampah di jembatan. Penyuluhan masyarakat tingkat RT harusnya mampu menyadarkan masyarakat pentingnya mengelola sampah. Tidak ada salahnya Pak RT dan Bu RT setempat memberikan edaran informasi tentang pengelolaan sampah, bahaya, dampak yang ditimbulkannya, seperti banjir, longsor, bau, dan pemandangan tidak sedap.

Padahal dulu semasa saya masih kecil sampah tidaklah sebanyak jaman sekarang. Sepertinya jaman sekarang lebih banyak sampah dibanding jaman dulu. Dulu tidak ada pampers, tidak ada minuman plastik ala Drink yang menjamur, dulu tidak ada gelas plastik jus, dulu tidak ada banyak varian snack yang berbungkus premium. Memang disisi lain packaging membuat harga produk naik, lebih hiegienis dan praktis. Sayangnya kemajuan jaman tidak diiringi dengan kesadaran akan cinta lingkungan. Para warga atau penjual makanan yang tidak mempunyai lahan sampah akan dengan mudahnya membuang sampah di jembatan atau lahan kosong yang tidak bertuan. Mereka bingung mau membuang sampah dimana. 

Di Desa atau kemungkinan besar mayoritas Desa di Indonesia tidak mempunyai Tempat Pengolahan Sampah (TPS). Rata-rata mereka mengelola sampah sendiri. Dengan memberikan sampah dapur pada hewan ternak atau dikubur untuk jadi pupuk, sampah plastik dan kertas yang dibakar berkala. Satu hal yang bisa saya lakukan sebagai Ibu Rumah Tangga mengolah sampah rumah sendiri, tentunya dibantu oleh seluruh anggota keluarga. Saya ada beberapa tips bagaimana cara mengubah gaya hidup kita agar minim sampah dengan mengolah sampah makanan dimulai dari diri sendiri. Kadang memang kita tidak bisa membuat dapur kita zero sampah, tetapi kita bisa meminimalisirnya dengan cara berikut ini:

1. Ibu-ibu bisa  menyediakan dua baskom sampah (baskom bekas) tepat dipinggir wastafel cuci piring. Satu untuk plastik dan kertas. Satunya lagi buat sampah makanan. Baskom plastik kertas bungkus saya bersihkan 2 atau 3 hari sekali karena memang kami jarang membuang sampah. Tapi kalau sampah makanan setiap pagi saya angkut ke kandang kambing milik Bapak saya. Bapak saya yang kebetulan suka pelihara hewan ternak. Sedangkan baskom yang plastik kertas kami bakar, karena di Desa belum tersedia "Tempat Pengelolaan Sampah". Botol plastik dan kaca saya sisihkan untuk dipanggilkan tukang rosok (Pemulung). Beda kalau di Kota, di Kota semua tersedia fasilitasnya, mulai dari pemangku kebijakan sampai warganya yang lebih sadar akan lingkungan. 

2. Masak nasi, lauk pauk dan sayurnya sesuai jumlah anggota keluarga. Usahakan habis dihari yang sama, jika tidak memungkinkan simpan dikulkas untuk sarapan dihabiskan saja. Misal ayam gorengnya masih, dikulkasin, besok digoreng sebentar sebelum disajikan. Jika masih belum habis, kasih ke kucing sisanya. 

3. Jika nasi kita tiba-tiba basi atau sudah kelamaan di magic com dan tidak layak dikomsumsi, kita bisa bersihkan taruh dibaskom dan antar ke kandang kambing. Tidak punya kandang kambing, ya kandang kambing tetangga, tidak punya tetangga yang memelihara kambing atau ayam ya gali lubang di tanah, tidak punya tanah ah tidaklah mungkin, rumah yang didirikan pasti ada lahan walau sedikit. Beneran tidak punya lahan, bisa intip DIY youtube membuat kompos dengan bak yang tertutup.  

4. Selipkan tas kain besar yang dilipat ke jok motor, di tas belanja, di dompet belanja harian. Soalnya ibu-ibu pasti sering ke toko sembako dengan bawa dompet belanja harian. Kadang ada gula yang tiba-tiba stock di dapur habis tinggal berangkat bawa tas yang berisi uang belanja.

5. Usahakan jangan membeli snack yang berbungkus premium, selain mahal mengolah sampahnya juga lebih cepat menumpuk. Plastik gelas atau botol ala Drink kekinian, gelas atau botol plastik air mineral bisa dikumpulkan dan diantar di tempat jual beli rosokan. Para Penjual makanan bisa mengkampanyekan isu ramah lingkungan dengan menyarankan pembeli untuk mambawa tas, tumbler sendiri dari rumah. Selain terjamin kebebersihannya juga akan mengurangi sampah. Pada awalnya hanya sebuah saran, tetapi kita bisa mengubahnya seiring waktu dan kebiasaan akan menjadi kewajiban. 

Yuk, mulai diri sendiri Ibu-ibu dimanapun berada, memilih makanan yang lebih alami sehat atau kekinian tetapi tetap memperhatikan dampak lingkungan yang akan ditimbulkan. Jangan takut memulai gaya hidup minim sampah makanan. Cintai lingkungan dengan mengolah sampah mandiri.

#foodwaste #bandungfoodsmartcity #ambilmakanhabiskan @bandungfoodsmartcity




Rabu, 31 Maret 2021

SUFOR


“Susu Formula Mahal Versus Murah”

By: Desi Sasmito

Plung… cling… Ting.. tiba-tiba ada pertanyaan dari teman kuliah saya dulu yang bertanya ke group terbatas kami. Pertanyaannya adalah “Rek, opo beda ne yo susu larang mbek murah?”, “Susu formula maksudku.”

Hm, seketika saya langsung bereaksi sesuai pengalaman aja. Haha. Kalau ngga pernah saya jalani, ngga bisa nulis gitu intinya. Jadi mungkin banyak ibu-ibu muda atau yang sudah setengah muda kayak saya yang meragukan eksistensi Susu Formula.

OK Bunda cantik-cantik. Kita bahas dari definisi Susu Formula ya.

Susu ya sudah pada paham ya, cairan berwarna putih yang keluar dari sebuah kelenjar mamalia betina. Kalau Formula itu apa? Formula adalah Resep, Rumus, Bahan-bahan tertentu. Jadi Susu Formula ya Susu yang dioplos dengan bahan-bahan tertentu yang menghasilkan gizi tertentu dengan tujuan tertentu pastinya.

Lebih mudahnya misal tanah itu dikasih ”pupuk buatan” yang bagus ditambah “bibit yang unggul” dan “perawatan yang benar”. Maka jadilah tanaman yang tangguh dan sesuai harapan.

Nah, pupuk buatan itu ”susu formula”, bibit yang unggul itu “keturunan orang-tua”, perawatan itu ya “cara didik anak”. Bisa jadi tanpa Susu Formula karena memang keturunan Orang tua unggul dengan cara didik yang benar ya bisa jadi anak yang tumbuh sesuai harapan. Ya seperti teman-teman saya yang juara satu dikelas bukan dari anak orang kaya dengan Susu Formula yang mahal-mahal itu. Bukan berarti tidak ada anak orang kaya yang bisa juara ya. Semua bisa jadi juara. Juara maksud saya disini sebagai contoh saja.

Di luar negeri, atau lebih tepatnya di negara-negara maju masyarakatnya akan lebih memilih susu segar daripada susu bubuk yang melalui banyak proses. Susu segar itu bisa dinikmati untuk segala umur seluruh keluarga. Dari bayi, balita, anak-anak, dewasa hingga manula. Semua minum satu susu yang sama. Asal anggota keluarga tidak ada alergi saja. Dan Susu Formula hanya bisa dibeli di Apotek. Karena Susu yang di formulasikan khusus itu ada bahan-bahan lain yang bertujuan untuk membantu kekhususan. Misal Susu Ibu Hamil, Susu Manula termasuk Susu Formula untuk anak itu adanya dijual diApotek gaes!

Saran saya untuk melilih Susu Formula adalah jika mampu membeli Susu Formula yang mahal dengan iklan yang begini begitu asal mampu beli ya beli aja. Tetapi jika tidak bisa beli pun tidak masalah, bisa beli Susu Formula yang biasa dengan kadar gula yang rendah. Biar tetap enak bikin susunya agak sedikit kenthal jadi berasa. Saya belum pernah beli Susu Formula yang Mahal-mahal itu. Haha.

Kesalahan saya adalah memilih susu yang disukai anak yaitu yang manis. Resiko nya adalah anak-anak saya gigis. Karena terlanjur mengkomsumsi yang manis-manis. Susu rasa coklat atau apapun yang labelnya coklat lebih banyak ekstra gulanya. Coklat asli kan aslinya flat cenderung pahit rek! Cuma kalau sudah jadi produk olahan coklat pasti mayoritas gula.

Nah, ibu-ibu cantik Indonesia. Mau pilih SuFor yang mana?? It’s all your chioce. Be Smart and Wise sesuai keadaan masing-masing. “Life is when you have no worries in simplicity”. ~supermuslimfriends ~

#happybirthdaybapak

#semogaberkahumur

#sehatselalu